Halo para pembaca setia Kompasiana!
Jika kita mengingat kembali, apa penyebab Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menghimbau bahwa mau tidak mau kita harus tetap melaksanakan pembelajaran secara daring? tak lain dan tak bukan karena masuknya COVID-19 di tanah air tercinta ini pada bulan maret 2020.
Hal ini dilakukan untuk mendukung upaya berkelanjutan masyarakat indonesia dalam mengurangi dampak pandemi COVID-19 di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan budaya. Atas dasar inilah yang membuat para pemerhati Pendidikan harus memikirkan dengan sungguh untuk melakukan perubahan dan membuat trobosan yang baru untuk mendidik siswa-siswanya.
Segala upaya dan inovasi harus cepat dilakukan oleh para guru guna memangkas permasalahan yang ada di sekolah kala itu dan lagi lagi pemanfaatan teknologilah yang menjadi jalan keluar satu satunya untuk saat ini. Seorang guru harus membuka mata, membuka telinga, membuka fikiran dan membuka hati dalam pemanfaatan teknologi. Guru juga harus cepat beradaptasi dalam menerapkan teknologi agar suasana pembelajaran berjalan dengan kondusif dan efektif sebagaimana mestinya.
Berbicara tentang Bahasa Arab, kini Bahasa Arab mulai banyak dipelajari oleh semua peserta didik diseluruh dunia. Hal ini ditandai dengan digunakannya Bahasa arab oleh 22 negara termasuk Indonesia, juga merupakan Bahasa universal yang digunakan banyak umat muslim di dunia, dan salah satu Bahasa PBB yang diperingati tiap tahunnya.
Adapun Inovasi pembelajaran Bahasa Arab yang terkini yaitu dengan adanya Program Arabic Learning yang dikembangkan oleh Saudi Electronic University (SEU), yang telah memperkenalkan program sumber terbuka dan gratis “Learn Arabic, Master it at Home” dapat diakses oleh semua siswa bahasa Arab meski bahasa ibunya bukan bahasa Arab. Dengan Visi “Menyebarluaskan bahasa arab di seluruh dunia”.
Program ini berlaku sejak diadakannya Memorandum of Agreement (MoA) atau kesepakatan kerjasama antara Universitas Negeri Malang yang diinisiasi sebelumnya oleh Pengurus Pusat Harian Ikatan Pengajar Bahasa Arab (IMLA) dengan Rektor Universitas Elektronik Saudi pada tahun 2018.
Catatan yang perlu kita ketahui adalah program ini merupakan pembelajaran Bahasa arab pertama di Indonesia dengan standar Eropa. Jadi, baik pembelajaran maupun tes Bahasa arab yang ada di website ini bukan lagi berstandar kurikulum yang ada pada masing masing sekolah ataupun universitas. Dan hal yang seperti ini sudah sepatutnya kita terapkan secepat mungkin kepada masing-masing Lembaga Pendidikan yang ada di Indonesia.
Program Arabic Online telah menyediakan 796 video interaktif utama, 6.320 gambar, 12.000 file suara penutur asli Arab, sebanyak 10,076 latihan soal yang mencangkup 4 keterampilan berbahasa (berbicara, menyimak, membaca dan menulis) dan memperhatikan komponen utama Bahasa (suara, kosakata,dan struktur) yang akan memudahkan siswa Bahasa arab untuk memahami materi pembelajaran.
Untuk mengikuti pembelajaran di platform ini caranya cukup mudah. Diawal kita cukup mendaftarkan diri terlebih dahulu dengan mengisi identitas dan data lainnya melalui laman https://arabic.seu.edu.sa/ . Lalu kita diarahkan melakukan tes untuk menentukan tingkatan kelas yang kita akan ambil dan tes tersebut berisikan 60 soal komponen kesadaran fonemik. Tingkatan itu sendiri terbagi menjadi 16 tingkatan, dari tingkat pemula, tingkat dasar, tingkat menengah, tingkat menengah atas, lanjutan, dan mahir.
Apabila telah melakukan tes, kita akan mendapatkan tingkatan yang sesuai dengan hasil skor tes, kemudian kita akan diberi password atau kata sandi yang dikirimkan ke akun email kita yang nantinya password ini digunakan untuk login kembali ke Web Arabic Online. Dan proses aktivasi ini memakan waktu kurang lebih 2-3 hari (tidak terhitung hari sabtu dan minggu) karena langsung diproses oleh induk web yang berada di Amerika. Apabila username dan password sudah aktif, maka kita bisa menikmati dan mengikuti pembelajaran baik mandiri maupun bimbingan langsung.
Selain praktis dan mudah, kelebihan platform ini dari platform-platform pembelajaran Bahasa arab yang lain adalah pertama, program pembelajaran ini bisa kita ikuti dengan cuma-cuma alias tanpa dipungut biaya sepeserpun. Kedua, pengajar dan materi pembelajaran dibuat langsung oleh penutur asli Bahasa arab yang memungkinkan rendahnya tingkat kesalahan dalam penyampaian materi. Ketiga, apabila kita sudah mengikuti pembelajaran ini dengan baik lalu kemudian di akhir kita mengikuti tes, kita akan mendapatkan sertifikat langsung dari Saudi Electronic University (SEU).
Terlepas dari semua kelebihan yang disebutkan tadi, terdapat juga kekurangan yang menjadi masalah umum bagi peserta pembelajaran berbasis digital ini. Diantaranya kurangnya akses internet dan kurangnya pengawasan dalam pembelajaran. Karena sehebat apapun kecanggihan suatu teknologi tidak akan pernah bisa menggantikan peran dan posisi guru yang hebat. Dan sehebat apapun suatu teknologi apabila tidak ada bimbingan langsung dari seorang guru, maka teknologi itu tidak akan efisien.
