Mohon tunggu...
umarmaulanafiqri
umarmaulanafiqri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Departemen Sastra Jepang Universitas Andalas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenal Apa Itu Masyarakat Minangkabau dan Keberagaman Budaya Minangkabau

19 Desember 2024   21:04 Diperbarui: 19 Desember 2024   21:04 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Masyarakat Minangkabau

Masyarakat Minangkabau merupakan sekelompok etnis yang mendiami wilayah Sumatera Barat. Masyarakat sendiri merupakan sekumpulan individu-individu yang hidup bersama dan memiliki kebiasaan, tradisi dan budaya yang sama. Masyarakat Minangkabau atau di kenal dengan Urang Awak menganut sistem kekerabatan adat matrilineal yaitu sistem adat yang menentukan garis keturunan dari pihak ibu.

Kalau melihat sejarah etnis masyarakat Minangkabau, banyak sekali sumber tentang sejarah asal muasal orang Minangkabau ini. Ada yang menyebutkan dari bawah Gunuang Marapi, dari India, Cina, Melayu, Philipina, dari kerajaan nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan lain sebagainya. Asal-usul nama Minangkabau berasal dari peristiwa yang terjadi di Sumatera Barat yaitu adu kerbau dari penduduk Pagaruyuang dan penduduk Eropa. Penduduk Eropa membawa kerbau yang besar sedangkan dari penduduk Paguruyuang membawa kerbau yang kecil. Kerbau kecil tersebut di ganti tanduknya dengan tanduk besi dan pada saat kedua kerbau tersebut dipertemukan, kerbau kecil dari pihak Pagaruyuang langsung menerjang bagian perut kerbau besar dari pihak Eropa. Kerbau kecil tersebut menganggap kerbau besar dari pihak Eropa merupakan induknya. Dari peristiwa tersebut menanglah kerbau Minang yang disebut sebagai Manang Kabau yang kemudian menjadi asal-usul nama Minangkabau. Masyarakat Minangkabau dikenal memiliki kebudayaan yang unik dan beragam yang sampai saat ini masih dilestarikan. Salah satunya yakni sistem adat Matrilineal yang dimana menentukan garis keturunan dari pihak ibu.

Adapun beberapa unsur-unsur ragam kebudayaan Minangkabau menurut Koentjaraningrat, yaitu:


Bahasa  

Bahasa yang digunakan Masyarakat Minangkabau yaitu bahasa minang. Meskipun ada perbedaan pendapat mengenai hubungan Bahasa Minang dengan Bahasa Melayu dikarenakan banyaknya kesamaan kosakata dan bentuk tuturan didalamnya. Bahasa Minang sendiri memiliki banyak dialek. Bahkan di setiap daerah memiliki dialek nya tersendiri. Berikut beberapa dialek yang terdapat di Sumatera Barat beserta daerah penuturnya:

1. Dialek Pasaman: Kabupaten Pasaman Barat dan Pasaman

2. Dialek Agam-Tanah Datar: Kabupaten Agam, Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Padang Pariaman, Solok, Kota Solok Selatan, dan         Pesisir Selatan

3. Dialek Lima Puluh Kota: Kab. Lima Puluh Kota, Kota Payakumbuh, Tanah Datar, Kota Sawahlunto, Kab. Sijunjung, dan                                   Dharmasraya

4. Dialek Koto Baru: Kab. Dharmasraya

5. Dialek Pancung Soal: Pesisir Selatan

Dari kelima dialek diatas yang paling sering digunakan masyarakat Minangkabau adalah Dialek Agam-Tanah Datar. Hal ini dikarenakan banyaknya jumlah penutur dialek tersebut di daerah Sumatera Barat. Dialek Agam-Tanah Datar digunakan sebagai dialek umum di pusat kota Sumatera Barat karena tidak adanya unsur dialektikal (kedaerahan) sehingga dianggap standar dalam menguasai Bahasa Minangkabau. Inilah sebab nya Bahasa Minangkabau dengan dialek Agam-Tanah Datar biasa disebut Bahaso Padang atau Bahaso Urang Awak.

Selain dialek pada bahasa Minangkabau, terdapat juga Kato Nan Ampek. Kato Nan Ampek ialah tata cara bahasa yang sopan dan beretika ketika berkomunikasi dengan orang lain. Kato Nan Ampek ini merupakan tatanan sosial bagi kehidupan masyarakat Minangkabau terdapat 4 kata ketika berbicara di Minangkabau yakni:

Kato Mandaki (Kata Mendaki) : ialah bagaimana cara berkata dan bertutur yang baik layaknya menghormati orang yang dewasa atau lebih tua dibanding kita, Baik dari segi umur, status sosial dari orang tersebut. Biasanya Kato Mandaki ini digunakan kepada Orang tua, Guru, Dosen, Ustadz dan lain sebagainya.

Kato Manurun (Kata Menurun) : ialah bagaimana cara berkata dan betutur yang santun dan lembut kepada yang lebih kecil dibandingkan dengan kita, biasanya kato manurun digunakan ketika berkomunikasi ke yang lebih kecil seperti abang dengan adek, Orang tua dengan anaknya dan guru kepada para murid-muridnya.

Kato Mandata (Kata Mendatar) : adalah tata cara berbicara dengan orang yang sama besar dari segi usia maupun status sosial, biasanya kato mandata digunakan ketika berkomunikasi dengan teman sebaya atau seumuran dan pada kato mandata ini harus ada rasa saling menghargai satu sama lain yang berarti harus berkata-kata tanpa menyakiti/menyinggung perasaan orang lain.

Kato Malereng (Kata Melereng) : ialah bagaimana cara berkata dam bertutur baik dan sopan kepada orang yang di segani, biasanya kato malereng ini tidak ceplas-ceplos di ucapkan secara terus terang, terkadang kato malereng ini di ucapkan layaknya sindiran.Contoh kato malereng yaitu ketika berbicara dengan Sumando, Ipar, Mamak dan lain sebagainya.

Dari keempat penjelasa kato nan ampek tersebut dapat di simpulkan bahawa berbicara harus menggunakan bahasa yang baik dengan orang yang tepat supaya tidak menyinggung perasaan orang lain.

Pengetahuan

Masyarakat Minangkabau memiliki pengetahuan yang unik. Dimana anak usia 7 tahun biasanya akan tinggal di surau dan belajar agama maupun adat Minangkabau. Di usia remaja inilah pemuda Minang ditempa untuk menimba ilmu sebanyak mungkin. Barulah setelah mendapatkan ilmu mereka akan kembali untuk membangun kampung mereka. Mereka akan pulang sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab dan lebih matang lagi. Mereka harus menjadi sosok yang bertanggung jawab terhadap keluarga dan apapun yang dilakukannya.

Religi

Masyarakat Minangkabau mayoritas beragama islam. Masyarakat Minangkabau sendiri memiliki filosofi "Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah" yang berarti ajaran adat Minangkabau harus sesuai dengan ajaran agama islam yaitu pada dasarnya Al-Qur'an (kitabullah). Adapun istilah "dibuang sepanjang adat" yang diberikan kepada masyarakat Minangkabau yang keluar dari agama islam (murtad), maka dalam adat Minangkabau mereka dinyatakan keluar atau dibuang secara keseluruhan dari masyarakat Minangkabau.

Kesenian

Kesenian Minangkabau sendiri sangat beragam, mulai dari tari-tarian, musik, arsitektur dan lainnya. Seperti Talempong dan Saluang yang sering digunakan dalam berbagai acara adat Minangkabau. Contoh lain yaitu Tari Piring yang biasanya digunakan sebagai pembuka suatu acara adat atau sebagai sambutan untuk tamu tamu terhormat. Ukiran pada atap rumah gadang yang berbentuk seperti tanduk kerbau juga merupakan salah satu keterampilan masyarakat Minangkabau dalam mengelolah kayu.

Mata Pencaharian

Orang Minang sendiri dikenal dengan kecakapannya dalam berdagang dan memiliki jiwa berdagang yang sangat tinggi. Hal itu telah diwarisi secara turun temurun oleh generasi sebelumnya. Saat ini masyarakat Minangkabau masih melestarikan pasar tradisional untuk menjual dan membeli barang kebutuhan hidup mereka. Swalayan dan Minimarket sangat dilarang oleh pemerintah Sumatera Barat karena dapat menurunkan penghasilan masyarakat Minangkabau yang notabene penghasilan mereka sebagian besar didapat dari berdagang. Selain itu dapat terciptanya pengangguran karena hilangnya lapangan pekerjaan. Masyarakat Minangkabau sendiri gemar melakukan kegiatan Merantau yang membuat masyarakat Minangkabau sukses di berbagai bidang ekonomi termasuk berdagang.

Sistem Sosial dan Kekerabatan

Sistem kekerabatan atau kemasyarakatan Minangkabau mengikuti garis keturunan ibu (Matrilineal). Harta warisan dan tanah pusaka umumnya diwariskan melalui garis ibu kepada anak perempuan atau kemenakan perempuan. Anak laki-laki tidak memiliki hak untuk memiliki warisan hanyak hak mengusahakan. Sedangkan anak perempuan mempunyai hak memiliki sampai diwariskan pula kepada anaknya.

Peralatan Hidup dan Teknologi

Masyarakat Minangkabau memiliki alat dan teknologi tradisional seperti rumah gadang (rumah adat), pakaian adat, serta alat-alat pertanian tradisional. Teknologi pembuatan kain songket dan kerajinan perak juga merupakan warisan budaya Minangkabau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun