Kajian "alfiyah kontekstual" pojok santri kali ini,mengetengahkan wacana seputar dunia jurnalistik, dengan haed line news sebagai point kajiannya. Sebagai landasan teoritisnya, mari kita baca bait ini: "Wanahwu 'indzi dirhamun wali wathar * Multazamun fihi taqaddumal khabar. Teori nadzam dimaksud dapat diaplikasikan dalam proses memilih atau menentukan haed line news sebuah media massa. Adapun tawaran contohnya ialah: 'Indzi Dirhamun, Saya Seorang Milyader. Dalam konteks media, profesi, jabatan, dan status sosial seseorang, memiliki nilai jual, marketeble. Sebab hal itu terkait langsung dengan kehidupan keseharian; yang mana dalam teori pewartaan, sebuah berita akan diperhatikan masyarakat, jika di dalamnya memuat situasi dan kenyataan hidup sosial manusia berikut pernak-pernik dari segala arah yang melingkupinya. Yah,seperti soal harta kekayaan, gaya hidup, atau romantisme keluarga. Terlepas dari perbedaan prasyarat khusus antar media, namun itulah, poin-poin asas sebuah haed line news atau Taqdimul Khabar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H