Abian Adlan. Teman pertama sekaligus cinta pertamaku, yang mungkin tidak pernah diketahui oleh Bian. Kisah ini dimulai dengan tahun pertama ku di SMA. Di saat aku yang malas untuk berteman dengan siapapun, tapi Abian dengan lancarnya mengajakku untuk berteman.
Setiap saat tak henti-hentinya Abian selalu datang hanya untuk menjahiliku. Hingga suatu hari, aku benar-benar marah karena bercandanya yang sudah kelewatan. Yang juga mood ku kurang baik karena hasil nilai ulangan harian matematika ku mendapat nilai C+.
"Bian!!!! Kamu bisa urusin dirimu sendiri kan? Kamu kelewatan ian" segera aku pergi meninggalkan Bian yang melongo tak mengerti.
Aku menuju taman belakang sekolah untuk menenangkan diri. Seseorang tiba-tiba mengulurkan tangan dan memberikan ku minuman bersodara. Â "Maaf" ucapnya kemudian. Bian. "Aku kelewatan ya, marahin aku sepuasnya deh,"Â
Aku menghela napas, "maaf juga, akunya juga lagi sensitif."
"Kalo mau cerita nggak papa. Mau dengerin kok aku." Ucap Bian sambil memberikanku minuman yang sudah ia buka.Â
" ulangan matematika ku menurun, C+." Ucapku setelah meminum soda.Â
Bian hanya tersenyum. "Udah jangan sedih, nanti aku ajarin." Ucapnya sambil mengacak-acak rambutku.
Satu tahun berlalu, yang artinya satu tahun pertemananku dengan Bian. Aku mulai terbiasa dengan kehadiran Bian. Dan juga kejahilannya yang masih berlanjut. Waktu itu aku belum jatuh cinta pada Bian. Â Selama itu aku hanya memintanya untuk menjadi tutor matematika ku. Dan berhasil. Aku peringkat dua, dia satu.Â
"Sell, ayo ke kantin, laper. Mau nge-bakso." Aku mengangguk dan mengikutinya ke kantin dan makan bakso bersama.
"Ian, kamu ambil ekskul apa?" Ucapku setelah menghabiskan bakso.