Mohon tunggu...
Umi Fitria
Umi Fitria Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary Me

Seorang Ibu, wanita, teman, partner yang selalu ingin membuka hati dan pikiran untuk belajar tentang hidup. visit my blog on https://www.simpelmommy.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

5 Fase Tersulit Saat Menjalani Transisi dari Wanita Karir Menjadi Full Time Mom

14 Oktober 2022   05:56 Diperbarui: 14 Oktober 2022   10:45 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di zaman modern ini, sudah banyak wanita yang memiliki skill dan kemampuan juga tidak kalah dengan pria, baik di dunia professional maupun dalam bidang-bidang keahlian yang lain, banyak kita temui wanita yang juga mengisi peranan di sana, bahkan sebagian mungkin menjadi pemimpin. 

Tidak dipungkiri, wanita di zaman sekarang bisa dikatakan mempunyai kelonggaran dan keleluasaan untuk bisa mengekspresikan diri dan menjadi dirinya sendiri meskipun stigma sosial terhadap wanita masih sangat melekat erat hingga saat ini.

Sekarang ini sudah banyak kita jumpai wanita yang mandiri, mampu menghidupi dirinya sendiri, berdiri di atas kakinya sendiri tanpa harus seratus persen bergantung kepada orang lain. 

Bila kita amati dan lihat di kota-kota besar, jumlah pekerja wanita juga sama banyaknya dengan pria, hal ini menunjukkan bahwa eksistensi dan kemampuan wanita sudah mulai diperhitungkan dan semoga bukan hanya bias gender semata.

Perjalanan menjadi wanita karir tentu akan membuat catatan kebanggaan tersendiri bagi wanita yang menjalaninya. Bila sedari kecil kita biasa bergantung dan dibantu orang lain, saat memasuki fase atau usia bekerja inilah kita sudah bisa dikatakan mampu menghidupi diri sendiri dan mandiri terutama dari sisi finansial, sungguh tidak ada yang lebih melegakan saat kita punya kendali hidup sendiri. 

Namun, lika-liku hidup wanita karir juga nyatanya tak semulus dan seindah yang dibayangkan, terutama saat kita akhirnya sampai pada suatu titik di mana kita dihadapkan pada persimpangan jalan, antara karir atau keluarga.

Semua wanita pasti suatu saat akan mengalami fase ini, terutama wanita yang terbiasa bekerja dan berkarir. Saat kita sudah mulai ingin mengikatkan diri dalam pernikahan dan membangun sebuah keluarga, sedikit banyak dalam hati pasti ada pertanyaan seperti what next? 

Setelah ini apa yang harus dilakukan? Tetap bekerja? Menjadi ibu rumah tangga? Atau memainkan kedua peran sekaligus? Dan banyak pertanyaan dan pertimbangan yang tidak bisa dijawab dengan singkat dan cepat saat itu juga. 

Bagi beberapa wanita yang mempunyai support system yang baik, mungkin memutuskan perkara ini bukan hal yang sulit meskipun kadang bila dilema itu tidak datang dari kondisi luar, biasanya justru datang dari kegamangan di dalam diri sendiri.

Saat akhirnya keputusan sudah dipilih dan kita harus bertransformasi dari wanita pekerja kantoran menjadi fulltime mom yang mengurus keluarga terutama saat sudah adanya anak, tentu dunia kita akan berubah 180 derajat dan tidak sedikit para wanita yang sangat struggling dalam menjalani fase adaptasi ini. 

Bila kita rangkum, sedikit banyak ada 5 hal yang akan kita hadapi saat kita memutuskan berubah haluan dari wanita karir menjadi fulltime mom:

1. Faktor ekonomi

Saat masih bekerja tentu kita mempunyai penghasilan sendiri dan saat kita tidak lagi bekerja otomatis sumber penghasilan ini pun akan hilang. Salah satu faktor yang membuat banyak para wanita stres dalam fase transisinya salah satunya ya faktor ekonomi ini. 

Meskipun secara umum kita sudah dinafkahi dengan baik dan cukup untuk kebutuhan keluarga kecil kita, namun  berbeda rasanya dari yang biasanya kita mempunyai uang pribadi sendiri menjadi tidak ada sama sekali karena uang rumah tangga tentu berbeda dengan uang yang didapat secara mandiri. 

Uang rumah tangga harus benar-benar dikelola dan diutamakan untuk menunjang kebutuhan dan tujuan-tujuan keuangan keluarga, sedangkan bila mempunyai penghasilan sendiri, kita biasanya tidak akan merasa bersalah dan lebih leluasa dalam membelanjakannya. 

2. Kehilangan jati diri

Ini juga mungkin banyak dialami para wanita yang sedang menjalani masa perubahan dalam hidupnya, yakni kehilangan jati diri. 

Saat kita masih bekerja, kita merasa dibutuhkan, dipandang orang dan merasa kita bisa melakukan sesuatu dan memberikan kontribusi lewat pekerjaan kita. 

Kita memiliki wadah untuk aktualisasi diri lewat karir kita. Saat beralih menjadi fulltime mom, semua label itu hilang. Kita menjadi awam dengan diri kita sendiri dan karena disibukkan dengan rumah dan keluarga, sampai-sampai kita kehilangan koneksi dengan diri sendiri dan mulai lupa dengan apa yang kita inginkan, apa yang kita harapkan dan cita-citakan. 

Tidak ada salahnya kok tetap melakukan hobi-hobi lama kita atau sekedar mencari aktivitas di sela kesibukan kita mengurus keluarga bentuk aktualisasi diri dan menjaga kewarasan kita.

3. Teman yang mulai hilang satu per satu

Saat masih muda dan bekerja, rasanya kita mempunyai banyak teman ya, teman kuliah yang masih sering contact, teman kerja, kenalan-kenalan baru yang kita temui lewat komunitas yang kita ikuti dan masih banyak lagi akses yang memudahkan kita mengenal teman baru. 

Namun, saat sudah tidak lagi bekerja dan fokus mengurus keluarga, ke mana semua teman-teman itu? Bahkan teman yang masih bisa dihubungi dan masih intens menjalin komunikasi pun mungkin bisa dihitung jari.

 Yah, seiring dengan bertambahnya usia dan kesibukan, terutama saat sudah menikah dan berkeluarga kita juga harus memahami bahwa teman-teman kita juga sudah mempunyai kehidupan dan kesibukannya sendiri sehingga mengharapkan mereka akan selalu ada untuk kita seperti dulu tentu sangat sulit. Life must go on, right?

4. Berkurangnya self value

Ini adalah penyakit mental yang berbahaya, saat kita merasa dengan posisi dan status kita yang sudah berubah saat ini menjadikan kita merasa less value kepada diri sendiri, menganggap diri sendiri tidak berguna dan tidak memberikan dampak apa-apa seperti halnya dulu saat masih aktif berkarir. 

Hey, bukankah keluarga kita adalah karir nyata kita sekarang? Meskipun mungkin apa yang kita lakukan tidak mendapat notice atau applause dari orang-orang seperti halnya saat kita berprestasi dalam karir kita dulu. 

Ada atau tidaknya penghargaan, percayalah bahwa kita tetap berharga, paling tidak di mata keluarga dan orang-orang terdekat yang sayang dengan kita.

5. Hilang arah dan tujuan

Saat masih bekerja dulu kita mempunyai gambaran jelas tentang jenjang karir, kenaikan jabatan, dan segala bentuk achievement yang ingin kita raih. Sekarang? Apa yang mau diraih? Well, sekarang kita bisa menggunakan mindset yang sama namun dengan objek yang berbeda. 

Kita bisa membuat target-target pribadi untuk pengembangan diri kita maupun target-target untuk dicapai dalam kehidupan keluarga kita. Hal ini akan membuat kita tetap aktif dan tidak kehilangan arah dan tujuan dengan cara membuat keseharian kita tetap produktif.

Memang tidak mudah ya menghadapi fase transisi dari wanita karir menjadi fulltime mom, entah karena pilihan sendiri secara sadar maupun karena faktor kondisi. 

Apapun sebabnya itu tidak penting lagi sekarang, yang terpenting adalah bagaimana kita sekarang dengan sadar menerima dan mampu melewati fase adaptasi ini dengan baik. 

Setiap wanita mempunyai caranya sendiri sesuai kapasitasnya masing-masing dan itu tidak perlu diperdebatkan atau menjadi ajang kompetisi untuk pembuktian seperti yang sudah banyak terjadi. 

Women support women karena kita tidak tahu bagaimana hidup setiap orang dan bukan kewajiban kita juga untuk mengurusi hidup orang lain karena kewajiban kita adalah memberi support dan vibe yang positif, bukan malah memandang sebelah mata dan bermain di area benar salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun