Mohon tunggu...
Aha DM
Aha DM Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Sang Pembual

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Membuang Tangis

13 September 2018   16:03 Diperbarui: 13 September 2018   16:21 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penggalan sekisah suram menghuni di balik kelopak
menghentak mata
pacu keluar air dari bendung kepedihan
tumpah
merambah di antara keakuan

Namun,
kenangan masih saja menggenang
mengendap dalam layar hitam
lukiskan siluet warna darah
tutup rapat kesucian

Lambat laun
tetes demi tetes nafsu membeku
berjajar bersama luka
sedang kebebasan tumbuh subur
membayang dalam impian

Lakon-lakon bisu mulai bertebar
memerdekakan sunyi  yang  hendak mati
ribuan diksi terhenti selepas tragedi
satu, dua, tiga waktu
tiada usai untuk cukup

Lantas, untuk apa air mata ini?
jauh sudah menganak sungai
bermuara pada kesia-siaan
untuk apa tangis ini?
jika punah arti peduli.


Aha DM
Magelang, 13 September 2018.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun