Di sebuah pedesaan kecil, sepi dan sejuk jauh dari hiruk pikuk. Berdirilah sebuah gedung Sekolah Dasar (SD) Inklusi dekat dengan jalan dan sawah yang luas, di belakang gedung ada aliran sungai kecil.
Di salah satu kelasnya, Bu Sumie seorang guru SD yang sedang mengandung besar mengajar anak-anak di kelas 1.
Di kelas tersebut ada seorang anak yang berkebutuhan khusus (ABK) bernama Diani (nama samaran) yang sering meneteskan air liur.
Â
Meskipun kondisi fisiknya sedang tidak prima dan butuh kehati-hatian, Bu Sumie selalu datang ke sekolah dengan semangat dan bahagia. Ia tahu, kehadirannya sangat berarti bagi anak-anak di kelasnya terutama Diani.
Bu Sumi tidak pernah mengeluh atau merasa terbebani oleh keadaan yang sedang diterimanya. Justru, ia melihat setiap tantangan sebagai kesempatan untuk belajar dan tumbuh bersama anak-anak di sekolah.
Setiap hari di sekolah, Bu Sumie selalu menyempatkan waktu untuk bermain dan berinteraksi dengan Diani. Ia dengan sabar mengajari Diani cara mengontrol air liurnya dan mengatasinya agar tidak mengotori bajunya, sambil memberikan pujian dan semangat.
Selain itu Bu Sumie juga menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dengan berbagai kegiatan yang menarik dan penuh ceria.
Berkat kesabaran dan kasih sayang Bu Sumie kepada anak didiknya, Diani semakin percaya diri dan tidak malu-malu lagi. Awalnya ia tidak mau berbicara dengan teman-teman dan selalu menyendiri, namun seiring berjalanya waktu Diani telah ada perubahan sedikit demi sedikit.
Ia mulai aktif mengikuti pelajaran dan berani bertanya serta berinteraksi dengan teman-temannya. Perkembangan Diani membuat Bu Sumie sangat bahagia dan menambah semangat mengajarnya. Ia merasa semua perjuangannya tidak sia-sia selama bersama anak-anak di kelas inklusi tersebut.