Tujuan saya menulis ini juga sebagai saran dan kritik dalam dunia pendidikan, entah apakah di zaman sekarang praktik-praktik seperti itu masih diterapkan di sekolah.
Namun harapan saya untuk para guru dan tenaga pengajar, selalu lihatlah anak didik kita sebagai manusia yang mempunyai perasaan.
Meskipun bagi kita orang dewasa mereka hanya anak-anak dan akan nurut-nurut saja dengan perkataan dan perintah kita, namun bukan berarti kita bisa dan berhak menggunakan cara-cara yang menurut saya kurang tepat dilakukan.Â
Mencemooh murid yang bertanya sungguh akan membuat murid itu malu dan kehilangan kepercayaan diri, pengalaman itu bisa berdampak traumatis dan efek dari traumatis bisa mempengaruhi psikologinya dalam jangka panjang.
Pun begitu juga saat murid salah menjawab soal-soal, tidak perlulah menghukum dan mempertontonkan hukuman di depan kelas karena hanya akan membuat murid sekali lagi merasa malu dan kehilangan percaya diri.Â
Hal ini juga secara tidak langsung mengajarkan pada anak-anak kita pesan di alam bawah sadar bahwa dalam hidup tidak boleh membuat kesalahan.
Hal ini akan mendorong anak-anak untuk melakukan sesuatu atas dasar takut bila salah akan dihukum, bukan melakukan sesuatu karena mereka menyukainya dan bersemangat dalam mengerjakannya.
Setiap murid itu unik, mereka individu yang berbeda, baik dari sisi intelegensi maupun kepribadian.Â
Kita sebagai orang tua dan guru di sekolah harus lebih bijak dalam bersikap kepada anak-anak didik kita.
Kita arus memperhitungkan dampaknya untuk sang anak ke depan, kita tidak pernah tahu apa yang mereka rasakan dan bagaimana efek selanjutnya dari pengalaman itu sehingga sungguh hal yang tepat bila kita berpijak pada kasih sayang saat mendidik anak-anak, tidak hanya sekedar gugur kewajiban memberikan pelajaran atau hanya sekedar mengikuti arahan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H