Langkah kedua adalah gerak. Kenapa gerak? karena adakalanya pada situasi yang penting kita harus keluar rumah, semisal untuk bekerja (pekerja lapangan yang tidak memungkinkan work form home) atau kegiatan yang lainnya. Maka ketika keluar rumah minimal memakai masker sesuai aturan pemerintah.Â
Penggunaan masker setidaknya bisa menangkal wabah corona yang hendak masuk ke dalam saluran pernapasan melalui mulut atau hidung. Selain itu, masker yang digunakan sebaiknya dari bahan yang bisa dicuci kembali.Â
Pasalnya, jika semua orang menggunakan masker sekali pakai maka ketersediaan masker di Indonesia lama-kelamaan akan menipis sehingga menyebabkan pemerintah mengimpor masker dari luar negeri untuk menutupi kekurangan masker di dalam negeri, akibatnya devisa dollar Indonesia mengurang dan bisa mengakibatkan nilai rupiah menurun.Â
Jika bangsa Indonesia berkelanjutan mengimpor tanpa diimbangi dengan ekspor maka neraca perdagangan akan negatif yang dampak terburuknya adalah inflansi yang tak terkendali.Â
Oleh karena itu, kita harus cerdas berperilaku mulai dari hal yang kecil termasuk menggunakan masker, jika hal itu dilaksanakan oleh semua warga Indonesia maka secara tidak langsung akan berdampak pada tetapnya stabilitas keuangan negara karena tidak ada impor yang berlebihan dan implementasi dari Kebijakan Makroprudensial akan aman terjaga.
Ketika kondisi genting memaksa keluar rumah untuk membeli sesuatu maka hindarilah menggunakan uang tunai atau kartu kredit karena penyebaran wabah corona juga bisa menyebar melalui uang atau kartu kredit. Sebaiknya bayar menggunakan uang elektronik, bisa menggunakan m-banking atau kode QR (quick respon).Â
Masalahnya ketika menggunakan m-banking akan menghabiskan waktu yang lumayan lama, maka solusi terakhir menggunakan kode QR. Memang ada satu masalah mengingat kode QR masing-masing perusahaan uang elektronik memiliki bentuk kode QR yang berbeda sehingga meja kasir di supermarket akan penuh terisi papan kode QR yang berbeda-beda, belum lagi ada pelanggan yang menggunakan kode QR yang tidak tersedia di meja kasir.Â
Melihat akan hal tersebut Bank Indonesia telah mengeluarkan QRIS (quick respon Indonesia standar) sebagai unifikasi kode QR menjadi satu sehingga di meja kasir hanya perlu menaruh satu kode QR untuk seluruh kode QR yang dipakai oleh perusahaan uang elektronik.
Langkah yang ketiga adalah fikir. Berfikir juga memiliki urgensi yang sama dengan kedua langkah awal. Di tengah wabah seperti ini, komunikasi antar manusia hanya menggunakan media sosial sehingga memungkinkan berita hoaks akan tersebar dengan begitu gampangnya, hal semacam ini tentu akan membahayakan bagi kita semua.Â
Maka, langkah cerdas melawan hoaks adalah berfikir. Kita ambil contoh ada berita yang isinya memfitnah kepala desa telah melakukan korupsi uang yang seharusnya disalurkan untuk rakyat terdampak corona. Mendengar berita tersebut seharusnya langkah yang kita ambil adalah berfikir akan kebenaran berita tersebut.Â
Caranya bagaimana? Klarifikasi dengan orang yang bersangkutan dan meminta data-data terkait, apakah ada kejanggalan atau tidak. Dalam al-Quran surah al-Hujurat ayat 6 juga mengajarkan kita untuk berperilaku cerdas menghadapi hoaks yaitu dengan tabayun (klarifikasi).Â