Mohon tunggu...
Umi Maisah
Umi Maisah Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Simak Apa Itu Stoikism

8 Desember 2023   19:25 Diperbarui: 8 Desember 2023   20:15 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.superradio.id 

Apakah kalian pernah mendengar tentang stoicism? Jika belum, Yuk simak penjelasannya!

Dalam fislafat, ada prinsip hidup yang dikenal dengan stoicism.

Melansir dari Orin Philosophy, Stoicm merupakan prinsip hidup menyelaraskan diri dengan alam, untuk mengarah pada kehidupan yang lebih bahagia. 

kebahagiaan ini dapat ditemukan dengan menerima dunia secara apa adanya, sehingga membuat kkita bertahan dari rasa sakit akibat keinginan atau ketakutan yang berlebih. 

Ini berarti hidup dengan kebijakan yang diwujudkan melalui kesederhanaan, keberanian,kebijaksanaan, dan keadilan.

Stoicisim mengajarkan apa?

Stoicism,stoic, atau stoisisme, berasal dari bahasa yunani yaitu "stoikos" yang memiliki arti dari stoa. Stoisisme dimulai dari athena, Yunani olehZeno pada awal abad ke-3 S-M, tetapi baru dikenal setelah dipraktikkan oleh Epictetus.

Dia merupakan seorang mantan budak, selain Epictetus, ada juga Senca, Politis di era kaisar Nero, dan juga marcus Aurelius, seorang kaisar yang merupakan Stoicism.

Stoisisme mmengajarkan bahwa manusia harus bebas dari hasrat, tidak tergerak oleh sukacita atau kesedihan, serta tidak mengeluh atas apapunyang terjadi, yang tidak bisa dihindari. Stoisisme juga menyatakan bahwa kebijakan adalah kebahagiaan dan nilai kehidupan didasari oleh prilaku, bukan hanya kata-kata saja.

Kebahagiaan juga bukan untuk dikejar, menurut para Stoic.

Mereka lebih menekankan untuk mengurangi emosi negatif. Sebab, keputusan yang salah bisa menghasilkan Emosi Negatif yang dapat menghancurkan manusia.

Para Sophis atau orang yang memiliki kesempurnaan intelektual dan moral bisa mengendalikan prilaku dalam mengalami emosi, misalnya : 

  • Marah
  • Sedih berlebih
  • Stres 
  • Takut

Semua yang terjadi dalam kehidupan manusia itu bersifat netral. Tidak ada yang berperan negatif ataupun positif. Jadi tidak ada hal yang baik atau buruk. 

Hal tersebut bisa negatif atau positif karena pandangan manusia itu sendiri, Untuk mencapai ketenangan Hidup, berikut ada beberapa cara yang bisa kalian terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

1. Menyadari Bhawa Manusia Itu Terbatas

Praktik paling penting dalam filosifi stoicism adalah mengetahui apa saja yang bisa kalian miliki dan tidak. Banyak orang yang stres dan memikirkan hal-hal yang seharustidak harus mereka pikirkan, seperti : 

  • Bentuk Tubuh
  • Tinggi Badan
  • Warna Kulit

Tidak peduli seberapa keras usaha untuk berubah, yang tetap membenci akan tetap membenci. jadi, lebih baik bersyukur, suek, dan fokus pada hal-hal yang positif saja yaaa...

2. Mengamati Pikiran dan meningkatkan Kesadaran 

Dengan melatih kesadaran, kita bisa menangkap pikiran negatif atau tidak produktif dan memilih untuk tidak bereaksi terhadapnya secara implusif. ini mengajarkan kita untuk merespons dengan bijak daripada bereaksi tanpa berpikir.

kesadran akan diri sendiri memungkinkan kita untuk mengenali kebiasaan, pola pikir, dan respons kita, sehingga kita dapat membuat perubahan positif dalam hidup kita.

3. Hidup Sesai dengan Alam 

ini berarti kita sebsgai makhluk hidup bisa menerima dan memahami hukum alam dan keterbatasan kita sebagai seorang manusia. Sebagai contoh, penerimaan atas proses penuaan, dan kematian dapat membantu kita hodup dengan lebih damai.

Manfaat Menerapkan Hidup Stoikisme 

Bukan hanya membuat hidup lebih bahagia dan tenang, stoisisme memiliki bebrapa manfaat bagi kehidupan, yaitu : 

  • Melatih seseorang untuk mengontrol emosi yang berlebihan sehingga tidak merugikan diri sendiri dan orang lain
  • Memebuat seseorang bisa lebih bersyukur atas apa yang sekarang dimilikinya. Hal ini karena seseorang terlatih untuk melihat hal positif daripada hal negatif dari suatu peristiwa atau kejadian 
  • Bersikap lebih realistis terhadap apa yang terjadi dan tidak terbawa emosi.
  • Tidak mudah menyalahkan orang lain atas peristiwa-peristiwa buruk yang terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun