Mohon tunggu...
Ulyan Nasri
Ulyan Nasri Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Tetap Institut Agama Islam Hamzanwadi NW Lombok Timur, Ketua LPPM, Penulis Buku, Editor Buku, Author Artikel Jurnal Nasional dan Internasional

Yan, atau akrab disapa Ulyan, adalah seorang yang menjadikan membaca sebagai hobi utama. Dari kecintaan mendalami literatur, ia menumbuhkan kegemaran untuk menulis. Hasil dari perenungannya dituangkan dalam berbagai karya tulis, mulai dari buku, artikel, opini, hingga menjadi editor bagi buku-buku lainnya. Ketika menulis, Yan memiliki prinsip yang kuat: tidak boleh ada jeda. Bagi Yan, inspirasi, ide, dan gagasan harus terus mengalir tanpa gangguan, karena berhenti sejenak bisa memutus aliran pemikiran. Filsafat adalah topik yang paling ia nikmati. Mendalami pemikiran-pemikiran besar dari para filosof dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari adalah salah satu bentuk eksplorasi intelektual yang terus ia kembangkan melalui tulisannya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Santri Gen Z

23 Oktober 2024   07:30 Diperbarui: 23 Oktober 2024   07:42 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gen Z Nyantri di Instagram, TikTok, Reels Facebook, dan YouTube Shorts: Tradisi Pesantren dalam Era Digital

Generasi Z, generasi yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, adalah kelompok yang dikenal sebagai 'digital natives'. Mereka tumbuh dengan akses mudah ke teknologi dan internet, menguasai media sosial dengan cara yang unik dan kreatif. Di tengah hiruk-pikuk perkembangan teknologi dan gaya hidup digital ini, bagaimana santri dari generasi Z menyeimbangkan tradisi pesantren dengan dunia media sosial? Apakah tradisi "nyantri" masih relevan di Instagram, TikTok, Reels Facebook, dan YouTube Shorts?

Nyantri: Dari Pesantren ke Platform Digital

Konsep "nyantri" yang secara tradisional merujuk pada proses belajar di pesantren---tempat para santri menimba ilmu agama, akhlak, dan nilai-nilai kehidupan---telah mengalami transformasi. Di era digital ini, nyantri tidak lagi terbatas pada ruang fisik pesantren. Banyak santri dari generasi Z yang menjadikan platform digital sebagai ruang baru untuk belajar dan berbagi. Dengan menggunakan media sosial seperti Instagram, TikTok, Facebook Reels, dan YouTube Shorts, mereka menciptakan konten-konten edukatif yang menghubungkan nilai-nilai pesantren dengan audiens yang lebih luas.

Instagram, misalnya, memungkinkan santri berbagi kutipan ayat-ayat Al-Quran, hadits, serta pelajaran-pelajaran dari kitab kuning melalui infografis atau video singkat. TikTok, yang populer di kalangan generasi muda, digunakan untuk membuat konten kreatif seperti tantangan hafalan Al-Quran, tutorial ibadah, atau bahkan diskusi ringan tentang etika Islam dalam kehidupan modern. Dengan gaya yang santai namun tetap berisi, konten-konten ini mampu menarik perhatian audiens yang lebih luas, termasuk mereka yang mungkin belum akrab dengan tradisi pesantren.

Mendigitalisasi Pesantren

Generasi Z, yang sebagian besar santrinya menghabiskan waktu di dunia digital, telah beradaptasi dengan baik dalam menyebarkan pesan-pesan keislaman melalui media sosial. Mereka tidak hanya menjadi konsumen konten, tetapi juga produsen aktif yang menggunakan platform digital untuk menyebarkan nilai-nilai agama. YouTube Shorts dan TikTok, misalnya, menjadi alat bagi santri untuk mengajarkan pelajaran singkat tentang adab, doa harian, atau kisah-kisah inspiratif dari Nabi dan para sahabat.

Facebook Reels dan YouTube Shorts memungkinkan video-video pendek dengan durasi maksimal 60 detik, format yang sangat sesuai dengan gaya hidup cepat generasi ini. Melalui video pendek, santri dapat menyampaikan pesan moral atau ajaran agama dalam bentuk yang ringkas, padat, namun tetap relevan. Hal ini juga memperluas akses masyarakat terhadap ilmu pesantren yang mungkin sebelumnya sulit diakses oleh mereka yang tidak pernah bersentuhan langsung dengan lingkungan pesantren.

Tantangan dan Peluang

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa menggunakan media sosial sebagai sarana nyantri juga membawa tantangan tersendiri. Salah satunya adalah bagaimana menjaga kualitas konten agar tetap sesuai dengan ajaran agama, tanpa menghilangkan esensi dari nilai-nilai keislaman. Terkadang, dalam usaha untuk membuat konten yang *viral*, ada risiko terjadinya penyederhanaan yang berlebihan atau bahkan penyimpangan dari ajaran aslinya.

Oleh karena itu, penting bagi santri dari Generasi Z untuk tetap berpegang pada prinsip-prinsip keilmuan yang ketat ketika menggunakan media sosial. Mereka harus tetap kritis terhadap konten yang mereka buat dan konsumsi, serta memahami bahwa meskipun media sosial dapat menjadi alat yang kuat untuk dakwah, kualitas dan integritas pesan tetap harus dijaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun