Mohon tunggu...
Umi Saputri
Umi Saputri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Motivator

Mahasiswi Tadris Biologi, IAIN Metro Lampung.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

TOEFL menjadi Problematika bagi Pendaftar Beasiswa, Benarkah?

1 Maret 2024   00:04 Diperbarui: 1 Maret 2024   09:41 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis: Umi Saputri

Cita-cita untuk meratakan akses pendidikan bagi anak bangsa, dapat diwujudkan oleh pemerintah melalui program beasiswa.

Namun seperti yang di ketahui, ternyata beasiswa yang menjadi harapan satu-satunya untuk bisa melanjutkan pendidikan.

Menjadi problematika utama, semenjak di berlakukannya persyaratan wajib TOEFL bagi pendaftar beasiswa.

Bagaimana tidak menjadi problematika?. Jika untuk mendapatkan skornya saja, ada ketentuan khususnya.

Jika target pendaftar adalah masyarakat umum, dari kalangan warga paling miskin, miskin, kaya dan paling kaya.

Tentu saja ini menjadi masalah yang serius, karena untuk bisa mencapai skor tertentu, ada harga yang harus dibayarkan.

Sehingga hal inilah yang rentan menyebabkan seseorang, menghalalkan yang haram menggunakan segala cara supaya mencapai apa yang di inginkan.

Mengingat ada sebagian calon pendaftar beasiswa yang skor TOEFL besar tapi menggunakan joki TOEFL. Bagaimana dengan mereka yang skor TOEFL kecil, namun mengutamakan integritas?

Beasiswa itukan diberikan untuk akses kemudahan dalam melanjutkan pendidikan, tapi kenapa di awal harus ada akses kesulitan.

Seperti kursus yang mahal, ada harga tes TOEFL yang tidak murah, ditambah dengan berlakunya sertifikat TOEFL yang tidak permanen (hanya 2 tahun berlakunya).

Seperti yang penulis alami, untuk tes TOEFL ITP Rp.600.000 yaitu jadwal pagi-sore. Namun ada juga, tes TOEFL yang mengkhususkan harga bagi pendaftar malam yakni menjadi Rp. 700.000.

Kalau dipikir-pikir, tesnya memakan waktu yang sama, kenapa hanya persoalan siang dan malam menjadi perbedaan bayaran?

Belum lagi jika jadwal di reschedule kendala karena jaringan, malah dikenakan biaya tambahan sebesar Rp. 150.000. Bahkan untuk harga kursusnya saja mencapai ratusan hingga jutaan. Katanya semakin mahal semakin bagus. 

Tapi sekarang ini mau cari harga pun belum menjamin kualitasnya, mengingat banyak sekali tawaran kursus di sosmed, sehingga akan sulit mencari kualitas.

Tidak terbayangkan, jika gagal tes TOEFL berkali-kali. Berapa uang yang harus dibayarkan. Ditambah lagi, dengan pengeluaran biaya sebanyak itu, belum menjamin lolos administrasi.

Kalau TOEFL masih di wajibkan untuk pendaftar beasiswa di dalam negeri, tentu akan menjadi hambatan bagi 1 pemuda yang akan meraih impian. Apakah tidak ada opsi lainnya, selain mewajibkan sertifikat TOEFL?

Mungkin jika tidak ada opsi lain untuk TOEFL, bisa dengan; 1. Dikecilkan skornya 2. Tidak di wajibkan skornya 3. Memindahkan wajib TOEFL setelah dinyatakan lulus beasiswa, bukan di awal administrasi. DLL (opsi lainnya tanpa menghapuskan persyaratan TOEFL)

Mengingat pendaftar beasiswa, itukan lahir dari latarbelakang yang berbeda, baik pendidikan, orang tuanya, dan finansialnya. Tentu mereka punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jika seseorang diberikan kesempatan untuk fokus dengan kelebihan, pasti akan banyak pemuda hebat diluar sana yang bisa meraih impiannya.

Tapi jika pemuda hanya diberikan kesempatan untuk fokus pada kekurangan, pasti banyak pemuda hebat diluar sana yang tidak bisa meraih impiannya.

Dapat dipastikan jika seperti ini ketentuannya, yang mendapatkan beasiswa justru pemuda yang berasal dari kalangan orang kaya, bukan mereka yang berasal dari kalangan kurang mampu.

Saya sangat berharap bahwa beasiswa untuk Sarjana maupun Pascasarjana bukan diberikan untuk mereka yang kaya, berprestasi tapi dapat di prioritaskan juga secara adil untuk masyarakat yang kurang mampu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun