Sementara AS telah berinvestasi hampir $5 miliar per tahun dalam operasi kemanusiaan dan keamanan di Tanduk Afrika, kurangnya strategi politik yang jelas mengurangi efektivitas upaya tersebut. Ketidakcocokan antara kebijakan yang ada dan dinamika baru di wilayah ini membuat AS semakin kehilangan pengaruhnya, sementara negara-negara seperti Cina dan negara-negara Teluk semakin aktif dalam memperebutkan pengaruh. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang lebih terintegrasi dan berorientasi pada tujuan akhir untuk mengatasi konflik di Sudan Selatan dan tantangan yang lebih luas di kawasan ini.
Memulai Kembali Kebijakan AS untuk Mendukung Penyelesaian Konflik dan Stabilitas Regional
     Di tengah ketegangan yang terus meningkat di wilayah Laut Merah dan Tanduk Afrika, peran Amerika Serikat dalam kebijakan luar negerinya tampak semakin rumit. Dulu, AS dikenal sebagai aktor kunci dalam negosiasi perdamaian, terutama di Sudan Selatan, namun saat ini, upaya diplomatiknya sering kali terfragmentasi dan tidak terfokus. Misalnya, meskipun AS mengeluarkan sanksi dan bantuan kemanusiaan yang besar, langkah-langkah tersebut tidak cukup untuk menangani kompleksitas konflik yang ada.
     Contoh yang mencolok adalah hubungan AS dengan Uganda, yang, meski menjadi penerima bantuan keamanan, juga berperan dalam mendukung pemerintah Sudan Selatan yang represif. Dalam konteks ini, jelas bahwa AS perlu merumuskan strategi yang lebih menyeluruh, dengan penunjukan pejabat senior yang bisa mengatasi isu-isu di Laut Merah secara lebih terintegrasi, bukan hanya berfokus pada konflik individu.
     Selain itu, penting bagi AS untuk keluar dari silo-silo tematik yang menghalangi intervensi yang strategis. Pendekatan yang lebih kolaboratif di antara berbagai lembaga akan sangat membantu dalam menangani konflik yang saling terkait. Jika AS tidak segera mengambil langkah aktif untuk mengatur "aturan main" di kawasan ini, konsekuensi dari ketidakpastian tersebut bisa sangat merugikan bagi stabilitas regional. Contoh dari Sudan Selatan menunjukkan bahwa mengabaikan solusi politik yang tepat hanya akan memperburuk situasi dan menghambat upaya perdamaian yang sangat diperlukan.
Kesimpulan
     Amerika Serikat memiliki peluang unik untuk berperan sebagai mediator dan penjamin dalam menyelesaikan konflik di kawasan Laut Merah, yang sarat dengan persaingan dan ketidakpercayaan. Meskipun aktor eksternal lainnya, seperti UEA, telah berusaha membantu memperbaiki hubungan di kawasan, AS memiliki kapasitas untuk mengelola dan menstabilkan situasi dalam jangka panjang. Sayangnya, kegagalan AS dalam mengambil peran aktif di Sudan Selatan menjadi salah satu penghalang utama dalam menemukan solusi politik yang berkelanjutan untuk konflik tersebut.
     AS belum berhasil merancang solusi yang mengakomodasi kepentingan negara-negara di sekitar Sudan Selatan, seperti Sudan, Uganda, Mesir, dan Ethiopia. Sebaliknya, diplomasi AS sering kali terjebak dalam negosiasi yang tidak efektif, termasuk dalam upaya memperbaiki perjanjian perdamaian yang lemah dari tahun 2015. Akibatnya, mediasi regional lebih berfungsi untuk mengelola kepentingan bersaing daripada untuk secara efektif menyelesaikan konflik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H