ASI (Air Susu Ibu), entah sudah berapa banyak dan seberapa sering kita mendengar kampanye untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada bayi yang baru lahir, hingga minimal usia enam bulan pertama dalam kehidupan mereka karena begitu penting dan dahsyatnya sumber makanan bayi yang satu ini.
Sampai-sampai dari banyak bacaan dan penelitian, tidak ada satu pun produk yang bisa menggantikan komposisi yang terkandung di dalam ASI.
Berlatar pentingnya pemberian ASI inilah banyak para ibu yang berusaha sekuat tenaga untuk dapat mengASIhi sang buah hati, apapun usaha pasti akan dilakukan demi memberikan asupan terbaik untuk si kecil.Â
Meskipun ASI sangat penting dan hal itu diamini oleh semua orang dari berbagai kalangan, namun faktanya memang tidak semua ibu di luar sana bisa memberikan ASI secara ekslusif.
Alasannya pun beragam, mulai dari alasan medis, karena produksi ASI macet, dan bermacam-macam kendala lainnya. Meskipun sang ibu pun juga sangat ingin bisa mengASIhi, sehingga mau tidak mau pilihan memberikan sufor akan diambil sebagai emergency exit.
Pun demikian, ada juga ibu yang diberi kemudahan untuk mengASIhi sehingga sang buah hati bisa mendapatkan ASI secara ekslusif, tidak hanya selama enam bulan bahkan hingga usia dua tahun.Â
Beberapa bahkan mempunyai produksi ASI yang berlimpah, sehingga harus setiap saat memompa dan menyetok ASI di kulkas. Yah demikianlah suka duka dan dinamika pergulatan yang dihadapi seorang ibu yang baru melahirkan dalam usaha memberikan ASI.
Pengalaman pertama mengASIhi
Masih jelas teringat detik-detik di mana setelah melahirkan, hal pertama yang saya ingat setelahnya adalah inilah waktunya untuk memberikan ASI pertama kali kepada si kecil, karena colostrum dalam ASI yang pertama keluar adalah holy grail yang tidak bisa digantikan dengan apapun.Â
Sesaat setelah si kecil dibersihkan dan dikeluarkan dari ruang bayi untuk diberikan kepada saya, saat itulah saya langsung memberikan ASI.
Pertama, mungkin akan terasa sangat aneh, baik untuk ibu maupun si bayi karena ini murni pengalaman pertama bagi kami, namun justru momen inilah bonding ibu dan anak dimulai.Â
Pertama kali memberikan ASI mungkin tidak selalu berjalan mulus seperti yang kita semua bayangkan.
ASI lancar tanpa kendala, bayi langsung bisa menyusu dengan baik, semua senang, nyatanya tidak demikian.
Pengalaman pertama memberikan ASI, si bayi menangis karena belum menemukan posisi yang pas dan ASI tidak langsung keluar saat itu juga.
Saya sebagai ibu juga mulai panik saat melihat bayi saya menangis karena ternyata ASI belum keluar.Â
Namun, saya tidak berhenti di situ, saya masih optimis dan berkeyakinan bahwa tubuh kita sudah di-design sedemikian rupa untuk bisa menghasilkan ASI pasca melahirkan, sehingga saya tetap berusaha menyusui bayi saya dengan tujuan untuk merangsang keluarnya ASI dari aktivitas menyusu si kecil.
Dan benar juga, meskipun harus ada sedikit tangisan-tangisan kesal karena sempat macet, akhirnya ASI bisa keluar lancar dan si kecil bisa menyusu dengan tenang.
Suka duka memberikan ASI ekslusif
MengASIhi memang menjadi aktivitas utama seorang ibu pasca pulang dari tempat bersalin karena bayi yang baru lahir mempunyai intensitas dan frekuensi menyusui yang tinggi.
Biasanya rata-rata bayi baru lahir akan menyusu tiap empat jam dan setiap sesi menyusu bisa bermacam-macam tergantung si bayinya. Ada yang cepat, lama, dan bahkan sangat lama sampai si bayi tertidur. Sungguh aktivitas yang melelahkan namun juga menyenangkan di waktu yang bersamaan.
Produksi ASI yang lancar di awal tidak menentukan akan selalu lancar juga selanjutnya, demikian juga sebaliknya.Â
Saya juga mengalami masa-masa ASI seret di mana hal ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan berat badan si kecil.Â
Hal ini pasti membuat semua ibu khawatir termasuk saya juga pada saat itu karena tolak ukur perkembangan bayi baru lahir adalah perkembangan secara fisik di mana kita harus rajin memantau perkembangan berat badannya, dan faktor utama yang mempengaruhinya tidak lain dan tidak bukan adalah ASI karena ini adalah satu-satunya asupan si kecil.
Masa-masa ASI macet itu terjadi saat si kecil berusia empat bulan, sehingga saya langsung berusaha mencari cara, informasi dan melakukan segala usaha untuk mem-boost produksi ASI dan juga lebih sering menyusui untuk mengejar berat badan yang ideal.Â
Mulai dari asupan makanan, saya lebih sering mengonsumsi sayuran hijau dan juga kacang-kacangan, disertai konsumsi susu untuk menyusui dan juga sesekali dibantu suplemen yang akhirnya semua usaha itu membuahkan hasil dan saat kunjungan rutin ke dokter si kecil sudah mencapai berat badan ideal lagi.
Belajar dari pengalaman itu, saya tetap menerapkan disiplin dalam hal pemberian ASI, baik dalam hal asupan makanan dan yang utama adalah menjaga mindset agar tetap stabil. Karena bila kita tidak bisa mengendalikan lonjakan emosi dan sangat mood swing, hal ini sedikit banyak juga berpengaruh terhadap produksi ASI loh. Sepertinya faktor terakhir ini ya yang terkadang sulit dikontrol ya, hehe.
Proses pemberian ASI ekslusif berjalan tidak berhenti hanya selama enam bulan saja, namun saya lanjutkan hingga si kecil berusia tepat dua tahun. Apakah selama rentan dua tahun ini ASI selalu lancar dan melimpah?Â
Berdasarkan pengalaman pribadi jawabnya adalah tidak, mengASIhi adalah proses supply and demand, saat bayi baru lahir memang produksi ASI berada di puncak keberlimpahannya, karena ASI menjadi satu-satunya sumber makanan.Â
Memasuki usia MPASI produksi ASI masih lancar namun kuantitasnya sudah mulai sedikit menurun, hal ini dikarenakan frekuensi menyusu bayi juga berkurang karena adanya tambahan asupan makanan berupa MPASI tadi sehingga saat demand berkurang, supply pun menyesuaikan dan begitu seterusnya hingga si kecil berusia dua tahun dan siap untuk full lepas ASI.
Jadi, jangan pesimis dan khawatir tentang ASI, buang jauh-jauh pikiran bisa tidak ya memberikan ASI, kira-kira ASI keluar tidak ya dam berbagai macam jenis ketakutan dan kekhawatiran.Â
Jalani saja semua prosesnya, saat ada kendala jangan patah semangat untuk mencari solusi dan bila kita menemui jalan buntu, maka tidak ada salahnya berkonsultasi kepada ahli.Â
ASI memang sangat penting dan menjadi asupan utama, namun kita juga tidak menutup mata bahwa setiap individu mempunyai cara kerja tubuh yang berbeda-beda sehingga outputnya pun berbeda pula.Â
Bagi yang bisa memberikan ASI eksklusif bersyukurlah karena itu adalah karunia yang luar biasa. Namun, bagi yang belum bisa dan harus memberikan sufor, jangan merasa bersalah dan bersedih hati karena bentuk kasih sayang ibu kepada anak itu luas, tidak hanya distandarisasi oleh pemberian ASI saja.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H