Alghif mengungkapkan bahwa budaya kebebasan dan teknologi tinggi sulit diterapkan dalam sektor pertanian yang terbatas oleh lahan dan daya tarik finansial yang rendah.
Namun, Alghif percaya bahwa koperasi pertanian bisa menjadi solusi dengan mempertemukan produsen atau petani dan generasi muda.Â
Dia menekankan pentingnya mengubah paradigma koperasi, menjadikannya tempat bisnis yang menarik bagi anak muda, melibatkan mereka dalam transformasi industri pertanian.
Selain itu, Alghif juga mengusulkan beberapa model koperasi yang bisa menarik minat generasi muda. Misalnya koperasi model generasi baru, koperasi multipihak, dan platform cooperative yang melibatkan teknologi digital.
"Dengan adanya kemampuan produksi dan ide-ide inovatif dari generasi muda, koperasi pertanian dapat menjadi jembatan untuk transformasi industri pertanian yang lebih maju, mendorong hilirisasi, dan komersialisasi produk pertanian," tegas Alghif.
Melalui perubahan paradigma dan keterlibatan generasi muda, harapannya adalah koperasi pertanian dapat menawarkan kesempatan yang menarik bagi para pemuda yang ingin berkontribusi pada pertanian serta menghasilkan kesejahteraan bagi petani.
Alghif menegaskan pentingnya menghidupkan kembali peran pertanian dalam kehidupan manusia. Ia pun merujuk pernyataan Ibnu Khaldun yang mengatakan bahwa pertanian adalah keahlian tertua yang menyempurnakan kehidupan manusia.
Seperti biasa, di samping penggagas Roni Tabroni, Mimbar Iqra UM Bandung ini juga dihadiri puluhan mahasiswa hingga perwakilan tenaga kependidikan. Kajian rutin berjalan santai dan serius sembari ditemani kudapan tradisional khas Sunda.***(FA)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H