Bila kita amati, sejak mulai pandemi dan semakin ke sini, permasalahan yang banyak dialami khusunya oleh millennial maupun gen z adalah masalah yang berkenaan dengan mental health issue, kosakata seperti overthinking, healing, self diagnose, fomo dan sebut lagi berbagai macam istilah yang sering digunakan pada zaman sekarang ini semua mengarah ke satu titik yang sama, yakni permasalahan psikologis.Â
Mengapa banyak orang stres? Mengapa semua orang selalu merasa kurang? Kurang pintar, kurang cantik, kurang kaya, kurang produktif, kurang memberi dampak, kurang berkontribusi dan banyak ketidakpuasan lain yang semakin hari semakin menghantui diri kita dan mungkin juga sebagian besar orang di luar sana? Bahkan orang yang kita nilai sudah berada pada titik pencapaian tertentu ternyata juga tidak puas dengan apa yang sudah diraihnya dan masih merasa kurang.
Well, terlepas dari semua pertanyaan di atas, mungkin salah satu dari sekian banyak penyebabnya adalah terlalu banyak noise yang kita dengar dan lihat setiap hari, baik dari orang sekitar, layar gadget maupun dari pikiran kita sendiri.Â
Terlalu banyak wejangan, nasehat dan apapun itu yang katanya menginspirasi dan membuak wawasan, terlalu banyak informasi yang kita konsumsi sampai akhirnya kita muntah dan tubuh kita tidak sanggup menerimanya. Lantas apa yang harus dilakukan? Ya simple, detox.Â
Dalam dunia kesehatan detox biasanya diasosiasikan dengan cleansing atau pembersihan diri dari racun-racun yang berasal dari luar diri kita, entah itu dari makanan yang biasa kita makan sehari-hari, minuman, aneka suplemen, you named it.Â
Apapun itu yang sifatnya dari luar dan dimasukkan ke dalam tubuh, itulah yang harus kita olah. Bila biasanya kita melakukan detox tubuh dengan mengkonsumsi makanan atau minuman yang bersifat meluruhkan racun dan untuk membersihkan tubuh, detox untuk pikiran dan emosional bisa kita lakukan dengan mengurangi noise yang biasa kita dengar dan lihat sehari-hari.
Tidak mudah memang untuk bisa mengacuhkan diri dari noise yang banyak itu karena secara tidak sadar mereka sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari, mereka yang selama ini mengisi ruang-ruang hati, batin dan pikiran kita daripada kejernihan pikiran dan rasa kita sendiri.Â
Mungkin itulah yang membuat kita bias, yang membuat kita cemas terus menerus, terlalu mengkhawatirkan masa depan yang masih antara ya dan tidak dan pada akhirnya kita hanya hidup dalam kenangan masa lalu atau angan-angan masa depan, bukan pada saat ini, sekarang, menit dan detik ini juga.
Memang susah ya, saat dinamika hidup sudah semakin cepat dan kita dituntut untuk juga cepat dalam berlari, padahal tidak semua orang kuat berlari, ada orang yang hanya kuat jalan santai, jalan cepat, lari-lari kecil, namun di zaman sekarang ini semua orang dikondisikan untuk harus bisa lari marathon dan berlomba-lomba mencapai garis finish karena kalau tidak kita akan di cap gagal.Â