Mohon tunggu...
Ulvia Nur Fianti
Ulvia Nur Fianti Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer and Student

1.Aktivis Intellectual Movement Community (IMC) 2.Ex Ketua YBM BRI Kanwil Malang - KC Jember 3.Ketua Departemen RnI KSEI 4.Kader PMII Rayon FEBI 5.Tutor Obama Learning Center 6.Freelancer and Student of Islamic Banking Dept.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Noda Sejarah Keemasan Islam: Kharun Ar Rasyid Vs 1001 Malam

12 Oktober 2017   00:12 Diperbarui: 12 Oktober 2017   00:29 1925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sekarang usia anda mendekati kepala dua? atau sudah lebih dari kepala dua? Apapun jawabannya jika kalian hidup pada masa-masa itu, Pasti tidak asing lagi dengan cerita yang sangat mahsyur di zamannya yakni seputar pujangga yang sangat cerdik yang pandai mengelabui Rajanya. siapa lagi kalo bukan Abu Nuwas (Abu Nawas) dan 1001 malammnya yang mahsyur di seluruh negeri dan belahan bumi Islam. Karya kesusastraan tersebut dikonsumsi oleh banyak usia tak kenal ruang dan masa. 

Dimana dalam cerita tersebut diceritakan kedekatan seorang pujangga yang cerdik dengan Rajanya yakni Kharun Ar-Rasyid, salah satu khalifah ke-5 dari Daulah Bani Abbasiyah yang digambarkan dengan sebegitu buruknya, suka meminum-minuman keras, bermain dengan wanita, mendengarkan musik, menari bersama wanita setengah telanjang, berdansa, serta perbuatan lain semisalnya, sehingga khalifah pun dituduh tanpa dalih bahwa telah melakukan itu semua karena dalam cerita tersebut digambarkan kedekatannya dengan Abu Nawas yang juga melakukan hal sedemikian rupa.

Sehingga setiap kali kita mendengar Raja Kharun Ar-Rasyid dan kisah 1001 malamnya pasti yang terpetik dan tergambar di benak kita adalah sosok raja tanpa wibawa yang suka berbuat dosa dengan senandung musik , tarian perut ala timur tengah , dan selir-selirnya yang yang akrab dengan minum-minuman khamr (minuman keras). Jarang sekali umat Islam yang mengetahui siapa sebenarnya Khalifah Kharun Al Rasyid  kecuali dari cerita yang beredar dalam Cerita 1001 malam Abu Nawas.

Cerita 1001 malam adalah sebuah dongeng yang bersifat cerita fiksi. Yang digembor-gemborkan oleh publik sehingga digeneralisir menjadi fakta sejarah. Karena buku tersebut mencampuradukkan antara fiksi dan sejarah.  Sehingga para pembaca yang kurang melek terhadap sejarah, terkait peradaban Islam utamanya, pasti menyimpulkan sesuai konten yang mereka baca pada buku tersebut.

Usut punya usut, sebenarnya cerita ini bersumber dari sebuah buku dongeng "AlfuLailatin wa Lailah" yang bermakna cerita seribu satu malam. Dari lembar pertama hingga terakhir konten buku tersebut hanya berisi dongeng yang bersifat fiksi. Yang namanya "dongeng" berarti ia tidak punya asal-usul sanad yang terpercaya dan kuat terkait sisi keakuratan ceritanya. Buku ini awalnya hanya berisi dongeng yang berasal dari daratan India dan Persia, yang kemudian di terjemahkan dalam bahasa Arab pada abad ke-3 Hijriah, sampai pada masa Daulah Mamalik dan di interpretasikan kembali dalam bahasa-bahasa seluruh Dunia. termasuk, Indonesia.

 Isinya pun hanyalah khayalan belaka yang bersifat jenaka atau menghibur; misalnya, cerita tentang Aladin, Jin , dan Lampu Ajaibanya ; Ali Baba dengan perampok, begitu pula kisah raja yang digambarkan bejat dalam cerita ini, Siapa lagi kalau bukan Kharun Ar-Rasyid.

Sehingga jumhur ulama sepakat bahwa buku 1001 malam hanya buku kesusastraan belaka, buku fiksi, bukan buku sejarah. Jadi, umat islam ataupun civitas akademikayang ingin mempelajari kondisi sejarah kerajaan Islam sama sekali tidak layak membaca buku ini, Para ulama sepakat untuk men-tahdziratau memperingatkan atas buku ini dan melarang umat untuk membaca dan menjadikannya sebagai landasan sejarah keislaman.

Mengapa ? Karena buku tersebut menodai sejarah keemasan umat Islam dimasanya, melukai, dan membalikkan fakta yang ada. Bahkan, jika penulis simpulkan dari beberapa fatwa-fatwa alim Ulama' yang ada, Penokohan Kharun Ar-Rasyid dalam kisah 1001 malam merupakan penistaan terhadap sejarah umat muslim.

Bagaimana bisa Khalifah yang terhebat di masanya, Khalifah yang Sholih, Khalifah yang Cerdas, Khalifah yang Bijaksana dan Adil, Khalifah yang sangat Dermawan, Khalifah yang Zuhud (tidak mementingkan urusan duniawikarena mementingkan kepentingan ukhrawi) , Khalifah yang paling berani di masanya,  Sangat mencintai keilmuan dan alim ulama' seperti Imam Maliki, Imam Syafi'i, Abu Yusuf yang kita kenal sampai saat ini. yang mendapat gelar "Ar-Rasyid" yakni Khalifah yang mendapatkan petunjuk , Khalifah yang mengarahkan dan mensuportorang yang memproduk keilmuan. Bahkan khalifah yang menerapkan

 "Berat Buku Sama Dengan Emas" Artinya, setiap tebal atau berat kitab ( buku )  dihargai emas sebesar buku yang mereka ciptakan. Sehingga orang-orang para ilmuwan berbondong-bondong menulis, mengkaji ilmu, memproduk keilmuan, yang berguna sampai saat ini, yang namanya jarang terexpose, yang menggegam pintu gerbang keemasan dan kejayaan Islam di Dunia sehingga Islam saat itu menjadi pusat peradaban keilmuan Dunia dengan didirikannya Bait Al Hikmah Perpustakaan terbesar di dunia yang berada di Baghdad, sehingga orang barat berbondong-bondong menuntut ilmu kepada orang Islam. Khalifah seperti itu digambarkan sebegitu rendahnya dalam cerita 1001 malam. Apakah mungkin khamr berceceran, kemaksiatan merajalela di Era Keemasan Islam?

Kita kaji dulu secara kritis bagaimana sosok Khalifah Kharun Ar-Rasyid yang sebenarnya, Siapa sih Kharun Ar-Rasyid?

Khalifah Abu Ja'far Kharun Ar-Rasyid di lahirkan di Raiyi pada tahun 145 H, Ibundanya adalah Khaizuran dan Ayahandanya adalah Abu Abdullah Muhammad Al-Mahdi Yakni Keturunan Kekhalifahan Abassiyah ke-3.[1]

Karena berada dalam lingkup keluarga besar bani Abassiyah, maka keluarga Kharun Ar-Rasyid masih memiliki kekerabatan yang erat dengan Nabi Muhammad S.A.W,  Karena Abbas bin Abdul Mutthalib bin Hasyim pemimpin kekhalifahan Daulah Bani Abassiyah yang pertama adalah Paman kandung Rasulullah yang berjuang membela Rasulullah S.A.W sampai akhir hayat Rasulullah S.A.W, Yang sangat dicintai Rasul, bahkan dalam suatu Hadist riwayat shohih mengatakan " Jika ada seseorang yang melukai Pamanku Abbas bin Abdul Muttthalib, maka sama saja seseorang itu telah melukaiku ''. Begitu cinta dan sayangnya Rasulullah dengan Pamannya, pemimpin kekhalifahan Bani Abassiyah yang pertama, yang masih ada hubungan persaudaraan dengan Khalifah Kharun Ar-Rasyid.

Khalifah Kharun Ar-Rasyid terkenal cerdas sejak kecil, selain dari sisi genetis atau keturunan orang-orang cerdas Khalifah Kharun banyak belajar dari Yahya Ibn Khalid dari keluarga Barmak yang dianggap mulia dan paling berilmu kala itu.[2] sehingga khalifah kecil bertambah cerdas, fasih berbicara, dan memiliki keilmuan yang baik.

Karena kecerdasaannya, Pada usianya yang belia Ia sudah terlibat untuk urusan kepemerintahan Ayahnya. Kharun Ar-Rasyid di nobatkan sebagai Khalifah pada usia muda yakni 25 tahun dan berkuasa selama 23 tahun. Di Era Kekuasaanya Islam mengalami masa Keemasan. Oleh karena itu, Pada masa  keemasannya, Ia bukan hanya menjadi sanjungan negeri timur akan tetapi negeri barat pun berbondong-bondong menimba Ilmu ke Daulah Abassiyah masa Kharun Ar-Rasyid.

Selain mendapat pendidikan di bidang keilmuan Khalifah Kharun mendapatkan pendidikan di bidang kemiliteran, karena sifatnya pula yang pemberani, Ia dipercaya untuk memimpin ekspedisi militer ke Bizantium pada dua periode pada tahun 779 dan 781[3].

Dari sisi pribadi Kharun Ar-Rasyid Ia sangat menyukai silaturahmi antar umat bahkan beliau sering menyamar menjadi rakyat jelata untuk melihat kondisi rakyatnya, Khalifah Kharun sering menyamar di malam hari saat rakyatnya terlelap tidur dan memberikan sedekah diam-diam tanpa sepengetahuan rakyatnya tersebut. Ia tidak pernah menyia-nyiakan kebaikan orang lain dan sangat amanah dalam memenuhi janjinya, Ia seorang cendekiawan muslim yang berwawasan luas. memiliki cita rasa tinggi terhadap sya'ir dan bahasa, menggemari dan mendukung tokoh sastra dan fikih, dan beliau sangat merendahkan diri dihadapan para alim Ulama, seperti Imam Syafi'i, Imam Maliki, dan Ulama-Ulama yang lain. 

Ia sangat mencintai nasihat-nasihat yang mengingatkannya dengan Yaumil Akhir (Hari Kiamat) , setiap waktu ia berhaji, bahkan seumur hidupnya hampir seluruh waktunya saat semasa hidupnya Ia manfaatkan untuk beribadah haji dan menghajikan para ulama' maupun rakyatnya yang ingin pergi Haji. Ribuan orang ia berangkatkan haji setiap tahunnya.

Ia sangat mencintai dan menyayangi Istrinya, hingga siapa saja yang menyakiti satu-satunya Istri yang Ia sayangi, maka orang tersebut akan mendapatkan teguran atas perbuatannya dengan mempertimbangkan kesalahannya apa benar-benar melanggar syari'at Islam ataupun tidak. Kharun Ar-Rasyid adalah khalifah yang sangat dermawan, ia hampir menyedekahkan hartanya ribuan dirham setiap hari. tapi dengan Kekuasaan Allah hartanya tidak pernah habis melainkan semakin bertambah karna untuk kemaslahatan Umat.

Hidupnya dihabiskan untuk mecari Ridho Allah, terutama Jihad di bidang keilmuan dan keamanan serta kenyamanan rakyatnya. Ia sangat mensejahterakan rakyatnya dengan menumpas pemberontakan-pemberontakan saat itu.

Jihadnya di bidang keilmuan, dimulai semenjak ia memberikan hartanya kepada seseorang yang memproduk suatu ilmu. Sehingga pada masa ini dikenal oleh bangsa timur maupun barat sebagi Masa kelahiran banyak Ilmuwan, diantaranya adalah Ibnu Sina yang dikenal bangsa barat dengan julukan Avicenna yang sampai saat ini mendapat gelar Bapak Kedokteran Dunia yang menciptakan Buku "Qanun Fi Thibb" yang dikenal bangsa barat dengan " The Canon Of Medicine ".

 Dan hingga sekarang para ahli ilmu kedokteran mengatakan Buku karya Ibnu Sina menjadi rujukan tervalid dan terlengkap ilmu kedokteran dari segala macam lini atau cabang. Selain Ibnu Sina Juga terlahir Ilmuwan-Ilmuwan yang legendaris seperti Al-kindi dan Al-Farabi (Filsuf), Imam Maliki dan Imam Syafi'i (Ahli Fiqh), Imam Bukhori , Imam Abu Daud, Imam Muslim, Ibnu Majjah , Imam Ahmad sebagai Ahli-ahli Ilmu Hadist, Abu Nuwas (Penyair), Ibnu Rusyd (Ahli Astronomi, Matematika, Filsafat, dan Ilmu Kedokteran), Al-Khawarizmi yang dikenal bangsa barat dengan Aljabar karena Ia menciptakan Ilmu Aljabar dalam Teorema Phytagoras (Matematika), Al-Gazali (Ahli Tassawuf), Ibnu Khaldun (Ahli Politik,Ekonomi, dan Sosial), Ibnu Maskawaih (Pemikir Filosofis Dan Penulis Ilmu Aqidah Ahlaq), Ibnu Jarir Al-Thabary (Ahli Sejarah, Ilmu Al-Qur'an Tafsir dan Hadits), dan masih banyak lainnya yang tidak mungkin akan pernah selesai jika disebutkan karena banyaknya Ilmuwan kala itu.

 Semua karna dukungan penuh dari Khalifah Kharun Ar-Rasyid untuk mendorong para ilmuwan meningkatkan ghiroh dalam memproduk suatu keilmuan Serta Ilmuan-Ilmuan lain yang menjadi cikal-bakal ladang keilmuan di Dunia yang akhirnya interpretasikan oleh bangsa barat yang mengkhianati Umat Islam Pada Perang Salib.

 Sehingga terjadi Great gapatas keilmuan yang awalnya berasal dari umat muslim dan Diputarbalikkan 180 derajat oleh sejarah bahwa zaman keemasan islam adalah zaman kegelapan barat. Dan selain itu, adanya transformasi keilmuan dari Islam ke barat juga tidak terlepas dari kekalahan Islam dalam Perang Salib.

Khalifah Kharun Ar-Rasyid juga memberikan penghargaan bagi pelajar yang hafal setiap 1 juz beserta tafsirnya, Jika dilihat dengan konteks sekarang hal ini sama dengan Beasiswa.

Kharun Ar-Rasyid juga mendirikan Baitul Hikmah (Perpustaakaan terbesar di Dunia) yang terletak di Baghdad bersama anaknya Makmun Ar-Rasyid,yang menjadi pusat pembelajaran, pengembangan keilmuan, dan penerjemah kebahasaan Dunia pada Tahun 830M. Sehingga peradaban Islam kala itu menjadi sangat maju, Mengapa? Karena kemajuan sebuah peradaban berbanding lurus dengan penguasaan Ilmu Pengetahuan.

Sehingga pada masa Daulah Dinasti Abassiyah, Yakni dibawah kepemimpinan Kharun Ar-Rasyid, Islam menjadi Kiblat Peradaban Dunia. Baghadad telah menjelma menjadi Kota Paling Metropolitan di Dunia, Sains dan Teknologi berkembang sangat pesat seiring pembangunan gedung-gedung yang megah untuk maslahah keilmuan. Seluruh hidupnya diabdikan untuk berjihad di jalan Allah.  Dan Kharun Ar-Rasyid Mati Syahid dalam keadaan berjihad melawan pemberontakan di Khurasan.[4]

Begitulah sekilas kisah hidup dengan Kharun Ar-Rasyid dan Kepalsuan Cerita 1001 malam yang mengada-ada. Menodai sejarah Khalifah yang dibangga-banggakan Umat Islam Pasca Wafatnya Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin, Semoga kita bisa belar dari hal yang dapat kita pelajari hari ini, dulu, dan kelak nanti. Agar hoax sejarah bisa dibasmi dari muka bumi.

 

*Ulvia.N.F

[1] Philip K.Hitti, History of the Arabs,(.trj)R. ecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi dari judul asli History ofthe Arabs;From The Earliest Time To The Present, (Jakarta PT.Serambi Ilmu Semesta,2010).

[2] Didin Saefuddin, Zaman Keemasan Islam, (Jakarta: Gransindo,2002).

[3] Kasmiati, Kharun Ar-Rasyid,(Jurnal Hunafa, Vo.3 No.1 Maret 2006. 91-100).

[4] Philip K.Hitti, History of the Arabs,(.trj)R.Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi dari judul asli History ofthe Arabs;From The Earliest Time To The Present, (Jakarta PT.Serambi Ilmu Semesta,2010).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun