Pengintegrasian nilai-nilai karakter dalam semua mata pelajaran pada kegiatan pembelajaran di kelas merupakan strategi yang dipandang efektif dalam pendidikan karakter. Secara khusus pendidikan karakter berfokus pada Pendidikan Agama dan Kewarganegaraan, karena memang misi kedua mata pelajaran itu adalah untuk mengembangkan nilai dan sikap. Karakter dikembangkan sebagai dampak pembelajaran (instructional effect) dan juga dampak pengiring (nurturant effect). Sementara itu, mata pelajaran lainnya yang secara formal memiliki misi utama bukan untuk mengembangkan karakter wajib membuat rancangan pembelajaran pendidikan karakter yang terintegrasi ke dalam substansi mata pelajaran yang memiliki dampak pengiring bagi berkembangnya karakter pada diri peserta didik. Kerjasama antara pihak sekolah dengan orang tua, keluarga dan tokoh masyarakat melalui komite sekolah, pertemuan orang tua/ wali peserta didik perlu dilakukan dalam rangka sosialisasi penyamaan gerak langkah untuk mengembangkan karakter mulia pada peserta didik. Hal itu juga merupakan proses penguatan yang efektif dari orang tua/wali serta tokoh-tokoh masyarakat terhadap perilaku berkarakter mulia yang dikembangkan di satuan sekolah sehingga menjadi rutinitas aktivitas di rumah dan di lingkungan masyarakat.
Dari pembahasan tersebut dapat dijelaskan bahwasanya pendidikan karakter siswa sangatlah penting demi menciptakan lulusan yang unggul, bukan hanya dalam segi pengetahuan melainkan dari sisi karakter yang dimiliki. Untuk menciptakan lulusan yang mempunyai karakter yang unggul juga diperlukan pengintegrasian nilai-milai karakter dalam semua kegiatan belajar mengajar. Entah itu dari sisi kegiatan intra maupun ekstra. Dalam pendidikan karakter ini kepala sekolah SMPIT Al-Ghozalie mempunyai progam-progam yang menjadikan karakter siswa menjadi berkembang seperti mengadakan seminar, menanamkan jiwa pelajar pancasila dengan memperkuat dari sisi kebhinekaan yang tidak memandang keberagaman dengan menanamkan jiwa toleransi, dan saling menghormati antar sesama siswa sekolah.
Artikel ini memliki judul "strategi kepala sekolah dalam mengatasi keberagaman siswa" yang akan membahas strategi dalam mengatasi keberagaman siswa dengan menanamkan karakter yang baik dan mampu menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif dan inklusif tanpa memandang perbedaan latar belakang. Dari semua hasil kajian teori yang diemukan di atas dalam mengatasi keberagaman siswa, kepala sekolah di SMPIT Al-Ghozalie mempunyai beberapa strategi dan cara mengatasinya yaitu yang pertama, di awal penerimaan siswa baru pasti akan ada progam MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) dalam kegiatan ini kepala sekolah memahamkan kepada semua siswa dan semua elemen sekolah termasuk guru terkait keberagaman. Dalam kegiatan ini kepala sekolah juga memahamkan kepada semua warga sekolah tentang visi dan misi lembaga, kepala sekolah SMPIT al-Ghozalie memiliki 4 visi salah satunya yaitu kolaborasi, visi kolaborasi dalam hal ini sesorang baik kepala sekolah, guru, siswa, dan juga wali murid mampu berinteraksi dengan semua elemen lembaga, sehingga bersama-sama dalam mencapai tujuan yang sama. Dalam kegiatan MPLS ini kepala sekolah juga memahamkan kepada siswa bahwasasanya sebagai pelajar pancasila memiliki penguatan dalam sisi kebhinnekaan dengan tidak memandang keberagaman.
Strategi yang kedua adalah kepala sekolah memiliki budaya saling sapa, saling menghormati, toleransi. Sehingga siswa tidak memiliki budaya yang buruk dan kepala sekolah mampu meminimalisir permasalahan yang disebabkan karena keberagaman. Seperti bullying dan kekerasan yang menyebabkan proses belajar mengajar menjadi tidak efektif dan kondusif. Dari berbagai permasalahan yang muncul karena keberagaman dan bagaimana cara mengatasinya kepala sekolah pasti memiliki tantangan yang dihadapinya yaitu mindset warga sekolah yang menganggap semua orang itu sama. Dalam hal ini sangat berpengaruh bagi lembaga terlebih bagi guru yang mempunyai mindset yang buruk yang menganggap semua siswa itu mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang sama, akibatnya proses belajar mengajar tidak akan efektif dan siswa merasa tidak nyaman dengan proses belajarnya.
Hasil dari penelitian, Untuk mencegah permassalahan keberagaman siswa, kepala sekolah SMPIT Al-Ghozalie menanamkan karakter-karakter yang baik agar selalu mengedepankan jiwa saling tolerasi, saling menghormati, dan saling sapa kepada sesama siswa dengan melakukan progam seminar, seperti seminar bullying, seminar kekerasan, seminar psikologis, seminar narkotika, dan seminar terkait kebhinnekaan. Dengan melakukan progam seminar, siswa mampu memilki budaya yang baik tanpa adanya kekerasan dan kasus bullying karena perbedaan.
Dari banyaknya perbedaan maupun keberagaman, dibutuhkan pembelajaran dengan lingkungan  kondusif, dan inklusif . Untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan inklusif agar semua siswa mampu belajar dengan aman dan nyaman,  SMPIT Al-Ghozalie melakukan sistem pembelajaran berkelompok dengan tujuan penguatan kolaborasi dan juga meminimalisir terjadinya suatu masalah yang disebabkan karena adanya perbedaan, dalam sistem berkelompok, siswa dikelompokkan sesuai kemampuan, karakter, dan juga budayanya. Agar siswa mampu berinteraksi sesama perbedaan tanpa adanya kecemburuan sosoil. Sistem pembelajaran berkelompok ini setiap minggu terus berganti atau di Rolling agar siswa mampu berinterkasi dengan siswa yang lain, mampu mengembangkan pemikiran dan pemahaman dari teman-temanya, dan meminimalisir masalah-masalah yang terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H