Mohon tunggu...
Umi Fitria
Umi Fitria Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary Me

Seorang Ibu, wanita, teman, partner yang selalu ingin membuka hati dan pikiran untuk belajar tentang hidup. visit my blog on https://www.simpelmommy.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Berdamai dengan Masa Kini

8 Juni 2022   10:20 Diperbarui: 12 Juni 2022   15:21 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup manusia memang tidak ada yang bisa menduga jalan ceritanya. Terkadang kita sebagai manusia sudah berusaha sekuat tenaga dan bersungguh-sungguh untuk bisa mencapai apa yang kita impikan.

Tidak hanya sehari atau dua hari, kita bahkan sudah merencanakan dan mempersiapkan semuanya bertahun-tahun lamanya supaya big goal kita dan tujuan-tujuan hidup kita bisa menjadi kenyataan.

Terkadang kita seolah-olah lupa bahwa sekuat dan se-perfect apapun grand plan yang kita punya, tetap kita hanya bisa mengontrol dan mengendalikan faktor eksternal atau internal diri kita sendiri dan juga sedikit mitigasi masalah sebagai upaya pencegahan.

Sedangkan faktor eksternal yang datangnya dari luar, kita sama sekali buta, kita sama sekali tidak tahu menahu kapan datangnya, dengan skenario yang seperti apa, seberapa parah dampaknya yang bisa kita terima, dan banyak pertanyaan-pertanyan lain yang mungkin dulu tidak pernah terbersit sama sekali saat kita melenggang menjalani hari untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita.

Ada pepatah yang mungkin sering sekali kita dengar bahkan sudah ada di buku pelajaran anak-anak sekolah dasar kalau kita ingat, pepatah itu berbunyi, "hidup itu bagai roda pedati, ada masanya kita berada di atas, ada masanya kita berada di bawah" dan cara kerja roda adalah dengan berputar dan terus berputar, karena dengan berputar dia bisa berguna dan bermanfaat. 

Sisi egois kita sebagai manusia terkadang sangat sulit menerima saat masanya tiba kita berada di bawah, terkadang kita mengkritisi pepatah tersebut dengan pikiran-pikiran skeptis seperti, "Ah bisa saja pepatah seperti itu dibuat hanya untuk menghibur diri" atau "bisa saja pepatah itu dibuat untuk rasionalisasi kegagalan saja supaya kita tidak merasa bersalah" dan masih banyak pikiran-pikiran skeptis lain yang sering kali berkecamuk saat kita merasa di titik terendah dalam hidup.

Menerima dengan sadar kondisi yang terjadi dalam hidup kita saat ini, detik ini memang tidaklah mudah, karena sekali lagi pikiran-pikiran kita akan selalu dan terus menarik kita kepada memori-memori kesenangan dan apa yang kita anggap kebahagiaan dan kejayaan di masa-masa yang lalu saat apa yang kita alami sekarang tidak demikian. 

Pendek kata, untuk bisa sepenuhnya berada di level "acceptance" itu memang sangat sulit, karena kita akan mencari cara untuk berkelit dan berusaha keluar dari situasi yang tidak mengenakkan ini dan berharap bisa kembali ke kondisi-kondisi di masa lalu yang membuat kita merasa secure dan bahagia pada masa itu.

Satu hal yang kita sering lupa bahwa seperti yang pepatah di atas katakan, roda itu bekerjanya dengan cara berputar, dan perputaran itu akan menggerakkan roda dari satu tempat ke tempat yang lain. 

Mungkin bila kita mau sedikit berfilosofi, perubahan hidup kita yang juga up and down ini, naik dan turun ini, bila mengikuti hukum roda berputar bisa jadi juga akan membawa kita ke suatu bentuk perubahan hidup yang mungkin saat ini kita masih belum tahu akan mengarah ke mana karena hidup itu sendiri dinamis dan terus berubah. 

Namun entah kenapa meskipun kita tahu hidup itu sendiri unpredictable, kita masih saja senang bermain-main dengan ke-aku-an kita yang seolah-olah bisa mengendalikan semua realitas seperti di film-film superhero. Padahal kenyataannya, saat dipukul mundur oleh hidup saja kita sudah stres dan overthinking kalau kata anak jaman sekarang. 

Yah, namanya juga manusia, selalu inginnya semua serba lancar dan berjalan sempurna sesuai apa yang dikehendaki padahal kenyataannya yang berjalan dan terjadi dalam hidup adalah kehendak sang pemilik hidup itu sendiri.

Kita sebagai manusia mempunyai kehendak. Sang pemilik hidup juga mempunyai kehendak dan yang berlaku sejatinya adalah kehendak sang pemilik hidup.

Butuh waktu memang untuk bisa menyadari bahwa hidup kita ini terlilit dengan banyak faktor dan variabel, kita benar-benar tidak bisa hanya mengandalkan diri kita sebagai individu untuk bisa mengubah hidup kita, sungguh terkadang pikiran seperti ini memang terkesan sedikit arogan. 

Manusia memang memiliki free will dan kekuatan untuk mengubah nasib dan hidupnya, namun hanya sebatas kemampuan dan kapasitas kita sebagai manusia. Yang bisa kita lakukan hanya berusaha, melakukan apa yang harus dilakukan, sedangkan restu untuk perubahan itu sendiri tetap berada di tangan sang pemilik hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun