Oleh: Umi Kulsum
Aku setangkai bunga di tanah belukar
Diam dan malu
Batangku disepuh angin kencang
Kadang cahaya mentari menatapku penuh arti
Aku berdiri  di atas tanah liar yang tak terawat umat
Ingin kudapatkan atap yang siap untuk merayap
Di sini tubuhku disergap angin dingin
Sampai kapan kuterus bertahan di tanah belukar
Kulit terkilu dingin hingga ke tulang rusukku
Hati terbuka membunuh rasa sepi
Perih dan pedih berpatri setiap hari
Ada luka yang menyiksa hati
Kesedihan menyergap dari berbagai arah
Rumahku tandus tak terurus
Gersang tak pernah disentuh orang
Malam penuh sembilu melukai hati
Di sinilah aku merenung seorang diri
Menimbang bimbang nasib penuh makna
Hanya sebatang bunga liar
Yang berteman akar kekar
Kini aku terperangkap
Tak mampu mengunyah harap Â
Di bawah langit yang penuh awan
Sesekali meleyot pada tubuhku yang liar
Dapatkah engkau rasakan deritaku ini
Aku bersujud pada alam
Bersimpuh tak tersentuh
Nasib terkayuh riuh
Tanpa sahabat dan kerabat yang merawat
Kebumen, 6 Mei 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H