Mohon tunggu...
Umi Fitria
Umi Fitria Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary Me

Seorang Ibu, wanita, teman, partner yang selalu ingin membuka hati dan pikiran untuk belajar tentang hidup. visit my blog on https://www.simpelmommy.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Bahaya Over Konsumsi Konten Media Sosial

21 Maret 2022   10:09 Diperbarui: 22 Maret 2022   18:30 1260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi media sosial dan interaksi dunia digital.(sumber: SHUTTERSTOCK/RAWPIXEL.COM via kompas.com)

Setelah seharian berkatifitas tentu kita membutuhkan rehat atau istilah nya relaksasi untuk melepas penat dan stres. 

Setiap orang pun tentu mempunyai cara yang berbeda-beda untuk relaksasi, ada yang suka melakukan kegiatan outodoor, ada yang suka pampering atau merawat diri atau bahkan sekedar scroll akun media sosial entah Instagram, Twitter atau Youtube untuk mengupdate berita terbaru dan apa-apa saja yang sedang rame diperbincangkan di dunia maya.

Dari banyak nya opsi untuk escape dari rutinitas kegiatan sehari-hari di atas, sepertinya kita semua cenderung sepakat ya bahwa opsi terakhir ini yang paling banyak diminati dan dilakukan oleh banyak orang.

Bagaimana tidak, hanya bermodal kan smartphone dan koneksi internet, tanpa keluar rumah dan hanya rebahan kita sudah bisa menjelajah ke pelosok belahan bumi yang lain, mengupdate kabar terbaru dan mencari informasi apapun yang kita butuhkan dan kita inginkan.

Pasar konten di media social

Dalam berseluncur di media sosial tentu tidak semua informasi bisa kita tampung dalam satu waktu, setiap orang mempunyai interest nya masing-masing dan salah satu kelebihan yang bisa kita manfaatkan dari media sosial adalah banyak nya konten-konten menarik dari berbagai bidang.

Mulai dari yang umum sampai yang spesifik, dari yang sangat menarik sampai yang biasa-biasa saja, bahkan dari yang serius sampai remeh temeh pun juga ada. 

Ibaratnya media sosial seperti pasar digital yang menampung banyak konten-konten yang menjajakan produk nya, dan kita tentu saja adalah calon-calon pembeli yang potensial.

Beragam nya konten di media sosial membuat kita mempunyai banyak pilihan meneysuaikan minat kita dan informasi apa yang akan kita cari, biasanya orang mencari konten tertentu berdasarkan hobi, kesukaan, keingintahuan, gaya hidup atau untuk mencari problem solving masalah yang sedang dihadapi. 

Sebagian yang lain hanya sekedar killing time saja atau menghabiskan waktu luang dengan sekedar menikmati konten-konten yang sifatnya random, hanya scroll atau klik yang sekiranya menarik perhatian untuk tujuan hiburan semata.

Tentunya dari sekian banyak ragam konten, ada kecenderungan kita untuk menyukai suatu konten tertentu, katakanlah untuk para wanita tidak sedikit yang menyukai konten-konten yang berkaitan dengan beauty.

Untuk ibu-ibu rumah tangga biasanya menyukai konten masak-memasak atau tips-tips merapikan rumah dan untuk kaum laki-laki biasnya menyukai konten-konten yang cenderung maskulin seperti olahraga, game streaming maupun otomotif. 

Tentu setiap konten mempunyai target audience nya masing-masing sehingga hampir semua konten dari beragam jenis dan bahasan pasti ada saja yang menonton dan follow.

Overdosis konten

Ilustrasi menggunakan sosial media (Freepik)
Ilustrasi menggunakan sosial media (Freepik)

Saat kita mulai tertarik dan mendapatkan engage dari topik bahasan tertentu, biasanya kita mulai ketagihan untuk menyerap informasi dari berbagai sumber atau content creator. 

Dengan topik yang sama, biasanya kita akan mulai membandingkan konten yang satu dengan konten yang lain, tidak berhenti di situ, kita juga mulai menggali lagi lebih dalam informasi yang lain yang masih berkaitan dengan topik tersebut.

Tentu, sehingga kita tidak berhenti di satu pembahasna saja, tapi kita juga mulai mengupgrade diri untuk belajara dan mendalami sub-sub bahasan dari topik tersebut.

Hal itu tentu saja sangat bagus karena secara tidak langsung kita terdorong untuk ingin tahu lebih dan belajar lebih banyak dari konten yang ada di media sosial and it's for free alias gratis. 

Namun, yang perlu digaris bawahi di sini adalah saat kita mulai kelewat batas dan burnout akibat overkonsumsi konten, ini yang berbahaya, mengapa? 

Karena kita akan menjadi terobsesi dengan suatu hal dan saat sudah mulai masuk fase obsess, maka hidup kita akan menjadi kurang seimbang karena waktu, pikiran dan tenaga kita dicurahkan dan dihabiskan untuk fokus ke satu hal saja dan seringkali ini yang membuat kita menjadi overthinking dan depresi.

Baiklah untuk lebih memudahkan kita ambil suatu contoh kasus, mungkin ini yang banyak dialami beberapa orang yang mempunyai enthusiast atau minat di bidang finansial, terutama nya personal finance. 

Sejak awal pandemi di 2020, banyak orang yang kalang kabut dari sisi finansial karena banyaknya gelombang PHK dan ini terjadi di semua layer, dari yang berpenghasilan rendah sampai yang tinggi, ditambah literasi keuangan masyarakat kita yang masih rendah sehingga rasio menabung pun masih sangat kecil, alhasil banyak individu atau keluarga yang collaps karena tidak mempunyai cukup cadangan cash dalam rekening. 

Dari fenomena ini, banyak bermunculan konten-konten di media sosial yang membahas tentang  finansial, baik dari sisi  strategi mengatur keuangan pribadi, keluarga sampai dengan investasi. Bila kita cermati, konten-konten finansial ini sangatlah menjamur dan hype pada waktu itu bahkan sampai sekarang. 

Terlepas dari kualitas dan kredibilitas content creator, apakah mereka pemain lama atau pemula, professional atau bukan.

Konten dengan tema finansial sangatlah diminati karena konten ini menjawab semua permasalahan kita yang berkaitan dengan seni mengatur uang, di mana yang sebelumnya adalah tabu membicarakan uang, sekarang masyarakat kita rupanya sudah mulai open minded dalam hal ini.

Apakah salah ? tentu saja tidak, justru kita harus bersyukur dengan hadirnya konten-konten ini yang notabene juga menambah wawasan kita dan menyadarkan kita penting nya cerdas finansial. 

Namun, saat kita mulai terobsesi dengan konten seperti ini, secara tidak langsung kita menjadi overthinking, kita menjadi was-was tentang uang, kita mulai mengecek investasi kita setiap hari setiap saat berharap cepat mendapat return.

Kita mulai khawatir saat uang di tabungan diambil untuk keperluan tertentu, kita kahwatir uang kiat berkurang dan kekhawatiran-kekhawatiran lain nya yang membuat pikiran kita hanya terpusat pada uang , uang dan uang, sehingga yang muncul terkadang bukan nya tenang tapi malah was-was, tentu ini plot twist sekali ya dengan tujuan awal dibuatnya konten finansial.

Bijak dan secukupnya dalam konsumsi konten

Tidak hanya konten finansial, konten apapun itu ada baiknya bila kita mengkonsumsi nya secara bijak. 

Maksudnya di sini adalah kita ambil dan aplikasikan semua ilmu yang diberikan tanpa harus setiap saat memikirkannya, misalkan kita sudah tahu dan paham bahwa menabung dan investasi itu penting dan kita sudah menentukan strateginya.

So, kita tinggal melakukan nya dan evaluasi secara berkala, selanjutnya tidak perlu kita memikirkan terus menerus dan mengutak atik lagi, sisakan fokus pikrian dan tenaga kita untuk melakukan dan menjalani kehidupan kita sekarang, istilah nya live at the moment. 

Jangan sampai kita lupa dengan masa sekarang, menikmati hidup yang ada sekarang karena kalah dengan kekhawatiran berlebihan tentang masa depan atau hal-hal yang belum tentu terjadi. 

Terus mengupgrade ilmu dan pengetahuan itu memang penting dan emrupakan bekal kita untuk hidup yang lebih baik di masa yang akan datang, namun berlebihan memikirkan masa depan juga tidak sehat secara mental.

Jadi yuk kita coba balance dalam konsumsi konten media sosial, ambil dan serap secukupnya, jangan sampai overdosis ya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun