Mohon tunggu...
Umi Fitria
Umi Fitria Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary Me

Seorang Ibu, wanita, teman, partner yang selalu ingin membuka hati dan pikiran untuk belajar tentang hidup. visit my blog on https://www.simpelmommy.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

5 Fase Tersulit Saat Menjalani Transisi dari Wanita Karir Menjadi Full Time Mom

14 Oktober 2022   05:56 Diperbarui: 14 Oktober 2022   10:45 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi by Pexels.com/Andrea Piacquadio

Saat masih bekerja tentu kita mempunyai penghasilan sendiri dan saat kita tidak lagi bekerja otomatis sumber penghasilan ini pun akan hilang. Salah satu faktor yang membuat banyak para wanita stres dalam fase transisinya salah satunya ya faktor ekonomi ini. 

Meskipun secara umum kita sudah dinafkahi dengan baik dan cukup untuk kebutuhan keluarga kecil kita, namun  berbeda rasanya dari yang biasanya kita mempunyai uang pribadi sendiri menjadi tidak ada sama sekali karena uang rumah tangga tentu berbeda dengan uang yang didapat secara mandiri. 

Uang rumah tangga harus benar-benar dikelola dan diutamakan untuk menunjang kebutuhan dan tujuan-tujuan keuangan keluarga, sedangkan bila mempunyai penghasilan sendiri, kita biasanya tidak akan merasa bersalah dan lebih leluasa dalam membelanjakannya. 

2. Kehilangan jati diri

Ini juga mungkin banyak dialami para wanita yang sedang menjalani masa perubahan dalam hidupnya, yakni kehilangan jati diri. 

Saat kita masih bekerja, kita merasa dibutuhkan, dipandang orang dan merasa kita bisa melakukan sesuatu dan memberikan kontribusi lewat pekerjaan kita. 

Kita memiliki wadah untuk aktualisasi diri lewat karir kita. Saat beralih menjadi fulltime mom, semua label itu hilang. Kita menjadi awam dengan diri kita sendiri dan karena disibukkan dengan rumah dan keluarga, sampai-sampai kita kehilangan koneksi dengan diri sendiri dan mulai lupa dengan apa yang kita inginkan, apa yang kita harapkan dan cita-citakan. 

Tidak ada salahnya kok tetap melakukan hobi-hobi lama kita atau sekedar mencari aktivitas di sela kesibukan kita mengurus keluarga bentuk aktualisasi diri dan menjaga kewarasan kita.

3. Teman yang mulai hilang satu per satu

Saat masih muda dan bekerja, rasanya kita mempunyai banyak teman ya, teman kuliah yang masih sering contact, teman kerja, kenalan-kenalan baru yang kita temui lewat komunitas yang kita ikuti dan masih banyak lagi akses yang memudahkan kita mengenal teman baru. 

Namun, saat sudah tidak lagi bekerja dan fokus mengurus keluarga, ke mana semua teman-teman itu? Bahkan teman yang masih bisa dihubungi dan masih intens menjalin komunikasi pun mungkin bisa dihitung jari.

 Yah, seiring dengan bertambahnya usia dan kesibukan, terutama saat sudah menikah dan berkeluarga kita juga harus memahami bahwa teman-teman kita juga sudah mempunyai kehidupan dan kesibukannya sendiri sehingga mengharapkan mereka akan selalu ada untuk kita seperti dulu tentu sangat sulit. Life must go on, right?

4. Berkurangnya self value

Ini adalah penyakit mental yang berbahaya, saat kita merasa dengan posisi dan status kita yang sudah berubah saat ini menjadikan kita merasa less value kepada diri sendiri, menganggap diri sendiri tidak berguna dan tidak memberikan dampak apa-apa seperti halnya dulu saat masih aktif berkarir. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun