Mohon tunggu...
UMI KULSUM
UMI KULSUM Mohon Tunggu... Guru - GURU SDN 2 LOGANDU KARANGGAYAM

Saya suka bersama anak anak , senang membaca serta berharap selalu mendapat ilmu baru

Selanjutnya

Tutup

Diary

Di Balik Tiket Hangus Semangatku Menyala

12 September 2024   02:29 Diperbarui: 12 September 2024   03:24 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara tiket sudah dibawa teman karena rencana akan duduk dan berangkat bersama, saya tinggal menyusul di stasiun saja.

Pukul 07.05 menit saya segera bergegas untuk menuju ke stasiun, setelah agenda di sekolah selesai.  Perjalanan dari rumah ke stasiun menempuh 1 jam. Teman sy sudah di lokasi menunggu kereta api datang 15 menit sebelumnya

Sampai sekitar  lokasi kurang lebih 10 menit lagi menuju stasiun, di perjalanan ada 2 truk di depan motor yang dikendarai saya. Lantas langkah motor semakin lambat dan truk tidak bisa didahului.
Dengan hati berdebar dan bolak-balik ditelpon teman karena kereta api sudah datang serta nama sudah berulang kali dipanggil oleh petugas.

Saya tidak bisa berbuat apa-apa kecuali pasrah, saya bingung mau mendahului truk tidak bisa, sementara jika saya dibelakang truk saya semakin ketinggalan kereta.
Setelah beberapa menit kemudian saya mencoba tenang dan mengatur pikiran panik. Sampailah di stasiun tepat kereta api di depan mata. Namun apa daya teman sudah masuk kereta, sedangkan saya sudah tidak bisa naik kereta walaupun kereta di depan mata.

Sempat ku berlari mencoba mengejar ketertinggalan ini. Namun petugas tetap menahan saya untuk tidak masuk karena kondisi berbahaya jika memaksakan diri untuk masuk kereta api saat itu.
Air mata saya tidak bisa ditahan, namun hanya ku bendung dengan mengikhlaskan tiket yg hangus ini.
Kereta api tak akan bisa dikejar walaupun di depan mata karena itu bukanlah rejeki kita. Betapa berartinya kita mengelola waktu dari pada menyesali perbuatan itu.

Belajar dari ini saya ikhlas walaupun dalam hati bimbang resah dan gelisah, ingin menjerit tapi tetap semangat mencoba kuat. Kemudian saya melaporkan diri ke petugas, dari sana sy mendapatkan pencerahan bahwa lebih baik membeli tiket kembali bila ingin pergi hari ini.
Dengan tekad bulat saya seorang diri mmbeli tiket baru dengan jurusan yang berbeda yakni Kiaracondong.

Awalnya saya ragu bagaimana jadinya jika saya harus berangkat sendiri, mencari jalan dan sampai ke lokasi. Berat memang tapi apa boleh buat ini merupakan pelajaran berharga buat saya.

Dalam diamku berfikir keras berdoa berharap sampai ke lokasi selamat bisa bertemu rekan penulis nusantara di Bandung.

Tepat jam 19.00 WIB saya sampai di stasiun kiaracondong, seorang diri melangkah keluar dari kereta bertanya-tanya dalam hati, dimana aku kini? Siapa yang dapat kusapa lagi? Karena tidak ada yang kukenal sama sekali di lokasi tersebut.
Setelah beberapa jam sy menemukan taksi, di perjalanan sy ngobrol byk hal dg supir taksi menuju bbgp jabar.

Sampai di bbgp jabar saya menuju ke kamar untuk istirahat. Bertemu dengan para mentor disambut hangat serta penuh ceria. Bertemu pula dengan sahabat terbaik di dalam kamar. Yang awalnya kita rencana brangkat brsama akhirnya berpisah karena tiket ku hangus terlambat datang ke stasiun dan dapat berjumpa di lokasi tujuan yang sama. Sehat alhamdulillah, Terima kasih atas pelajaran hidup ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun