Mohon tunggu...
UMI KULSUM
UMI KULSUM Mohon Tunggu... Guru - GURU SDN 2 LOGANDU KARANGGAYAM

Saya suka bersama anak anak , senang membaca serta berharap selalu mendapat ilmu baru

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Membasuh Pilu

11 Juni 2024   18:08 Diperbarui: 11 Juni 2024   18:33 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rinai di pantai belum usai,
angin menghembus badai, 
terungkap ikhlas tanpa batas, 
butuh waktu terus melaju keras. 

Membasuh dingin di bawah pohon, 
terus terucap dalam senyap-senyap, 
hati terluka menatap impian sirna,
butuh waktu untuk terus menjelma. 

Bersandar luka dalam hitungan angka, 
saat kegagalan menyapa,
tak kubiarkan membelenggu,
kuyakin ada ruang berpacu, 
membasuh pilu di saku. 

Tak kubiarkan duri tergeletak di jalan, 
kan kusingkirkan sekuat tenaga,
biarlah angin menerpa kencang
masih tersisa pengaman keyakinan. 

Walau keringat dan derai mata belum kering, 
tetap bertahan untuk bersaing, 
esok lusa kan ada tawa ceria, 
dusta mampir menua sirna dalam senja

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun