Pikiran bisa masuk, tetapi anda diam saja. Anda bisa mengikuti pikiran, tetapi kesadaran tetap diam. Kesadaran anda diam, dan ikuti pikiran itu. Ikuti sampai hilang sendiri. Dan pikiran lain muncul, anda ikuti itu. Sampai hilang juga. Begitu terus sampai anda bosan sendiri, dan tidak mau ikut lagi dengan pikiran yang masuk. Sadar kalau anda sadar. Itulah meditasi.
Seringkali kita tidak tahu apa yang harus dilakukan manakala suatu permasalahan sukar untuk diselesaikan (jalan buntu), manakala hati begitu gundah-gulana, emosi memuncak, bahkan puncaknya putus harapan. Anda yang mengajarkan untuk perhatikan napas supaya anda bisa fokus.Â
Setelah fokus, maka gelombang otak anda akan turun. Bisa dengan memperhatikan titik di antara kedua alis mata. Anda bisa dicoba sendiri, bahkan dengan mata melek. Angkat bola mata anda ke atas dalam posisi wajah tegak lurus. Wajah anda lurus, tapi bola mata anda menengadah ke atas dengan sudut 45 derajat. Satu menit, dua menit, tiga menit. Itulah, gelombang otak anda sudah turun ke alpha.Â
Teruskan turun lagi ke thelta ke delta. Anda akan malas berpikir. Anda akan diam saja tanpa perlu memerhatikan napas sampai jemu. Kalau anda mau menganggap meditasi sebagai cara untuk mendekatkan diri dengan Tuhan boleh. Kalau tidak mau juga boleh.
Meditasi bukanlah hal diam saja seperti patung, bukan pula mengosongkan pikiran, melainkan menurunkan frekuensi gelombang otak. Nama lainnya wirid, zikir, tafakur, novena, dan lain-lain.
Seperti syairnya Buya Hamka:
Biarlah larut malam gulita
Biarlah sepi dunia keliling
Dengan suara di jiwa kita
Jelas terdengar meskipun hening
Hinduisme menemukan bahwa untuk mengaktualisasikan potensi manusia adalah melalui apa yang secara umum dinamakan yoga, sebuah kata yang memiliki akar yang sama dengan kata di dalam bahasa Inggris "yoke" memiliki konotasi yang mempersatukan (mengikat jadi satu) dan menempatkan di bawah disiplin.Â