Namun, hal itu, kata Hendar, sangat tidak mudah karena tantangan utamanya adalah bahwa manusia cenderung menjadi homo economicus yang hanya memikirkan keuntungan. Perilaku karim yang telah tertanam di dalam jiwa terkadang terhambat oleh dorongan untuk mencari keuntungan semata.
"Mengubah kecenderungan ini menjadi homo islamicus, yang menekankan pada nilai-nilai silih asah, silih asih, silih asuh, dan silih wangikeun, menjadi bagian penting dalam menciptakan budaya perusahaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip ekologi yang bertanggung jawab," tandas Hendar.***