Mohon tunggu...
Umi Fitria
Umi Fitria Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary Me

Seorang Ibu, wanita, teman, partner yang selalu ingin membuka hati dan pikiran untuk belajar tentang hidup. visit my blog on https://www.simpelmommy.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Influencer Bukan Segalanya, Tetap Jadilah Diri Sendiri

14 Maret 2022   14:08 Diperbarui: 15 Maret 2022   06:05 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi influencer (shutterstock)

Dengan semakin terbuka lebarnya peluang-peluang tersebut, semakin banyak pemain yang masuk untuk mencoba keberuntungan. 

Semua bisa masuk ke ranah digital tanpa mengenal usia, gender, kualifikasi, kualitas bahkan tingkat pendidikan, semuanya bersaing tanpa ada standarisasi, sehingga kita akan sangat sulit membedakan mana yang benar-benar mempunyai tendensi dan kualitas yang bagus dan mana yang tidak. 

Pelaku bisnis digital ini yang kemudian disebut atau menyebut dirinya influencer pun mulai bermunculan sesuai bidang atau background yang diusung masing-masing personal.

Tidak sedikit dari kita yang sangat mengidolakan karena mereka memerikan insight dan knowledge yang selama ini kita tidak tahu sehingga kita merasa tercerahkah berkat influencer tertentu, sah-sah saja dan tidak ada yang salah.

Yang menjadi masalah adalah saat kita sebagai konsumen atau target market, menjadi sangat militan atau sangan mengidolakan influencer bahkan mulai menjadikan nya panutan, bukan kah seperti itu yang banyak terjadi?

Influencer juga manusia, sama seperti kita

Bila sudah sampai menjadikan panutan, biasanya kita menjadi tidak lagi obyektif dan seolah-olah semua kata influencer adalah kebenaran yang harus kita ikuti, di sinilah kelirunya. Influencer juga manusia biasa sama seperti kita, mereka juga bisa salah dan benar.

Kita sebagai pengguna media sosial harus seimbang dalam mencerna semua informasi yang dipaparkan oleh para influencer tersebut, kita harus selalu aware dan menggunakan akal sehat kita sehingga kita bisa mengolah dan mencerna informasi yang diberikan secara utuh, tidak menelannya bulat-bulat.

Hal pertama yang harus kita lakukan adalah senantiasa membangun kerangka berpikir yang kritis, kita sebagai obyek atau penonton tidak boleh mudah percaya dengan apapun dan siapapun yang berbicara di media sosial tanpa melakukan kroscek data, sehingga kita bisa terhindar dari hasutan dan pengiringan opini lewat media sosial.

Kita tidak bisa menyalahkan media sosial atau menyuruh orang untuk berhenti menjadi influencer, ekosistem seperti ini sudah ada, sudah settle dan bahkan akan semakin berkembang di kemudian hari.

Kita tidak bisa menolak perkembangan zaman, yang bisa kita lakukan adalah menerima, berkolaborasi dan menjadi pribadi yang merdeka dan berdaulat kepada diri sendiri.

Jangan mengambil keputusan apapun dalam hidup kita berdasarkan apa kata orang lain, semua yang di luar diri kita hanya memberikan pengaruh atau influence. Penentu dan pengambil keputusan adalah diri kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun