Makan adalah salah satu dari tiga pilar kebutuhan dasar manusia yang wajib untuk dipenuhi. Bisa dibayangkan bila poin ini gagal dipenuhi, ya otomatis akan berujung pada kematian sehingga membatalkan esensi dari kehidupan manusia itu sendiri.Â
Sejak zaman dahulu manusia hidup untuk menjaga dan mempertahankan eksistensi mereka di bumi ini dengan cara berburu dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain.Â
Seiring dengan semakin majunya tingkat kecerdasan dan peradaban manusia, kita kemudian mengenal sistem agraris atau pertanian sehingga pilihan untuk makan sudah tidak hanya dengan berburu dan memakan daging saja, namun juga mulai memakan produk-produk hasil dari alam atau nabati, seperti biji-bijian, sayuran dan juga buah -buahan.
Zaman berganti, era primitif telah berlalu dan sekarang manusia modern sudah lebih variatif lagi dalam urusan makan ini. Semenjak mengenal bumbu dan teknik memasak, makanan sekarang ini juga sudah bertransformasi dengan berbagai bentuk, jenis dan benar-benar kaya akan cita rasa.Â
Mungkin dahulu manusia tidak pernah terpikir ya bahwa aktivitas makan yang memang tujuannya untuk mengatasi rasa lapar demi bertahan hidup, yang notabene sesederhana itu bisa menjadi ragam kuliner yang tidak ada habisnya dan terus berkembang dari masa ke masa.
Perbedaan arti kata makan dan kuliner
Istilah kuliner ini menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti sesuatu hal yang berhubungan dengan masak memasak, namun sebenarnya kuliner ini adalah kata serapan dari root bahasa inggris yang artinya adalah masakan.Â
Seiring dengan lajunya asimilasi dalam masyarakat kita dalam penggunaan bahasa, kuliner yang tadinya adalah kata benda sekarang juga bisa menjadi kata kerja.Â
Mungkin kiat sering mendengar istilah atau ajakan "kulineran yuk !", nah itu salah satu contoh kita menggunakan kata kuliner sebagai kata kerja yang pada dasarnya mengacu atau menyamakan dengan kata "makan" yang memang notabenenya adalah kata kerja.
Namun, dengan normalisasi kata serapan ini, apakah bisa dibenarkan?Â
Well, kalau bicara benar salah ya seharusnya memang kuliner ini sesuai dengan arti kata asalnya ya, yakni masakan, sehingga penyebutan yang benar harusnya "yuk kita makan kuliner Indonesia" atau "yuk kita coba kuliner jepang" yang memang mengacu kepada ragam atau jenis masakan, bukan aktivitas makannya.Â
Namun yah sekali lagi masyarakat kita kan memang masyarakat yang sangat mudah memaklumi ya, jadi benar salah ya bukan menjadi hal yang harus diskeptisi, hehe.