Mohon tunggu...
Ulyl Damayanti
Ulyl Damayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya mahasiswa Universitas Sebelas Maret yang memiliki hobi membaca dan menoton film

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dari Karlina untuk Indonesia

2 Maret 2024   18:08 Diperbarui: 2 Maret 2024   18:08 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Karlina hanya mengiyakan saja, toh bukan urusannya juga. Tapi dipikir-pikir lagi memang anak bangsa makin kesini moralnya makin melemah. Dari masalah kecil sampai masalah besar. Dari anak kecil hingga orang dewasa. Banyak anak kecil yang melakukan pembullyan, bahkan di tingkat sekolah dasar. Tak banyak juga orang dewasa yang menormalisasi tindakan tersebut, katanya masih kecil lah jadi belum tahu apa-apa. Tindakan kecil tersebut akan berakibat besar bila tidak ditangani. Ahh lagi-lagi ia merenungkan nasib negara ini. Seharusnya ia kemarin mengambil FISIP saja bukannya FEB.

“Dek, Ayah Cuma mau adek hidup bahagia. Semoga pemimpin kita selanjutnya akan lebih baik ya. Biar adek enggak kesusahan,” tiba-tiba ayah berbicara.

Ayah mengatakan bahwa ia ingin Karlina hidup di bawah pemimpin yang adil dan bijaksana. Pemerintahan yang demokrasi dengan suara rakyat sendiri. Semua Lembaga berkerja dengan professional sehingga tidak ada tindak kriminal seperti korupsi. Anak bangsa makin kreatif dan mau berkembang, sehingga negara bisa maju.

Lagi-lagi Karlina hanya mengiyakan, susah memang impian sang Ayah tapi itu tidak mustahil bukan? Jujur Karlina juga menginginkan hal yang sama terhadap negara ini. Negara yang sudah ia abdi selama 19 tahun, negara yang ia cintai dengan sepenuh hati, negara yang selalu ia peringati hari kemerdekaannya. Dengan segenap jiwa ia sebagai anak bangsa ingin merubah negara ini ke arah yang lebih baik.

Karlina mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu ia melebarkan matanya. “Astaga,” serunya. Ia berjalan melewati sang ayah dan masuk ke dalam kamarnya. Ia menyalakan ponselnya setelah itu membuka aplikasi WhatsApp. Dia mengirim sebuah chat ke kontak Erlangga—ketua BEM di kampusnya.

Minggu lalu anggota BEM di kampusnya mengadakan rapat, mereka ingin merayakan hari kemerdekaan dengan mengadakan sebuah festival di kampus mereka. Tapi mereka tidak tahu harus mengusung tema apa. Rencananya mereka akan mengadakan rapat lagi yang akan diadakan lusa nanti. Tapi sekarang Karlina si mahasiswa semester dua ini sudah mempunyai ide untuk tema yang akan diangkat pada festival besok. Ia memikirkan tema ‘Jadikan Generasi Bangsa yang Berkarakter, Kreatif, dan Inovatif  untuk Memajukan Indonesia’ dengan visi menjadi tempat anak bangsa agar dapat mengembangkan minat dan bakat dalam arahan positif. Sedangkan misinya adalah menciptakan event-event yang dapat mengembangkan bakat anak bangsa, menumbuhkan semangat nasionalisme, juga menjadi wadah aspirasi para anak bangsa untuk mencapai keinginan mereka.

Karlina memandangi ponselnya dengan gugup. Terlihat tanda centang biru di sana, bertanda orang yang dikirimi pesan sudah membaca pesannya. Apakah sarannya akan ditolak mentah-mentah oleh sang ketua atau sebaliknya? Hanya tuhan dan Erlangga sendiri yang tahu. Saat sedang ingin keluar kamar, suara notifikasi dari ponselnya berbunyi, ada sebuah pesan masuk.

ERLANGGA
Boleh juga, lusa kita diskusikan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun