Dari pengalaman penerapan teknologi ini di lapangan, sampah organik rumah tangga sebanyak 1,5-2 ton/bulan yang berasal dari komunitas suatu RW telah berhasil dikelola dengan teknologi BSF dan menghasilkan produk ternak dan kebun organik yang berguna bagi masyarakat.
Sampah organik rumah tangga sangat cepat diproses oleh magot BSF sehingga sampah tidak menumpuk dan menimbulkan bau karena diolah menggunakan mesin pencacah sampah organik.Â
Mesin pencacah sampah organik didesain secara khusus oleh tim peneliti dan mitra industri, dalam hitungan detik, mesin pencacah dapat mencacah sampah organik menjadi bubur sampah. Mesin ini juga portable mudah dioperasikan dan dipindahkan sesuai dengan kebutuhan lapangan karena bentuknya seperti trolley.
Bubur sampah organik diproses sangat cepat dan efisien oleh magot BSF sehingga menghasilkan biomassa magot yang cocok untuk pakan ternak sedangkan residunya mudah dimanfaatkan untuk pupuk kompos.Â
Tim peneliti sudah melakukan optimasi magot BSF terhadap pertumbuhan ikan dan penggunaan pupuk residu pengomposannya terhadap pertumbuhan sayur dan buah. Â Â
Penanganan sampah dengan pendekatan berbasis komunitas ini dinilai sangat efektif dan efisien serta relatif lebih ekonomis. Sampah dapat ditangani dengan tuntas di sumbernya, biaya transportasi sampah ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang sangat mahal dapat dihemat, serta masyarakat dapat langsung merasakan benefit, baik lingkungan yang bersih dan sehat maupun nilai tambah lain berupa produk organik.
Selain sampah organik, penumpukan sampah anorganik terutama sampah residu  perlu segera ditangani. Universitas Muhammadiyah Bandung telah berkolaborasi dengan Bank Sampah Bersinar untuk pengangkutan sampah anorganik yang dapat dimanfaatkan kembali.
Perihal sampah residu, saat ini tim peneliti Universitas Muhammadiyah Bandung sedang mengembangkan mesin pemusnah sampah (insinerator) kapasitas komunitas tanpa menimbullkan polusi ke udara.
Usulan ini diharapkan dapat menjadi solusi terhadap masalah sampah yang sering terjadi maupun sebagai solusi berkesinambungan khususnya dalam kondisi darurat sampah sekarang ini.***
Narahubung:
Dr Ir Arief Yunan MSi IPU