Mohon tunggu...
Khoerul umam
Khoerul umam Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Syari'ah IAIN Purwokerto

Seorang mahasiswa semester 4 fakultas syariah IAIN Purwokerto dan pegiat literasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Background Pemikiran

23 Juni 2020   11:05 Diperbarui: 23 Juni 2020   11:51 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengingat bahwa keaslian al-Quran pernah diragukan seiring dengan berjalannya sejarah, dan keraguan terhadap keaslian al-Quran juga akan merembet pada keraguan terhadap penafsiran-penafsiran yang dilakukan terhadap al-Quran. Setelah mengetahui keauntetikan al-Quran langkah selanjutnya dengan cara menafsirkannya, ilmu yang digunakan untuk menafsirkan al-Quran biasa kita ketahui denga sebutan ilmu tafsir. Sebenarnya perlu ada yang harus kita kritisi bersama tentang ilmu tafsir itu sendiri. Pada studi Islam klasik ilmu tafsir bersifat single tradition karena ilmu tafsir dalam tindakannya tidak menghubungkan secara langsung dengan ilmu-ilmu sosial sehingga memungkinkan hasil dari sebuah penafsiran jika diterapkan dengan realitas malah menimbulkan madharat bagi manusia itu.

Dan kita tahu kitab-kitab 'Ulum al-Quran yang selama ini menjadi standar dalam ilmu tafsir secara umum berbicara dalam konteks problem teks dan belum masuk pada tatanan problem konteks sosial tempat penafsir berada, melihat realita di atas sudah seharusnya kita memikirkan cara-cara terbaik untuk kemashlahatan ummat" kata-kata terakhir dari Kyai Hanafi sebelum menutup diskusi pada malam itu.
~~~~
Waktu sudah menunjukan pukul 16.00 dan memang benar sebuah mobil avanza keluaran terbaru bergerak mendekati halaman rumahku yang becek akibat hujani seharian penuh. " assalamua'alaikum" kata Kyai Hanafi memberi salam.

Segera saya membukakan pintu sembari menjawab salam beliau.

"wa'alaikum salam" Segera kami bersalaman dan berpelukan seperti dua orang insan yang memendam rindu. Memang harus saya akui kami sudah berpisah hampir 10 tahun dan alhamdulillah bisa dipertemukan kembali dengan kondisi yang sudah berbeda. Saya jadi ingat kata beliau, bahwa pemikiran seseorang dipengaruhi salah-satunya karena kondisi, mungkin kondisi hati seseorang juga bisa dipengaruhi karena kondisi itu sendiri. Pertemuanku dengan Kyai Hanafi menjadi momen bersejarah bagi saya. 

Mungkin jika Allah SWT hanya memberikan satu kuota doa untuk saya, akan ku-pintakan supaya nanti di alam yang sudah kekal tiada akhir saya bisa hidup berdampingan dengan Kyai Hanafi, karena saya pernah mendengar sebuah hadis "seseorang di akhirat nanti akan dikumpulkan dengan orang-orang yang dicintainya" entah nanti akan dikabulkan atau tidak, doa itu akan terus didendangkan sampai senja menjemput di peraduan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun