Mohon tunggu...
Umar Zidan
Umar Zidan Mohon Tunggu... wiraswasta -

I'm not a writer...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Unboxing, "Sehangat Matahari Pagi"

26 Desember 2015   19:54 Diperbarui: 26 Desember 2015   19:59 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Tjiptadinata Effendi Sehangat Matahari Pagi"][/caption]

Ketika membeli sebuah buku biasanya yang tergetar adalah dompet saya, ditimbang-timbang, dihitung-hitung agar tidak mengganggu anggaran dasar rumah tangga. Namun kali ini sangat berbeda, ketika menerima buku "Sehangat Matahari Pagi" kiriman Pak Thamrin yang tergetar adalah "hati" , karena sejujurnya saya belum pernah berinteraksi dengan kawan-kawan media sosial di dunia maya, tak terkecuali di Kompasiana.

[caption caption="Kiriman Pak Thamrin Sonata 23 Desember 2015"]

[/caption]

Dengan menerima buku ini saya segera tersadar bahwa Kompasiana bukan sekedar dunia maya, Kompasiana adalah dunia nyata, tempat nongkrong paling asik , ketika kita sendirian dihadapan laptop, sejatinya kita sedang duduk rame-rame di warung kopi, dan buku Pak Tjip ini adalah bukti, setidaknya bagi saya pribadi, bahwa Kompasiana adalah dunia nyata, maaf jika saya terlambat sadar..

Sebelum membuka buku SMP cukup lama saya termenung, tidak ada terpikir apa-apa, hanya takjub bahwa Kompasiana itu "nyata ada", Pak Tjip itu "nyata ada", Pak Thamrin itu "nyata ada" , bukan orang-orang "maya", saya hanya bisa menghela nafas...

Pak Thamrin pun tidak kurang baiknya, terbukti saya minta satu buku dikirim tiga, "Beranda Rasa", "Penjaga Rasa" dan "Sehangat Matahari Pagi", gratis lagi, haha terima kasih Pak Thamrin.

Maaf, saya tidak mampu membuat resensi ketiga buku Pak Tjip , yang saya bisa hanya, ingin mengatakan "anda harus punya buku itu", didalamnya ada perjuangan hidup, cinta sejati, dan ke-Indonesia-an Pak Tjip yang cinta "Merah Putih"'.

Satu lagi yang cukup menantang adalah Pak Tjip berani bercerita pengalaman, yang bagi sebagian orang mungkin akan mencemoohnya sebagai "pameran kemewahan", tanpa menangkap esensi dari cerita Pak Tjip. Mengapa Pak Tjip berani ? tidak lain tidak bukan adalah semangat berbagi, dalam suka maupun duka.

Tulisan-tulisan Pak Tjip dan Bu Rose di Kompasiana, merupakan penggalan-penggalan cerita perjalanan mengarungi hidup dari beliau bedua, maka ketika itu terangkum dalam sebuah buku, kita seperti sedang membaca sebuah novel kisah nyata, true story, dan jika di-layar-lebar-kan tidak akan kalah dengan film "Habibie", ini bukan berlebihan, sungguh film "Sehangat Matahari Pagi" akan mampu menjadi inspirasi, terutama anak-anak muda, agar mereka setangguh Pak Tjip dan Bu Rose, menjalani ujian, cobaan, godaan hidup berumah-tangga., jangan dikit-dikit minta cerai..

Untuk "cerita cinta" Pak Tjip dan Bu Rose, saya ingin berbagi sebuah lagu favorit saya , berjudul "High" dari Lighthouse Family

when youre close to tears
remember someday it will all be over
one day we are gonna get so high
though its darker than december
whats ahead is a different color
one day we are gonna get so high

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun