Mohon tunggu...
Umamul Muslikhin
Umamul Muslikhin Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hobi saya adalah bermain musik dan kebiasaan saya adalah sebegaimana mahasiswa saya disini menulis artikel untuk memenuhi tugas dari dosen

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Strategi Kepala Sekolah dalam Mengatasi Keberagaman Siswa

19 September 2024   12:30 Diperbarui: 20 September 2024   08:22 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PENDAHULUAN
Hidup dengan kemajemukan merupakan realistis sosial yang tidak dapat ditolak keberadaanya. Namun, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa hal-hal terkait kemajemukan juga dapat menimbulkan perpecahan maupun konflik. Konflik itu muncul dikarenakan adanya perbedaan-perbedaan antar suku wilayah maupun budaya. Setiap manusia dilahirkan dengan adanya perbedaan antara kelebihan maupun kekurangan. Dari semua konflik-konflik perbedaan yang muncul, tidak hanya dalam lingkup sosial saja, akan tetapi konflik perbedaan juga muncul dalam ruang lingkup pendidikan. Keberagaman siswa yang meliputi suku, budaya, ras, agama, dan dan juga karakter berkumpul dalam lingkungan pendidikan yaitu sekolah, dalam lingkup sekolah siswa membentuk karakter yang baik dengan orang lain, dengan saling menghormati, toleransi, agar tidak menimbulkan suatu konflik yang disebabkan karena keberagaman (Miftahus Sa'adah,2018).
Nafik Muthohirin dalam kajian penelitiannya mengatakan, Pluralitas sudah menjadi suatu aset yang sangat berharga, akan tetapi aset berharga ini hanya berlaku bagi orang yang berbudaya (Dani Nurcholis,2019). Artinya apa? Bahwa orang yang berbudaya itu lahir dari suatu proses pendidikan, dalam kata lain pendidikan itu sangat penting untuk bisa menciptakan jiwa pluralisme atau tidak memandang suatu perbedaan. Pendidikan adalah aset negara yang sangat penting dalam pembentukan manusia yang berbudaya tanpa memandang adanya perbedaan suku, ras, maupun budaya.
Sekolah adalah sebuah institusi yang bertanggung jawab dalam mengatur dan menawarkan pendidikan dan pengajaran kepada siswa dengan tujuan mencapai hasil yang diinginkan. Selain itu, sekolah juga sebagai tempat dalam memperkuat keterampilan, kecerdasan maupun sikap siswa saat melakukan kehidupan yang sebenarnya (Dony Saputra,2023). Dalam ruang lingkup sekolah pasti ada seorang kepala sekolah yang berperan sebagai pemimpin, motivator maupun educator untuk mencapai tujuan sekolah yang telah ditentukan. Kepala sekolah berperan penting dalam menentukan kebijakan dalam suatu lembaga terkait keberagaman. Banyak cara kepala sekolah dalam mengatasi suatu keberagaman siswa melalui strategi-strategi maupun kebijakan yang telah ditetapkan oleh menteri pendidikan.


Keberagaman siswa dalam sebuah kelas telah menjadi fenomena yang tak terelakkan. Perbedaan latar belakang sosial, budaya, ekonomi, dan gaya belajar siswa menuntut sekolah untuk mampu menciptakan lingkungan belajar yang inklusif. Peran kepala sekolah dalam hal ini sangat krusial. Penelitian-penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dalam mengakomodasi keberagaman siswa memiliki dampak signifikan terhadap keberhasilan pendidikan (Banks, 2004; Gay, 2010).


Gay (2010) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa sekolah yang berhasil dalam mengatasi keberagaman siswa umumnya memiliki pemimpin yang memiliki visi yang jelas tentang keadilan sosial dan inklusivitas. Kepala sekolah yang visioner ini mampu menciptakan budaya sekolah yang menghargai perbedaan dan mendorong semua siswa untuk mencapai potensi maksimalnya. Selain itu, kepala sekolah juga berperan penting dalam mengembangkan kurikulum yang relevan dan responsif terhadap kebutuhan siswa yang beragam.


Kemudian penelitian oleh Banks (2004) menunjukkan bahwa keberagaman siswa dapat menjadi aset yang berharga bagi sekolah jika dikelola dengan baik. Dengan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, siswa dapat belajar saling menghargai dan menghormati perbedaan satu sama lain. Hal ini dapat memperkaya pengalaman belajar siswa dan mempersiapkan mereka untuk hidup di masyarakat yang semakin beragam.


Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Al-Ghozalie merupakan sekolah yang beralamat beralamatkan di Jl. Kaliurang 175, Tegal Gede, Kec. Sumbersari, Kab. Jember, Prov. Jawa Timur, sekolah dengan kepala sekolah yang memiliki visi unggul salah satunya yaitu kolaborasi semua elemen sekolah seperti guru, kepala sekolah, murid, orang tua, dann juga stakeholder. Sekolah yang memiliki ciri khas yang yang mengedepankan agama. Progam unggulan yang dimiliki Lembaga ini yaitu progam bimbingan  tahfidz, dan proses belajar mengajar dengan berkelompok. Meskipun sekolah ini identic dengann religiusnya, tidak menutup kemungkinan bahwa dilembaga ini memiliki berbagai perbedaan, baik dari sisi suku, budaya, ras dan juga perbedaan karakter. Untuk mengatasi permasalahan yang muncul dari suatu perbedaan, maka peran seorang kepala sekolah sangatlah penting, visi yang dimiliki Lembaga harus Bersama-sama diketahui dan dikerjakan dalam bentuk menciptakan lulusan yang terbaik.
Namun, mengatasi keberagaman siswa bukanlah tugas yang mudah, banyak tantangan yang harus diselesaikan kepala sekolah terkait keberagaman siswa.

Latar belakang dalam peneltian ini adalah memandang bahwa suatu keberagaman dalam kehidupan adalah hal yang wajar, begitu pula dalam lingkup pendidikan, akan tetapi perbedaan tersebut harus dibekali dengan karakter multikulturalisme dan juga pluralisme, agar tidak terjadi sutau permasalahan maupun tindak kriminalisme dalam satuan pendidikan dan menciptakan lingkngan yang kondusif dan inklusif.  Untuk menciptakan siswa yang mempunyai karakter berbudaya, kepala sekolah berperan penting dalam pemangku kebijakan, menginternalisasi nilai-nilai budaya kedalam pendidikan dan mampu mengakomodasi semua warga sekolah dalam suatu keberagaman. Kepala sekolah juga harus mampu mengembangkan lingkugan sekolah yang kondusif dan iknklusif agar siswa merasa nyaman dalam melakukan proses belajar mengajar.
Dalam peneletian ini mengupas strategi kepala sekolah dalam mengatasi keberagaman siswa ditingkat mengeah keatas sebagai upaya untuk mengurangi terjadinya permasalahan atau tindak kriminal di lingkungan sekolah, dengan mengacu pada strategi kepala sekolah dalam mengatasi  keberagaman siswa, bagaimana kepala sekolah dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan pengembangan karakter siswa terkait keberagaman.

METODE
Metode  yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif yang yang bertujuan agar dapat memahami suatu fenomena, persepsi, dan juga konteks sosial dari subjek penelitian. Dengan cara mengumpulkan data, data yang diperoleh melalui kajian pustaka dari beberapa sumber yang akurat seperti buku, artikel, jurnal, dan sebagainya. Prosedur dalam penelitian kualitatif deskriptif ini aadalah merumuskan masalah, memilih data, memilih teknik pengumpulan data, dan kesimpulan penelitian. Artikel ini meneliti terkait strategi kepala sekolah dalam mengatasi keberagaman siswa di SMPIT Al-Ghozalie Jember. Subjek yang diteliti adalah kepala sekolah dan juga guru, data yang ditemukan dalam penelitian ini mengungkapkan terkait strategi kepala sekolah dalam mengatasi keberagaman siswa, pengembangan lingkungan yang kondusif dan inklusif, dan pengembangan karakter siswa terkait keberagaman. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan mengandalkan 4 metode untuk mengumpulkan informasi, yaitu melalui partisipasi, observasi langsung, wawancara mendalam, dana analisis dokumen dan bahan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan dalam bahasa inggris berasal dari kata "leader" yang memiliki arti "pemimpin" kemudian kata leadership  memilki arti memimpin. Dalam bukunya Teti Ratnawulan  yang berjudul manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah (2023) Seorang pemimpin adalah orang yang memegang posisi kepemimpinan, sedangkan kepemimpinan adalah tindakan atau tugas seorang pemimpin untuk mencapai tujuan tertentu atau berusaha mempengaruhi beberapa tujuan. Nawawi (2000)
Seorang pemimpin adalah orang yang memegang posisi kepemimpinan sedangkan kepemimpinan adalah tindakan atau tugas seorang pemimpin untuk mencapai tujuan tertentu atau berusaha mempengaruhi beberapa tujuan. Pendapat ini juga diperkuat lagi oleh robbins dalam (Djafri, 2016) yang menjelaskan kepemimpinan sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok dan mengarahkanya pada tujuan tertentu. Seorang pemimpin harus memiliki cara atau strategi untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain melakukan apa yang diinginkan pemimpin (Teti Ratnawulan,2023).
Adapun kepemimpinan jika diterapkan di dalam dunia pendidikan berarti suatu kemampuan untuk mengajak mempengaruhi menggerakkan membimbing dan mengarahkan orang yang terlibat dalam pendidikan untuk mencapai tujuan tertentu, makna yang terkandung dari Pengertian tersebut bahwasanya seorang pemimpin harus bisa mempengaruhi bawahannya atau stakeholder yang ada di dalam sebuah lembaga pendidikan sekolah. Murip Yahya mengatakan bahwa istilah kepala sekolah berasal dari dua kata yakni "kepala" dan  "sekolah" secara bahasa kata kepala dimaksudkan sebagai "mengepalai" yang berarti bertindak sebagai ketua atau Pemimpin sebuah perusahaan, sekolah, perkantoran, dan lain-lain (Murip Yahya,2019). Adapun sekolah memiliki arti sebagai suatu bangunan tempat siswa untuk belajar. Kepala sekolah merupakan bidang profesi yang tidak semua orang memilikinya, maka dalam pengangkatan dan penunjukan kepala sekolah didasarkan pada beberapa persyaratan, kualifikasi dan juga potensi tertentu. Karena kesuksesan suatu lembaga sekolah ditentukan dari kualitas dari kepemimpinan seorang kepala sekolah. Adapun kualifikasi dan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah diantaranya yaitu kepala sekolah harus bisa menjadi seorang pemimpin yang memberikan kekuatan sentral dalam menjalankan kehidupan disekolah, kepala sekolah juga harus dapat memahami dan menjalankan tugas dan fungsinya demi tercapainya suatu tujuan lembaga.
Berdasarkan penjelasan di atas kepala harus memiliki karakteristik kepimimpinan yang kuat dan mampu membawa lembaga menuju arah yang lebih baik. Kepala sekolah berperan penting dalam menjalankan, mengawal, dan membuat kebijakan lembaga untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Sekolah menengah pertama Islam Terpadu (SMPIT) Al-Ghozalie memiliki kepala sekolah dengan visi misi yang unggul, dapat dibuktikan selama 5 tahun mampu membawa peekembangan yang signifikan, sudah banyak prestasi yang telah dicapai lembaga tersebut dibawah kepemimpinanya dan berbagai progam-prgam yang telah dilakukan untuk mencapai perkembangan yang lebih baik. Kepala sekolah di SMPIT Al-Ghozalie mampu membangun komunikasi yang baik dengan semua elemen lembaga, karena salah satu visi yang dimiliki adalah mampu berkolaborasi dengan semua elemen sekolah dan mengakomodasi semua perbedaan yang ada.

Fungsi Kepala Sekolah
Kepala sekolah mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pendidikan. Dari fungsi kepala sekolah sangat menentukan kemana arah lembaga dan bagaimana lembaga yang dibawahinya. Ilham yahya dalam (Nur Efendi,2017) mengatakan bahwa fungsi dari kepala sekolah sangatlah penting bagi pemberdayaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
Fungsi dari kepala sekolah disebuah lembaga yaitu yang pertama sebagai educator atau menjadi seorang pendidik, dalam fungsi ini kepala sekolah mampu membingbing dan juga mengarahkan guru dan stakeholder yang ada. Kedua seorang kepala sekolah memiliki fungsi  sebagai manajer, dalam hal ini seorang kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga pendidik dan dengan tenaga kependidikan. Yang ketiga seorang kepala sekolah sebagai administrator, dalam hal ini seorang kepala sekolah harus memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas administrasi. Yang kempat kepala sekolah berfingsi sebagai supervisor, fungsi ini kepala sekolah harus bisa mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Yang kelima fungsi kepala sekolah sebagai leader atau pemimpin, dalam hal kepemimpinan seoranhg kepala sekolah harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan. Fungsi yang keenam yaitu kepala sekolah sebagai inovator atau inovasi untuk semua warga sekolah. Fungsi yang terkhir adalah sebagi motivator atau kepala sekolah harus bisa memotivasi kepada tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya (Teti Ratnawulan,2023). Pemimpin pendidikan juga memiliki peran yang sangat strategis dalam mengkonstruksi sekolahnya agar dapat menyajikan pendidikan karakter secara optimal bagi setiap peserta didik yang pluralis. Sehubungan dengan itu, pemimpin pendidikan yang ada di Indonesia memiliki kewajiban untuk melakukan pembentukan karakter yang berbasis multikultural (Nadzmi Akbar,2021). Tidak hanya  itu saja dalam perspektik (Depdiknas,  2007) dijelaskan bahwasanya ada tujuh  peran  kepala  madrasah  yaitu  educator (pendidik), manager,  administrator,  supervisor (penyelia),  leader (pemimpin), pencipta  iklim  kerja  yang kondusif (creator of working environment)dan wirausahawan (entrepreneur).
Dari uaraian tersebut penelti telah menemukan data terkait fungsi kepala sekolah di SMPIT Al-Ghozalie bahwa kepala sekolah sebagai seorang educator yang mampu mengarahkan warga sekolah menuju visi dan misi lembaga yang sudah ditentukan, mampu menjadi motivator kepada semua elemen yang ada tanpa membeda-bedakan keberagaman yang ada. Kepala sekolah SMPIT Al-Ghozalie juga menciptakan inovasi pembelajaran berkelompok agar terciptanya lingkungan yang yang kondusif dan inklusif dan semua siswa merasa nyaman atas proses belajar mengajarnya. Fungsi lain yaitu sebagai manajer yang memimpin dan menyelesaikan berbagai masalah yang ada.  

Keberagaman Siswa
Setiap orang lahir dengan perbedaan dan keunikannya masing-masing. Namun disparitas dalam kebudayaan, sumber daya, dan harapan-harapan, juga telah melahirkan ketidak puasan dan konflik sosial, sehingga perbedaan nasionalitas, etnisitas, dan ras, yang muncul bersamaan dengan perbedaan agama, posisi sosial, dan ekonomi seringkali berpotensi menimbulkan benturan yang semakin besar dan luas (Munawar, 2019). Oleh karenanya, perbedaan dan keragaman suku maupun agama merupakan sebuah fakta multikulturalisme yang harus diterima, suka atau tidak. Dalam konteks pengembangan pendidikan, seharusnya pendidikan yang dikembangkan adalah pendidikan yang tidak menjurus pada keseragaman. Penyeragaman pendidikan akan mengakibatkan terbonsainya potensi masing-masing anak didik dan tumbuhnya sikap tidak saling menghargai terhadap perbedaan yang ada. mengingat terjadinya beberapa konflik sosial keagamaan dan demi terjaminnya hak-hak hidup dan kultural, maka perlu segera dirintis dan dikembangkan pengelolaan pendidikan yang mampu menjadi faktor penting dalam menumbuh kembangkan kesadaran nilai-nilai multikultural (M. Amin Abdulloh, 2018).
Landasan penelitian tersebut terbukti di lembaga SMPIT Al-Ghozalie yang perbedaan atau keberagaman adalah suatu hal yang wajar, terlebih lagi perbedaan karakter, kemampuan, dan pemahaman sehingga dalam perlu inovasi-inovasi yang dilakukan untuk meciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan inklusif dan mampu menghantarkan tujuan dari pengetahuan seorang murid. Di setiap siswa pasti mempunyai daya pemahaman dan kemampuan yang berbeda maka diperlukan juga perhatian dan pembelajaran yang perbeda juga. Contoh kecilnya seperti seorang siswa memliki kemampuan dan pemahaman yang melebihi siswa lainya, dalam hal ini sekolah atau guru juga mampu mewadahi kelebihan tersebut alasanya agar tidak terbonsainya kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki siswa tersebut. Di sekolah SMPIT Al-Ghozalie dalam menangani perbedaan siswa, dilakukan pembelajaran berkelompok atau pembelajaran yang inovativ agar kemampuan dan pengetahuan seorang siswa lebih berkembang.

Pendidikan Karakter
Nadzmi Akbar bukunya (2021) Karakter merupakan pola prilaku individu dalam berinteraksi dengan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya. Secara sempit karakter adalah suatu keadaan atau perilaku yang menonjol pada diri seseorang dan menjadi kebiasaan yang sangat sulit untuk dihilangkan. Para ahli seperti Berkowitz (1998), Damon (1988), Huitt (2000), Lickona (1991), Navarez and Rest (1995), dan Kapal (1998) telah sepakat bahwasanya karakter adalah suatu fenomena psikologis yang kualitasnya ditentukan oleh konsistensi dan faktor yang mempengaruhinya.
Pembentukan karakter secara historis dapat dikatakan sebagai tujuan umum semua pendidikan. Namun, sering tidak dinyatakan secara eksplisit, melainkan hanya telah diasumsikan. Di setiap negara, pendidikan karakter menjadi perhatian yang serius, bahkan dibeberapa negara, pendidikan karakter menjadi gerakan nasional. Karakter individu seperti peduli, kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan menghormati diri sendiri dan orang lain itu nantinya terbentuk menjadi karakter masyarakat dan karakter masyarakat menjadi jatidiri sebuah bangsa. Pendidikan karakter didefinisikan sebagai proses pengembangan pemahaman, komitmen dan kecenderungan peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai inti etika dan menjadikan peserta didik cerdas dan baik (Lickona 1991). Dalam hal ini pendidikan karakter dimulai dari upaya menanamkan pemahaman tentang karakter yang sesuai dengan nilainilai etik, kemudian menimbulkan komitmen untuk berprilaku sesuai dengan nilai etik yang berlaku di masyarakat sehingga semakin lama menjadi kecendrungan dalam bersikap dan bertingkah laku atau dalam istilah lain disebut sebagai karakter.
Istilah pendidikan karakter menegaskan bahwa aspek pembentukan karakter itu merupakan hal yang sangat esensial dan urgen. Karakter-karakter yang perlu dikembangkan pada diri peserta didik meliputi bertanggung jawab, adaptif, menghargai, ambisius, berani, perhatian, patuh, welas asih, bertanggung jawab, kooperatif, berani, kreatif, tegas, berdedikasi, berpendidikan, bertenaga/ semangat, berpuasa/kendali nafsu, berwenang, fokus, memaafkan, membantu, jujur, rendah hati, inovatif, menarik, menyenangkan, pemimpin, setia, berpandangan terbuka, sabar, sopan, positif, cerdas, bertahan, bertanggung jawab, percaya diri, disiplin diri, mandiri, rasa humor, sensitif, pemain tim, teliti, toleran, terpercaya, visioner, bijaksana (Stevenson, 2006).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun