Penggalan sekisah suram menghuni di balik kelopak
menghentak mata
pacu keluar air dari bendung kepedihan
tumpah
merambah di antara keakuan
Namun,
kenangan masih saja menggenang
mengendap dalam layar hitam
lukiskan siluet warna darah
tutup rapat kesucian
Lambat laun
tetes demi tetes nafsu membeku
berjajar bersama luka
sedang kebebasan tumbuh subur
membayang dalam impian
Lakon-lakon bisu mulai bertebar
memerdekakan sunyi  yang  hendak mati
ribuan diksi terhenti selepas tragedi
satu, dua, tiga waktu
tiada usai untuk cukup
Lantas, untuk apa air mata ini?
jauh sudah menganak sungai
bermuara pada kesia-siaan
untuk apa tangis ini?
jika punah arti peduli.
Aha DM
Magelang, 13 September 2018.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H