Mohon tunggu...
Umi Fitria
Umi Fitria Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary Me

Seorang Ibu, wanita, teman, partner yang selalu ingin membuka hati dan pikiran untuk belajar tentang hidup. visit my blog on https://www.simpelmommy.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pentingnya Berjarak dengan Informasi

14 Desember 2022   09:43 Diperbarui: 14 Desember 2022   17:35 879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Eren Li on Pexels.com

Membahas tentang sosial media dan apa yang sedang ramai di dalamnya memang tidak akan pernah ada habisnya ya.

Yah mau bagaimana lagi, hidup kita sudah terlanjur dikepung dengan berbagai macam informasi yang datang dari segala arah. 

Bila dulu kita berada di era di mana informasi adalah hal yang langka dan butuh effort lebih untuk bisa mendapatkannya, lain halnya di era sekarang di mana informasi sudah seperti udara yang bisa kita akses kapan saja dan di mana saja.

Robert Kiyosaki pernah berkata bahwa informasi adalah the new oil. Sekedar mengingatkan bahwa di era industri dahulu, minyak adalah salah satu komoditas yang sangat berharga selain industri besi dan baja yang memang pada era itu menjadi primadona dan sangat masif pergerakannya terutama di Amerika dan dari bisnis itulah lahir taipan-taipan yang dikenal dunia seperti Andrew Carnegie dengan bisnis besi bajanya dan juga Joh D Rockefeller dengan bisnis standard oilnya.

Bila dulu dua komoditas itu yang berhasil membuat seseorang menjadi kaya raya dan mempunyai power atau pengaruh yang sedemikian besar.

Di zaman modern dan serba digital ini, di mana dunia dibentuk dan disetir oleh kemajuan teknologi, maka informasi menjadi the new oil, informasi menjadi suatu “tambang emas” baru bagi mereka yang paham bagaimana cara mengolahnya.

Kehadiran sosial media membuat informasi semakin masif membanjiri kita

Sejak awal kemunculannya, internet sudah berhasil menyihir kita semua dengan kecanggihan dan terobosan yang mengubah wajah dunia dan hidup banyak orang, sekarang ditambah dengan kemunculan sosial media hal itu semakin membuat derasnya guyuran informasi sudah tidak bisa dibendung layaknya hujan deras. 

Sebelum era sosial media, mungkin kita hanya akan mencari informasi saat kita butuh atau ingin saja, selebihnya ya kita akan hidup layaknya orang-orang normal pada umumnya, namun sekarang itu semua batal sejak kemunculan era disrupsi sosial media.

Hampir setiap hari, bahkan setiap jam, menit dan detik kita seolah dihantam dengan berbagai informasi dari segala penjuru, begitu banyaknya informasi yang kita konsumsi setiap hari sampai-sampai membuat kita tidak berjarak dengan informasi itu sendiri. 

Maka dari itu, tidak heran bila kebanyakan penyakit manusia modern sekarang ini tidak jauh-jauh dari yang namanya mental health issue dan semua yang berhubungan dengan inner self kita karena dampak kita tidak bisa memfilter ragam dan banyaknya informasi yang masuk ke dalam otak, pikiran dan alam bawah sadar kita.

Berjarak dengan informasi ternyata penting

Ada pepatah yang mengatakan bahwa kita tidak harus tahu semua hal dan kalau dipikir-pikir,kalimat ini ada benarnya juga karena di era informasi yang serba masif ini, kita cenderung mempunyai keinginan untuk tahu semua hal tanpa menyadari kapasitas dan kemampuan kita menerima itu semua. 

Contohnya saja saat membuka sosial media, awalnya mungkin kita tahu apa yang akan dicari, namun tidak sedikit yang di tengah jalan justru tergoda untuk scrolling hal-hal lain yang ujung-ujungnya justru kita menikmati konten yang bukan tujuan utama kita dan kita betah berlama-lama di dalamnya, hehe.

Jebakan seperti ini pasti sering kita alami yang berakhir kita banyak membuang waktu untuk hal-hal yang sebenarnya tidak jelas dan tidak ada faedahnya. Namun, justru hal itu yang memang menjadi target market bisnis sosial media, bagaimana membuat orang betah dan berlama-lama di depan layar untuk scroll dan menonton hal-hal yang tidak jelas yang mungkin sebagian besar dari yang kita lihat justru hanya akan menambah tingkat insecurity kita alih-alih semakin membuat kita tercerahkan.

Memang tidak semua konten sosial media itu tidak berbobot, karena nyatanya ada juga bahkan banyak konten yang berbobot dan edukatif.

Namun terlalu banyak mengonsumsi konten edukatif pun tidak akan membuat kita kemana-mana dan yah kita hanya akan stuck saja menonton karena yang kita sibukkan adalah mengisi ego kita untuk mendapatkan motivasi dan edukasi, bukannya mengambil langkah nyata untuk segera bertindak. Sungguh, ini adalah jebakan yang halus dan nyata bila kita tidak segera terbangun dan sadar.

Itulah mengapa memberi jarak kepada informasi sangatlah penting, terlepas dari penting tidak penting isinya. Semua yang "terlalu" itu tidak bagus karena akan bersifat destruktif sehingga itulah mengapa kita diajarkan untuk belajar seimbang. 

Bila dirasa kita sudah terlalu penat dan mulai terganggu dengan over konsumsi informasi, maka tidak ada salahnya berhenti sejenak dan memberi jeda agar kita mempunyai waktu untuk kembali ke dalam diri kita, untuk melepaskan diri dari semua hal yang ada di luar diri kita supaya kita tetap bisa berpikir jernih dan ajeg, tidak mudah terombang-ambing dan menjadi sasaran empuk propaganda informasi di zaman yang serba canggih ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun