Mohon tunggu...
Umi Saputri
Umi Saputri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Motivator

Mahasiswi Tadris Biologi, IAIN Metro Lampung.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Mimpi Sejuta Dolar: Mengintip Karir "Kisah Perjuangan Merry Riana" Motivator Asal Indonesia.

4 Agustus 2021   11:37 Diperbarui: 4 Agustus 2021   17:12 931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Merry Riana nama ini tentu tidak asing di telinga kita apa lagi masyarakat Indonesia, termasuk kids zaman now. Bukan hanya sebagai pemotivasi tapi Merry Riana merupakan panutan bagi generasi muda, yang perlu kita tiru. 

Wanita cantik ini juga aktif di media sosial, baik Instagram maupun YouTube dengan kata-kata motivasi dan inspiratif banyak ditemui orang.

Kesuksesan Merry Riana saat ini merupakan bukti dari kerja keras dan semangat yang tinggi dalam menggapai mimpi. Nama Wanita kelahiran Jakarta, 29 Mei 1980 itu melambung saat buku biografi yang berjudul "Merry Riana: Mimpi Sejuta Dolar" karya Alberthiene Endah laris manis hingga menjadi best seller. 

Buku ini menceritakan keberhasilan Merry Riana meraih mimpi dengan 1 juta Dolar Singapura di usia 26 tahun. Hingga akhirnya, buku terlaris ini diangkat ke layar lebar dengan judul film yang sama.

Merry Riana kerap membagikan kisah hidup, perjalanan karier, perjuangan, dan pengalamannya di sosial media, dari mulai tinggal di negara lain demi bertahan hidup untuk menginspirasi banyak orang, terutama Indonesia.

Merry Riana Berasal dari Keluarga Sederhana, jika banyak orang yang sukses terlahir dari keluarga kaya, lain halnya dengan Merry Riana, yang berjuang luar biasa, meskipun berasal dari keluarga sederhana namun mampu membuktikan mimpi-mimpinya. 

0001-5329138610-20210804-112406-0000-610a67d815251042fb147872.png
0001-5329138610-20210804-112406-0000-610a67d815251042fb147872.png
Wanita berdarah Tionghoa-Indonesia, Lahir dari pasangan Suanto Sosrosaputro dan Lynda Sanian. Ayah Merry awalnya seorang pegawai biasa yang memutuskan berhenti bekerja dan merintis usaha. Sementara sang ibu berprofesi sebagai ibu rumah tangga.

Merry kecil mulai menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Don Bosco Pulomas yang terletak di sebuah pemukiman wilayah ujung Jakarta Timur dan berbatasan dengan Jakarta Utara. 

Kemudian melanjutkan pendidikan ke SMP Santa Ursula, Jakarta Pusat dan menamatkan jenjang pendidikan menengahnya di sekolah katolik khusus perempuan, SMA Santa Ursula, Jakarta Pusat.

Setelah lulus SMA, awalnya Merry ingin meneruskan studinya ke Universitas Trisakti, Jakarta. Wanita yang masih berusia 18 tahun saat itu sudah berniat mengambil jurusan kuliah Teknik Elektro karena mengidolakan sang ayah yang dianggapnya seperti MacGyver, yakni tokoh film yang memiliki karakter cerdik dan serba bisa.

Sayangnya, angan-angan itu tinggal kenangan. Saat tahun kelulusan SMA, ada tiga peristiwa bergejolak yang melanda negeri ini, tepatnya di tahun 1998, antara lain, krisis moneter, kerusuhan besar, dan lengsernya Presiden ke-2 Soeharto yang menandai pergantian era dari order baru ke era reformasi.

Lantaran khawatir dan demi keamanan sang anak, orangtua mengirim Merry kuliah di Singapura. Ia terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Teknik Elektro di Universitas Teknologi Nanyang (Nanyang Technological University (NTU), Singapura. Menurut Merry, saat itu ia merasa berada di dalam sebuah film perang. Di mana ia diminta pergi meninggalkan Indonesia agar selamat.

Kalau ada yang beranggapan, Merry bisa kuliah dengan tenang karena memiliki uang untuk biaya pendidikan dan hidup di Singapura, itu salah besar. Istri dari Alva Christopher Tjenderasa ini kuliah di Singapura dengan biaya pas-pasan, bahkan cenderung kurang. 

Maklum semuanya serba terburu-buru, sehingga tidak ada persiapan saat harus hijrah ke negeri orang. Begitupun soal kemampuannya berbahasa Inggris, karena ia sempat gagal dalam tes Bahasa Inggris.

Di tengah kondisi keuangan yang sederhana, Merry ikut program pinjaman pelajar dari pemerintah Singapura. Kredit pendidikan ini memang banyak diterapkan di negara lain agar memperoleh pendidikan layak. Tapi namanya pinjaman atau utang, Merry harus mengembalikannya.

Total jenderal utang yang dipinjam Merry sebesar 40 ribu dolar Singapura. Sadar dengan tumpukan utang yang harus dicicil, dan agar tetap bertahan hidup di negeri Singa, Merry terpaksa bekerja paruh waktu mulai dari sebagai penyebar brosur, menjaga toko bunga, dan pekerjaan lainnya. 

Saat itu, uang saku Merry hanya sebesar 10 dolar Singapura per minggu sehingga kadang dirinya harus menahan rasa lapar dengan berpuasa.

Tak ingin seperti ini terus, Merry memutar otak, berpikir keras, dan menancapkan tekad untuk bebas dan merdeka secara finansial saat usianya menginjak 30 tahun. Hal ini ia niatkan ketika berumur 20 tahun.

Tekad saja tidak cukup, harus ada realisasi. Mimpi besar itu seperti menemukan jalan untuk mewujudkannya. Merry berpikir bila hanya menempuh karier sesuai pendidikannya dan bekerja di sebuah perusahaan teknologi, maka ia baru bisa membayar pinjaman tersebut setelah 10 tahun bekerja.

Dengan status mahasiswa, ia memberanikan diri terjun ke dunia bisnis Multi Level Marketing (MLM). Bukannya untung, malah buntung dengan kerugian sebesar 200 dolar Singapura. Sudah jatuh tertimpa tangga, ini juga yang dirasakan Merry. Ia kembali mencetak rugi yang membuatnya kehilangan fulus 10 ribu dolar Singapura saat menjajal peruntungan di investasi saham.

Meski hidup pas-pasan dan dirundung kemalangan karena bisnisnya tak untung, Ibu dari dua orang anak ini mampu menyelesaikan studinya tepat waktu menjadi seorang Insinyur Teknik Elektro.

Jalan menuju kesuksesan mulai terbuka bagi Merry Riana usai lulus dari bangku kuliah. Dewi fortuna berpihak padanya. Tepatnya di tahun 2002, ia bergabung dengan sebuah perusahaan keuangan sebagai Konsultan Finansial. Profesinya juga mengharuskannya menjual berbagai macam produk keuangan, seperti asuransi dan kartu kredit.

Di awal kariernya ini, Merry merasa kesulitan melakukan komunikasi dengan klien di Singapura menggunakan Bahasa Mandarin. Namun ia tidak menyerah dan terus belajar. Berkat ketekunan dan kerja keras hingga belasan jam per hari, ia sukses meraup lebih dari 200 ribu dolar atau sekitar Rp2 miliar (kurs Rp10.000 per dolar Singapura).

Dengan penghasilan tersebut, ia mampu melunasi kredit pendidikannya senilai 40 ribu dolar Singapura. Selain itu, mendirikan perusahaan jasa keuangan bernama Merry Riana Organization (MRO) di tahun 2004. Selang 2 tahun kemudian, Merry sudah menghasilkan 1 juta dolar Singapura atau sekitar Rp10 miliar. Saat itu, usianya baru 26 tahun. Kini, pendapatannya terus melambung seiring bisnis yang semakin berkembang.

Untuk menumpahkan kisah perjuangan, pengalaman hidup, Merry menulis buku berjudul "A Gift from A Friend yang mendulang sukses karena begitu menginspirasi. Sebab ia berhasil mewujudkan mimpinya merdeka secara finansial sebelum usia 30 tahun.

0001-5329094542-20210804-112253-0000-610a688a06310e6b9e0304c2.png
0001-5329094542-20210804-112253-0000-610a688a06310e6b9e0304c2.png
Kisah penuh inspiratif dari seorang Merry Riana membuat Alberthiene Endah tertarik untuk menuangkannya menjadi sebuah buku. Berjudul "Merry Riana: Mimpi Sejuta Dolar," buku ini terbit pada akhir tahun 2011. Begitu dilempar ke pasaran, buku tersebut sukses menjadi best seller. 

Saking suksesnya, buku ini diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama garapan Hestu Saputra di bawah MD Pictures. Film yang dibintangi oleh Chelsea Islan, Dion Wiyoko, dan Kimberly Ryder, serta Ferry Salim tersebut rilis di tahun 2014 dan berhasil membius penonton dengan cerita yang menginspirasi.

Setelah 16 tahun di Singapura, Merry Riana pulang ke Tanah Air dengan niat mulia, yakni berbagi ilmu sehingga bisa membuat hidupnya dan banyak orang lebih berarti. Saat ini, Merry Riana dikenal publik seorang motivator hebat. 

Motivator nomor satu di Indonesia maupun di Asia. Ia juga merupakan pengusaha, influencer, dan educator. Miliarder ini pun mendirikan sebuah pusat pengembangan diri bagi anak-anak usia 9-19 tahun bernama Merry Riana Learning Center (MRLC).

Merry Riana merupakan salah satu tokoh yang bisa dijadikan contoh generasi milenial atau anak muda zaman now. Keterbatasan dalam hal apapun, termasuk materi bukanlah halangan untuk kamu meraih kesuksesan. Dengan tekad kuat, aksi nyata, pantang menyerah, dan selalu berpikir positif untuk maju, akan membantumu menggapai mimpi. Tidak ada kata tidak mungkin bagi orang yang mau berusaha, dan terus belajar.

Tuhan itu tidak pernah tidur, jika kamu bermimpi tinggi maka jangan lupa untuk bangun, karena mimpi yang tinggi perlu modal semangat untuk berjuang dan membuktikannya kesemua orang, bahwa kamu pasti bisa meraih mimpinya.

Meskipun setiap jalan itu ada lika-liku kehidupan, namun tetaplah fokus dengan tujuan. Karena sejatinya kehidupan itu tempatnya menguji, dengan ujian itu maka kamu akan ada semangat untuk Memulai dan bangkit kembali ketika gagal.

Beda halnya dengan mereka yang tidak pernah mempunyai mimpi, mungkin terlahir dengan keluarga kaya, hingga pada akhirnya mereka tanpa susah payah hanya meminta pada orang tua tanpa usaha.

Padahal sukses yang sebenarnya adalah ketika kita mampu meraihkan mimpi, berjuang dari nol sampah batas pencapaian menuju seratus persen kesuksesan, itulah yang dinamakan keberhasilan. (@umisa._)

.

.

.


Referensi :
https://www.cermati.com
YouTube Film Mery Riana  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun