Mohon tunggu...
Umar Hapsoro
Umar Hapsoro Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bosan jadi pegawai, lantas berwirausaha. Senang baca, dan suka juga nulis, tapi kadang2. ~ "Pengetahuan tidaklah cukup, ..... karenanya kita hrs mengamalkannya. Niat saja tidaklah cukup, untuk itu kita harus melakukannya."

Selanjutnya

Tutup

Money

Ditengah Isu Pemakzulan, SBY Berlenggang?

29 Januari 2010   09:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:11 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_64003" align="aligncenter" width="300" caption="Indonesia National Single Window"][/caption] Bila kemarin, ditengah-tengah suasana demo yang relatif adem-adem saja. Seperti yang saya laporkan dalam tulisan saya "Hari ini, Ikut Demo atau Berkarya." Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menarik tuas saklar dan menandatangani prasasti pembukaan PLTU Labuan berkapasitas 300 Mega Watt (MW) dan PLTU Labuhan Angin berkapasitas 2x115 MW, merupakan bagian dari program percepatan 10.000 megawatt (MW) dan menggunakan bahan bakar batu bara, di Desa Sukamaju, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten. Hari ini lagi-lagi, ditengah-tengah gencarnya berita-berita "SBY Pengecut" yang didengungkan, pasca bombardir berita hingar-bingarnya demonstrasi yang katanya media-media bakal memadati Istana Merdeka dan Gedung DPR. Pada pelaksanaannya kemarin (28/1) ternyata biasa-biasa saja. SBY lagi-lagi membuat gebrakan yang menurut pengamat memiliki kandungan nilai politis tinggi. Mulai pukul 16.00 WIB, Jum'at (29/01), sambil menonton acara peresmian Indonesia National Single Window (INSW) di TVRI (siaran lansung), saya pun mulai merekam acara tersebut dengan keyboard (bukan handycam). Sistem National Single Window adalah Sistem nasional Indonesia yang memungkinkan dilakukannya suatu penyampaian data, pemrosesan data dan informasi secara tunggal dan singkron, dan pembuatan keputusan secara tunggal untuk pemberian ijin kepabeanan dan pengeluaran barang. jadi singkatnya adanya suatu portal INSW yang melakukan integrasi informasi berkaitan dengan expor impor (kepabeanan) yang terhubung antar instansi teknis terkait tentang aturan barang larangan dan pembatasan. sistem ini baru menggabungkan lima instansi pemerintah--dari total 35 instansi--dalam satu proses perizinan. Lima instansi itu adalah Kantor Pelayanan Utama Bea-Cukai Tanjung Priok serta empat instansi yang meloloskan perizinan, yaitu Badan Pengawas Obat dan Makanan, Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Badan Karantina Pertanian, dan Pusat Karantina Ikan. Dengan sistem ini semua perijinan akan diintegrasikan oleh portal INSW dan dilakukan penelitian atas perijinan barang oleh sistem, dari sistem tersebut dikirim ke sistem komputer bea cukai untuk proses selanjutnya. Sehingga tidak perlu lagi membawa dokumen hardcopy ke kantor bea cukai kecuali untuk instansi yang belum terintegrasi dengan sistem INSW.Keterangan lebih lajut bisa dilihat di Portal "Indonesia Natonal Single Window (INSW)." Presiden berharap setelah menerapkan sistem ini dengan konteks makro kerjasama dengan global. Apalagi dengan penarapan elektronik Informasi Teknologi. "Diharapkan (pengurusannya) bisa lebih cepat, praktis, dan efisien," ujarnya. Peningkatan ini, kata presiden, tidak hanya berdampak ada perekonomian dengan luar negeri. Namun juga bisa berdampak pada ekonomi domestik. "Pelayanan publik lebih baik, ekonomi makin produktif dan daya saing makin meningkat," kata presiden. Oohhh jadi gitu ya bos, ... cacian, suara-suara sumbang, demo ini-itu, tidak selalu harus ditanggapi dengan ngemeng-ngemeng ya .... oke deh, ngerti deh ... Selanjutnya, ... boleh demo, boleh mengkritik, boleh gonjang-ganjing, boleh juga berkarya, boleh juga tidur, atau nulis sambil komen di Kompasiana .... SBY tetap berlenggang .. eh salah ketik, ... maksudnya berkarya Salam, H. Umar Hapsoro

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun