Lagi-lagi menurut mitos yang tersebar dari mulut ke mulut dan akhirnya menjadi kepercayaan oleh masyarakat awam yang hanya mendengar kabar tersirat. Fenomena ini merupakan hal yang tak logis jika dikaitkan dengan akal sehat manusia. Dari mana datangnya sebuah kesuksesan dan keberhasilan jika tanpa dibarengi dengan usaha maupun kerja keras? Inilah yang menjadi pertanyaan besar, dan harus ditanamkan ulang pada diri setiap manusia. Tidak akan ada sukses dalam genggaman jika tanpa dibarengi dengan kerja keras dan berpayah-payah dahulu.
Sedikit aneh ketika mendengar ritual yang satu ini. Jika yang lainnya melakukan ritual dengan cara sesaji, namun untuk kali ini ada hal berbeda di Gunung Kemukus. Sesembahan yang diberikan kepada lelembut bukan lagi kembang tujuh rupa, bukan pula aneka dupa, melainkan acara berzina. Dengan iming-iming mendapatkan sukses dan harta berlimpah, para pengunjung yang masih awam banyak yang tergoda. Siapa yang akan mampu menolak jika mata sudah digelapkan oleh kenikmatan sesaat.
Mitos yang ada saat ini tak lain dilatar belakangi oleh sebuah kisah. Konon ceritanya, pada zaman dahulu kala hiduplah seorang pangeran yang berasal dari kerajaan Majapahit. Dialah Pangeran Samudro. Suatu hari ia diusir oleh sang raja karena alasan tertentu, dan berlari kemudian menetap di Gunung Kemukus. Namun, tak lama setelah kejadian itu Pangeran jatuh sakit. Mendengar berita tersebut, sang ibunda yakni Dewi Ontrowulan akhirnya menyusul ke Gunung Kemukus. Disana sang Dewi merawat Pangeran Samudro dengan penuh kasih sayang. Tetapi, takdir berkehendak lain, Sang Kuasa mengambil nyawanya untuk mengakhiri penderitaan Pangeran. Sang ibu merasa sangat terpukul atas kejadian tersebut, ia sangat merasa kehilangan Pangeran. Dan karena saking cintanya Dewi Ontrowulan kepada putranya, ia akhirnya ikut menyusul sang Pangeran ke alam baka. Sepeninggalnya, Sang Dewi dan Pangeran dimakamkan ke dalam satu liang lahat. Ketika meninggal, Sang pangeran yang tengah ada didekapan Dewi Ontrowulan disalah artikan oleh banyak masyarakat. Mereka mengira pasangan anak dan ibu ini meninggal setelah melakukan perzinaan. Rumor itulah yang berkembang di masyarakat hingga saat ini.
Kabar yang beredar, barang siapa saja yang ingin mendapatkan pesugihan harus melalui ritual seks dengan pasangan yang bukan suami dan juga bukan istrinya di kawasan Makam Pangeran Samudro. Karena hal itulah, di kawasan ini tak ubahnya seperti tempat prostitusi. Banyak wanita yang menjajakan diri untuk menemani peziarah dalam melakukan ritual tersebut. Sebagai pendukung ritual ini, tempat-tempat penginapan juga banyak dibangun di kawasan makam, tak lain sebagai tempat terselubung untuk berzina. Namun, tak semua peziarah yang datang ke Gunung Kemukus untuk menjalani ritual seks. Ada juga yang hanya ingin menikmati keindahan Gunung Kemukus.
Bagi anda yang masih awam, lebih mawas diri lagi. Pasalnya mitos tetaplah mitos. Kebenarannya juga harus diuji kembali. Karena tak selamanya mitos itu benar adanya. Usaha dan kerja keraslah yang mampu membuat seseorang menjadi sukses. Bukan dengan ritual yang justru akan membawa ke lembah nista. Jadi, jangan gampang percaya dengan mitos yang bahkan menyesatkan. Siapa tau ini adalah cara untuk melakukan seks bebas dengan dalih mitos dari Gunung Kemukus. Siapa yang tau? Semuanya tergantung kepercayaan kita masing-masing. Bagaimana sebaiknya menyikapi sebuah mitos yang simpang siur kebenarannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H