Mohon tunggu...
Khoerul umam
Khoerul umam Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Syari'ah IAIN Purwokerto

Seorang mahasiswa semester 4 fakultas syariah IAIN Purwokerto dan pegiat literasi.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Integritas, Sikap Duduk, Gerak, dan Pikir

27 Juni 2020   14:27 Diperbarui: 27 Juni 2020   14:18 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah sampai kapan kita akan terus hidup dibawah bayang-bayang wabah corona. Sudah genap empat bulan kita menjalani hidup di tengah ketidakpastian, hal tersebut bisa saja bertambah lama mengingat yang dihadapi adalah ketidakpastian itu sendiri. 

Oleh karena itu diperlukan adanya langkah cerdas agar manusia bisa survive di tengah ketidakpastian. Selain itu, dalam rangka merealisasikan langkah tersebut dibutuhkan sosok agent cerdas yang bisa bertanggung jawab. 

Kenapa sosok agent diperlukan? Perubahan tidak datang dengan sendirinya, perlu ada tindakan yang dilakukan oleh manusia agar perubahan itu tercipta.

Sebagai contoh bangsa Mesir bisa berhasil menghadapi krisis selama 7 tahun karena ada sosok yang berperan terhadap bangsa Mesir, dia adalah Nabi Yusuf. Beliau berperan dengan memberikan nasihat-nasihat berharga yang dilaksanakan dengan baik oleh pemerintah dan rakyat sehingga bangsa Mesir berhasil menghadapi krisis berkepanjangan tersebut. 

Lantas di Indonesia siapa yang menggantikan peran Nabi Yusuf untuk menyelamatkan bangsa Indonesia dari wabah corona? jawabannya jelas diri kita sendiri, akan tetapi agar kita bisa melakukan peran penting tersebut harus melakukan tiga langkah di bawah ini sebagai bekal menjadi agent penyelamat bangsa Indonesia.

Langkah awal yang harus kita lakukan adalah duduk. Kata duduk biasanya diartikan seseorang yang pantatnya sedang menetap di atas sebuah kursi akan tetapi pada konteks ini kata duduk diartikan lebih luas, yaitu tetap di dalam rumah. Segala aktivitas mulai dari bekerja, sekolah, olahraga, ibadah, dan lain-lainnya kita lakukan di dalam rumah. 

Perilaku ini penting kita lakukan karena penyebaran wabah corona terjadi melalui kontak antar manusia bahkan benda juga bisa menyebarkan wabah tersebut sehingga perilaku stay at home  menjadi langkah yang cerdas dalam mengurangi kontak fisik antar manusia. 

Hal senada juga disampaikan Nabi Muhammad SAW dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab musnadnya nomer 1615 yang jika kita kaitkan dengan konteks yang kita hadapi mendukung anjuran agar kita tetap stay at home jika sedang terjadi wabah.

Dengan kemajuan yang signifikan di bidang tekhnologi turut membantu bagi kita agar tetap betah di rumah dan meminimalisir kemungkinan keluar dari rumah, jika ingin pesan bahan-bahan makanan yang berasal dari pasar tradisional bisa pesan menggunakan aplikasi beecer (perlu diingat, belanjalah sewajarnya, jangan sampai memborong semua bahan makanan karena akan berpengaruh terhadap ketersediaan bahan pangan tersebut), jika ingin pesan makanan siap saji ada aplikasi ojek online yang siap mengantarkan sampai depan rumah kita, jika bosen di rumah kita bisa menonton film gratis secara online di internet. Melihat akan kemudahan dan fasilitas tersebut, yakin masih mau ke luar rumah?

Langkah kedua adalah gerak. Kenapa gerak? karena adakalanya pada situasi yang penting kita harus keluar rumah, semisal untuk bekerja (pekerja lapangan yang tidak memungkinkan work form home) atau kegiatan yang lainnya. Maka ketika keluar rumah minimal memakai masker sesuai aturan pemerintah. 

Penggunaan masker setidaknya bisa menangkal wabah corona yang hendak masuk ke dalam saluran pernapasan melalui mulut atau hidung. Selain itu, masker yang digunakan sebaiknya dari bahan yang bisa dicuci kembali. 

Pasalnya, jika semua orang menggunakan masker sekali pakai maka ketersediaan masker di Indonesia lama-kelamaan akan menipis sehingga menyebabkan pemerintah mengimpor masker dari luar negeri untuk menutupi kekurangan masker di dalam negeri, akibatnya devisa dollar Indonesia mengurang dan bisa mengakibatkan nilai rupiah menurun. 

Jika bangsa Indonesia berkelanjutan mengimpor tanpa diimbangi dengan ekspor maka neraca perdagangan akan negatif yang dampak terburuknya adalah inflansi yang tak terkendali. 

Oleh karena itu, kita harus cerdas berperilaku mulai dari hal yang kecil termasuk menggunakan masker, jika hal itu dilaksanakan oleh semua warga Indonesia maka secara tidak langsung akan berdampak pada tetapnya stabilitas keuangan negara karena tidak ada impor yang berlebihan dan implementasi dari Kebijakan Makroprudensial akan aman terjaga.

Ketika kondisi genting memaksa keluar rumah untuk membeli sesuatu maka hindarilah menggunakan uang tunai atau kartu kredit karena penyebaran wabah corona juga bisa menyebar melalui uang atau kartu kredit. Sebaiknya bayar menggunakan uang elektronik, bisa menggunakan m-banking atau kode QR (quick respon). 

Masalahnya ketika menggunakan m-banking akan menghabiskan waktu yang lumayan lama, maka solusi terakhir menggunakan kode QR. Memang ada satu masalah mengingat kode QR masing-masing perusahaan uang elektronik memiliki bentuk kode QR yang berbeda sehingga meja kasir di supermarket akan penuh terisi papan kode QR yang berbeda-beda, belum lagi ada pelanggan yang menggunakan kode QR yang tidak tersedia di meja kasir. 

Melihat akan hal tersebut Bank Indonesia telah mengeluarkan QRIS (quick respon Indonesia standar) sebagai unifikasi kode QR menjadi satu sehingga di meja kasir hanya perlu menaruh satu kode QR untuk seluruh kode QR yang dipakai oleh perusahaan uang elektronik.

Langkah yang ketiga adalah fikir. Berfikir juga memiliki urgensi yang sama dengan kedua langkah awal. Di tengah wabah seperti ini, komunikasi antar manusia hanya menggunakan media sosial sehingga memungkinkan berita hoaks akan tersebar dengan begitu gampangnya, hal semacam ini tentu akan membahayakan bagi kita semua. 

Maka, langkah cerdas melawan hoaks adalah berfikir. Kita ambil contoh ada berita yang isinya memfitnah kepala desa telah melakukan korupsi uang yang seharusnya disalurkan untuk rakyat terdampak corona. Mendengar berita tersebut seharusnya langkah yang kita ambil adalah berfikir akan kebenaran berita tersebut. 

Caranya bagaimana? Klarifikasi dengan orang yang bersangkutan dan meminta data-data terkait, apakah ada kejanggalan atau tidak. Dalam al-Quran surah al-Hujurat ayat 6 juga mengajarkan kita untuk berperilaku cerdas menghadapi hoaks yaitu dengan tabayun (klarifikasi). 

Jika langkah terakhir dijalankan dengan semestinya maka jika terjadi hoaks yang cakupannya lebih luas, masyarakat tidak akan mudah terpancing dengan berita hoaks tersebut sehingga kericuhan di negara ini tidak akan terjadi.

Integrasi antara ketiga langkah di atas menjadi sesuatu yang penting karena sudah sepatutnya kita mengamalkan ketiga langkah tersebut sesuai proporsi yang dibutuhkan. 

Setelah kita mengamalkan ketiga langkah tersebut perilaku terakhir yang harus kita lakukan adalah berdoa kepada Tuhan yang maha esa agar pandemi segera dientaskan dari bumi nusantara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun