Mohon tunggu...
ULVI PUTRI MUSTAFIDAH
ULVI PUTRI MUSTAFIDAH Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Pelajar

ig : ulviputri_

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Metode Granada

24 Oktober 2021   16:03 Diperbarui: 24 Oktober 2021   16:07 1038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Metode Granada

Pengertian Terjemah Al -- Qur'an

Al Qur'an secara etimologi berasal dari bahasa Arab "qara'ayaqrau- Qur'anan" yang merupakan bentuk kata benda abstrak masdar yang memiliki arti bacaan. Menurut gramatika bahasa Arab bahwa kata "Al Qur'an" adalah bentuk mashdar dari kata qara'a yang maknanya muradif (sinonim) dengan kata qira'ah, artinya bacaan tampaknya tidak menyalahlaturan, sebab mengingat pemakaian yang dipergunakan Al Qur'an dalam berbagai tempat dan ayat.

 Al-Qur'an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. sebagai salah satu rahmat yang tiada taranya bagi umat manusia dan alam semesta. Di dalamnya terkumpul wahyu Ilahi yang menjadi petunjuk, pedoman, dan pelajaran bagi siapa saja yang mempercayainya serta mengamalkannya. Bukan itu saja, Al-Qur'an juga merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan Allah SWT. yang isinya mencakup segala pokok ajaran yang terdapat dalamlkitab-kitab suci sebelumnya. Al-Qur'an adalah menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad SAW., bukti kebenaran tersebut dikemukakanldalam tantangan yang sifatnya bertahap dan seluruh mahluk-Nya tidak akan mampu dengan tantangan tersebut.

Terjemah adalah masdar fi'il ruba'i, artinya adalah penjelasan. Terjemah ialah pengalih bahasaan dari suatu bahasa ke bahasa lain, seperti dari bahasa Arab ke bahasa Parsia. Terjemah ialah menjelaskan apa yang diinginkan oleh kalimat dalam bahasa asalnya, bahkan detail-detail teks aslinya, untuk dialih bahasakan kedalam teks penerjemah. Sebagai contoh, kadangkala makna untuk menampakkan penyesalan atau menampakkan kesedihan dan lain sebagainya. Seandainya teks seperti ini diterjemahkan, maka terjemahan itu harus menunjukan arti-arti tersebut. Terjemahan itu harus sedemikian akurat hingga bisa mengalih bahasakan makna penyesalan dan kesedihan, tidak hanya memindahkan makna hakiki majazi suatu lafazh.

Sedangkan menurut Manna Khalil al-Qattan kata "terjemah" dapat dipergunakan pada dua arti :

  • Terjemah harfiyah, yaitu mengalihkan lafaz-lafaz dari satu bahasa ke dalam lafaz-lafaz yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa sehingga susunan dan tertib bahasa kedua sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama. Terjemah secara harfiyah ini dapat disebut juga dengan menyalin kata, misalnya kata bahasa Arab ke bahasa Indonesia dan tanpa merubah apapun dari makna kata tersebut jika dalam bahasa Arab bermakna A maka ketika di terjemahkan dalam bahasa Indonesia juga harus bermakna A, jika berubah maka itu bukan disebut dengan terjemah harfiyah (kata/lafadz).
  • Terjemah tafsiriyah atau terjemah maknawiyah, yaitu menjelaskan makna pembicaraan dengan bahasa alin tanpa terikat dengan tertib kata-kata bahasa asal atau memperhatikan susunan kalimatnya.

Terjemah merupakan suatu cara atau metode alih bahasa dari bahasa asal suatu kata tersebut ke bahasa yang ingin diterjemahkan dengan demikian akan dapat mempermudah pemahaman dalam orang lain terhadap apa yang kita bicarakan atau maksudkan, selain itu terjemah juga memiliki klasifikasinya yakni terjemah kata, makna sehingga nanti memunculkan lagi berbagai macam metode atau cara bagaimana menerjemahkan dengan baik dan tetap sesuai struktur kalimat yang ada sehingga tidak mengurangi jumlah kalimata atau maksud kalimat tersebut dari bahasa asal sehingga yang diharapkan dari terjemah yakni memudahkan pemahaman ini dapat tercapai, selain itu nanti memunculkan juga tafsir atau pemahaman yang lebih mendalam mengenai maksud dari apa yang telah di terjemahkan tersebut.

Sejarah Metode Granada

Latar belakang penemuan metode granada ini karena banyaknya keluhan dari peserta didik beliau saat mengajar terutama tentang ilmu bahasa Arab, berdasarkan hal tersebut beliau menginginkan membuatlsuatu metode pembelajaran yang memberi kemudahan bagi peserta didik belajar bahasa Arab lebih cepat dari pada yang lain, padahal menurut beliau bahasa Arab sebagai bahasa al Qur'an itu mudah karena beberapa aspek berikut :

  • Kalimat di dalam bahasa Arab hanya meliputi isim, fi'il dan huruf
  • Isim atau kata benda dapat dipastikan dengan beragam karakter dan ciri khas, tiga karakter dari isim ialah selalu diawali dengan (al- ,(selalu ada tanwin, dan selalu diawali dengan
  • Fiil atau kata kerja di dalam bahasa Arab hanya ada tiga yaitu fi'il ma'di, fiil mudhari', fi'il amr
  • Pada ilmu bahasa Arab juga terdapat huruf yang memiliki makna dan dipastikan bukan termasuk isim dan fi'il.
  • Aspek diatas merupakan dasar dari kalimat-kalimat susunan dalam bahasa arab yang kemudian dikembangkan dengan memposisikannya sebagai apa dalam suatu kalimat tersebut sehingga dasar inilah yang kemudian diharuskan untuk difahami oleh seorang yang akan menerjemahkan AlQuran dan untuk memudahkan mengklasifikasikan kalimat ketika akan menerjemahkan kata per-kata.
  • Metode ini disebut dengan istilah granada atau metode granada, istilah ini diambil dari nama sebuah kota di Spanyol yaitu kota Granada, berdasarkan data historis, kota Granada merupakan kota bersejarah bagi perkembangan ilmu pengetahuan di masa berjayanya agama Islam serta di kota ini pula banyaknya aktivitas ilmiah bagi penemu metode granada untuk mengembangkan dan membangkitkan kejayaan Islam dengan banyaknya kegiatan pembelajaran terjemah Al Qur'an yang mudah dan praktis bagi masyarakat muslim di Nusantara maupun dunia.

Metode ini sebelum diberi nama dengan metode granada sudah di uji coba terlebih dahulu selama beberapa bulan baik itu di lembaga pendidikan diniyah nonformal maupun di lembaga pemerintahan, dan hasilnya memuaskan, alasan memberi nama metode ini dengan metode granada karena penemu metode ini membuat rumusrumus granada yang berupa kolom-kolom berisikan kata kunci ilmu nahwu dan ilmu sharaf. Keberhasilan metode ini mulai dirasakan, berdasarkan data bahwa selama kurun waktu 16 tahun 1998-2014 bahwa sudah ada 10.000 orang bisa menerjemahkan al Qur'an secara harfiyah menggunakan metode granada ini, sedangkan cakupan pembelajaran terjemah al Qur'an dengan metode granada sudah ke berbagai daerah nusantara dan manca negara seperi Qatar, Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam dan Belanda.

Pengertian Metode Granada

Metode Granada, merupakan satu metode yang terbaru yang menjadikan kunci-kunci (komponen-komponen inti) bahasa Al-Quran sebagai langkah-langkah untuk menerjemah Al-Qur'an. yang berusaha keras untuk mewujudkan cita-cita mulia tersebut, dengan tujuan menciptakan kaderkadergenerasi muslim ideal memahami Al-Qur'an dengan baik, sehingga mampu memberikan solusi dan menjawab tantangan zaman sesuai dengan nilai-nilai qurani.

Metode granada merupakan suatu metode yang digunakan untuk menerjemah Al-Qur'an maupun menerjemah bahasa arab dengan berbagai langkah yang telah disusun sedemikian rupa oleh pengarang. Pengarang metode ini ialah Solihin Bunyamin Ahmad, Lc yang lahir di Indramayu, Jawa Barat tanggal 15 Desember 1969.

Dengan pengalaman belajar beliau yang cukup lama disertai kegigihan dan semangat yang patut kita contoh beliau hanya ingin menghadirkan peserta didik menguasai metode ini dibanding dengan metode lainnya yang menghabiskan waktu cukup lama. Ketika seseorang mengeluhkan tentang susahnya mempelajari bahasa Arab, maka Solihin Bunyamin Ahmad, LC memaparkan point penting untuk meyakinkan bahwa bahasa Arab adalah satusatunya bahasa di dunia yang paling mudah dipelajari oleh bangsa-bangsa di dunia.

Latar belakang penemuan ini karena banyaknya keluhan dari peserta didik. Beliau saat mengajar terutama tentang ilmu bahasa arab, berdasarkan hal tersebut beliau menginginkan membuat suatu metode pembelajaran yang memberi kemudahan bagi peserta didik dalam belajar bahasa lebih cepat daripada yang lain, padahal menurut beliau bahasa arab sebagai bahasa AlQur'an itu mudah karena beberapa aspek yaitu :

  1. Kalimat di dalam bahasa arab hanya meliputi isim fiil dan huruf
  2. Isim atau kata benda dapat dipastikan dengan beragam karakter dan ciri khas, 3 karakter dari isim yaitu selalu di awali alif lam (al) selalu ada tanwin dan selalu diawali dengan (ma -- mi - mu)
  3. Fiil atau kata kerja dalam bahasa arab itu ada 3 yaitu fiil ma'di, fiil mudharri dan fiil amr
  4. Pada ilmu bahasa arab juga terdapat hutuf yang memiliki makna dan di pastikan bukan termasuk isim dan fiil.

Cara menerjemahkan Al -- Qur'an menggunakan metode granada :Langkah awal sebelum memulai menerjemah Al-Qur'an menggunakan metode granada yaitu menguasai perubahan kata dua bahasa yaitu bahasa asal atau dasar dan bahasa terjemah, selain itu juga harus mengetahui pola kalimat serta kosa kata dalam bahasa arab.

Metode granada untuk menerjemah Al-Qur'an ini memiliki 4 langkah pokok yang harus dikuasai. Langkah pertama yaitu menguasai komponen kalimat dalam bahasa arab dimana komponen kalimat dalam bahasa arab ini yang akan dibahas yaitu kata benda, kata kerja, dan huruf. Yang kedua yaitu menguasai kata-kata yang tidak berubah atau tidak berakar kata, yang ketiga yaitu menguasai rumus-rumus granada beserta Pengaplikasiannya, dan yang terakhir yaitu latihan yang istiqomah.

Langkah pertama yang telah diungkapkan diatas yaitu menguasai komponen dalam bahasa arab :

a. Komponen pertama (kata benda)

  1. Ciri-ciri dalam kata benda ini adalah berawalan (al), jadi apapun yang berawalan (al) menunjukan kata benda.
  2. Ciri yang kedua yaitu bertanwin.
  3. Ciri selanjutnya yaitu berawalan (ma -- mi - mu)
  4. Ciri selanjutnya yaitu diawali dengan huruf yang mengkasrohkan.
  5. Dan ciri yang terakhir yaitu kata majemuk.

b. Komponen yang kedua (kata kerja)

  1. Komponen kata kerja terbagi menjadi 3 bagian yaitu kata kerja bentuk lampau atau istilah arabnya yaitu fiil madhi, kata kerja bentuk sedang/akan/kebiasaan atau istilah arabnya yaitu fiil mudhorri', dan yang terakhir yaitu kata kerja bentuk perintah dan isitilah arabnya yaitu fiil amr.
  2. Kata Kerja Bentuk Lampau Kata kerja bentuk lampaui/istilah arabnya yaitu fiil madhi memiliki ciri-ciri tersendiri dalam menerjemah AlQur'an.
  3. Kata Kerja Bentuk Sedang/Kebiasaan/Akan 10 Kata Kerja Bentuk Sedang/Kebiasaan/Akan atau istilah arabnya fiil madhi.
  4. Kata Kerja Bentuk Perintah Kata kerja bentuk perintah yaitu kata kerja bentuk sedang/akan/kebiasaan. Dimana huruf awal atau huruf mudhoroah dibuang dan huruf akhirnya di matikan atau disukun. Kemudian apabila dua proses tersebut kata masih belum bisa terbaca maka di datangkan atu dimasukannya hamzah washol (huruf penolong). Apabila ain fiil pada fiil mudhorrinya berharokat dhummah maka hamzah washol atau huruf penolongnya juga berharokat dhummah. Dan apabila ain fiil pada fiil mudhorrinya berharokat kasroh atau fathah, maka hamzah washol atau huruf penolongnya berharokat kasroh.

c. Komponen yang ketiga yaitu huruf Huruf

  1. Jika menurut bahasa indonesia yaitu kata depan, dan menurut bahasa arab jika di sederhanakan yaitu kata yang tidak dapat dimengerti maknanya dengan sendirinya, kecuali dirangkai dengan kata yang lain atau yang bukan kata kerja dan bukan kata benda. Huruf bermakna dan pembentuk kata merupakan bagian dari huruf.. Huruf bermakna adalah segala huruf yang tidak mengalami perubahan bentuk tetapi sifatnya statistis dan maknanya menyesuaikan sesuai dengan kontesksnya. Huruf bermakna ini tidak kata kerja atau kata benda. Huruf pembentuk kata adalah huruf yang jika disatukan maka dapat menghasilkan kata, seperti kata (ahmad) yang terbentuk dari (alif, cha, mim, dal) huruf pembentuk kata ini terbagi menjadi dua bagian lagi yaitu huruf hijaiyah yang dimulai dari (alif -- ya') dan huruf abjadiyah yang dimulai dari (alif -- ghoin) tetapi huruf abjadiyah ini tidak ada kaitannya dengan menerjemah.
  2. Dalam metode granada ini yaitu menguasai katakata yang tidak berubah dan tidak berakar kata. Kata-kata ini meliputi huruf bermakna, kata ganti, kata penghubung brerarti "yang' dan kata tunjuk. Keempat kata ini sangat urgent dipahami oleh peserta didik agar bisa membedakan kata ini bila terhubung atau ada di dalam sebuah kalimat (ayat Al-Qur'an).
  3. Yang pertama yaitu huruf bermakna seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Yang kedua yaitu kata ganti. Kata ganti atau dalam istilah arabnya yaitu isim dhamir merupakan nama yang tersimpan didalam hati sebab nama si pelaku tidak disebutkan atau tersembunyi dibalik kata ganti itu.
  4. Kata penghubung bermakna "yang" atau istilah arabnya berarti isim maushul. Isim maushul jika di artikan dalam bahasa yang sederhana yaitu kata sambung. Fungsi dari isim maushul ini yaitu untuk menghubungkan beberapa kalimat menjadi satu kalimat atau isim ini tidak akan sempurna jika tidak berhubungan dengan kata yang lain.
  5. Kata tunjuk. Kata tunjuk istilah arabnya yaitu isim isyarah. Kata tunjuk berfungsi untuk menunjukan seseorang, hewan, atau apapun itu yang kita ketahui.

Metode granada ini adalah menguasai rumusrumus granada besera aplikasinya. Menguasai rumus-rumus granada ini memiliki peranan penting dalam mempelajari metode granada. Jika di persentasekan sekitar 70% dalam hal menerjemah Al-Qur'an. Jadi apabila kita menguasai rumus-rumus granada beserta aplikasinya maka 70% kemampuan telah kita raih atau kita dapatkan. Rumus granada ini berisikan tabel yang meliputi awalan, akhiran sisi, berfungsi memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk mencari akar kata dari setiap kata di dalam Al-Qur'an.

Tahapan -- Tahapan Metode Granada

Sebelum memasuki praktek menerjemah menggunakan metode Granada,ada beberapa hal yang harus dikuasai terlebih dahulu yaitu:

  • Harus menguasai perubahan kata dalam dua bahasa, bahasa asaldan bahasa terjemah. Dalam menerjemahkan harus menguasai bahasa yang digunakan.
  • Harus menguasai pola kalimat pada dua bahasa tersebut. Dalam bahasa arab kalimat ada tiga yaitu isim, fi'il, dan huruf, bagi yang ingin menerjemah harus menguasai itu.
  • Harus menguasai kosa kata pada dua bahasa tersebut. Penguasaan kosakata harus luas.
  • Harus memahami kata-kata idiom pada dua bahasa terebut. e. Harus memiliki emosional yang hidup ketika membaca sebuahteks asli dan bisa mengungkapkan kembali dalam bahasa terjemah dengan baik.

Metode ini memiliki empat tahapan langkah strategis dan sistematis, keempat tahapan tersebut memberikan kemudahan untuk menerjemahkan Al - Qur'an, langkah-langkah tersebut ialah sebagai berikut :

  • Tahap awal Metode Granada yaitu memahami dan menguasi secara komprehensif komponen dalam bahasa arab yeng terdiri dari tiga kalimat didalam bahasa Arab yaitu Isim (kata kerja), Fi'il (kata kerja) , dan Huruf (kata benda) seperti : Di, ke, tentang, dan, demi, tidak, dan lain sebagainya. Tiga kalimat ini menjadi pelajaran terpenting paling awal agar peserta didik dapat membedakan mana yang masuk Isim, Fi'il dan Huruf.
  • Tahap kedua yaitu memahami kata-kata yang tidak bisa berubah dan katakata ini meliputi Huruf bermakna, kata ganti, kata penghubung, kata tunjuk. Hal ini dapat dipahami peserta didik agar dapat membedakan bilangan terhubung atau sebuah kalimat (ayat Al-Quran) untuk menguasai huruf bermakna dibutuhkan kesabaran dalam latihan dan sering membaca secara berulang-ulang atau menghafalnya.
  • Yang menjadi ciri khas pada tahap ketiga adalah memahami rumus Granada beserta Aplikasinya diantaranya adalah mencari akar kata, pola aktif pasif dan huruf. Rumus Granada ini berupa table awal yang berisi awalan, akhiran, sisipan, berfungsi memberi kemudahan bagi peserta didik untuk mencari akar kata dari setiap kata dalam Al-Quran. Pada kata kerja terdapat huruf penyakit yang harus diketahui oleh peserta didik, agar dalam mencari akar kata di dalam kamus tidak keliru, adapun huruf penyakit itu ada tiga yaitu : (waw,alif,dan ya).
  • Mempraktikkan secara konsisten merupakan tahapan akhir dalam tahapan terjemah Al-Quran metode Granada kata per-kata dengan ilmu yang diperoleh sebelumnya, setelah proses pelaksanaan terjemah selesai maka tahap selanjutnya adalah memahami terjemah secara maknawiyah disamping itu dilanjutkan dengan membaca tafsir agar lebih memahami secara komprehensif. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara membaca buku , latihan praktek metode Granada beserta kamus ringkas Al-Qur'an.

Adapun alasan mengenai penyusunan metode granada yaitu:

  • Adanya pemikiran bahwa Allah akan memudahkan al-Quran untuk dipelajari, hal ini mengandung pesan bahwa ada cara khusus untuk mempermudah mempelajari al-Quran, baik bacaan maupun menerjemahkan bahasa dan pesan-pesan-Nya. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas kita untuk menerjamahkan pesan-pesan suci al-Quran sehingga cahayanya dapat menerangi umat Islam secara keseluruhan, karena dengan mengerti bahasa al-Quran berarti akan mengerti pesanpesan-Nya, dengan mengerti pesan-pesanNya berarti akan mendorong pada penghayatan dan pengalaman ruhani yang lebih dalam.
  • Umat Islam sangat membutuhkan cara mudah dan cepat untuk memahami al-Quran. Hal itu disebabkan oleh keterbatasan waktu yang mereka miliki, sementara pesan-pesan Ilahi yang mereka butuhkan untuk acuan hidup sebagian besar tertulis dalam al-Quran.
  • Pengentasan buta bahasa al-Quran kurang mendapatkan perhatian di kalangan Ulama, sementara kondisi umat sangat memerlukannya. Selin itu juga membangkitkan untuk belajar memahami al-qur'an tanpa merasa bosan ketika mempelajarinya. Dengan metode yang mudah dan simple minat untuk menerapkan metode tersebut sangat berkembang sekali dan peningkatan sesuai keinginan.

Metode Granada memiliki tujuan Khusus dan Tujuan Umum, yaitu:

1. Tujuan Khusus

  1. Menghilangkan pendapat bahwa bahasa al-Quran sulit. Pendapat ini harus segera dihilangkan, sebab jika tidak, akan terjadi stagnasi (kemandegan) pemahaman tentang al-Quran, jika tidak dikatakan sebagai bentuk pemasungan terhadap usaha untuk memahami pesan- pesan al-Quran.
  2. Peserta didik mengetahui perubahan kata dalam bahasa al-Quran dengan baik. Perubahan kata dari yang awal bermakna atau menjadi memiliki makna dua atau tiga, selain itu juga perubahan kata waktu anatara sedang melakukan, telah melakukan, atau akan melakukan.
  3. Peserta didik mampu dan lihai membuka kamus untuk mengetahui makna dari lafadh-lafadh yang dicarinya.dalam membuka kamus ada cara atau kunci agar mudah dalam mencarinya, yaitu dengan mengurutkan sesuai huruf hijaiyah.
  4. Peserta didik mengetahui pola kalimat dalam bahasa al-Quran dan mampu menerjemahkannya. Pola atau susunan kalimat bisa terdiri atas fi'l dan fa'il atau mubtada' dan khobar.
  5. Peserta didik bisa mengungkap pesan-pesan al-Quran dengan baik setelah mengetahui terjemahnya, baik secara harfiyah maupun maknawiyah. Mampu menyampaikan maksud dari yang dikaji tersebut selain itu mampu mengaplikasikannya.
  6. Peserta didik lebih khusyu' beribadah dan lebih santun dalam tingkah laku dengan mengetahui pesan-pesan Allah secara langsung dari al-Quran. Dengan mengetahui makna suatu bacaan, maka akan timbul rasa terharus dari isi sebuah bacaan tersebut, yang bisa kita renungkan untuk diambil hikmahnya.

2. Tujuan Umum

  1. Memasyarakatkan bahasa al-Quran dalam pesan-pesan-Nya. Agar banyak yang mengetahui betapa sangat berart pesan-pesan yang ada dalam al-Qur'an.
  2. Melaksanakan kewajiban menyebarkan ilmu-ilmu syariat yang antara lain adalah ilmu tafsir. Sebab terjemah al-Quran merupakan bagian dari, dan proses menuju tafsir. Metode pembelajaran Granada dalam pembelajaran penterjemahan.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Granada

Setiap proses atau sebuat metode pembelajaran atau cara menggunakan suatu metode pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, hal ini terbilang wajar ada dalam sebuah motode, terutama dalam metode terjemah Al-Qur'an kata per-kata menggunakan Metode Granada, adapun metode Granada memiliki beragam kelebihan yaitu sebagai berikut :

  • Metode ini memiliki buku panduan belajar bagi peserta didik dan mengajar bagi guru atau tutor, buku praktik menerjemahkan Ql-Qur'an, beserta kamus Ringkasan Al-Qur'an.
  • Metode ini memiliki rumus Granada yang membuat Ilmu Nahwu dan Sharaf dalam satu halaman saja. Secara bahasa nahwu bermakna sebagai suatu thariq (jalur lintasan) atau qiyas (rule/aturan) yang di buat dengan meletakkan suatu nahwu (contoh model), dengan tujuan untuk mengarahkan (jihah) kepada suatu maksud tujuan (qashd) berupa pembacaan dan sekaligus pemaknaan yang benar sehingga terhindar dari adanya kekeliruan (lahn). Ilmu nahwu ialah ilmu yang mengetahui perubahan-perubahan akhir kalimah yang berkaitan erat dengan i'raf, struktur kalimah, serta bina'. bentuk kalimah. Sedangkan Shorof menurut etimologi adalah mengubah. Shorof adalah salah satu nama cabang ilmu dalam pelajaran bahasa arab yang khusus membahas tentang perubahan bentuk kata (bahasa arab: kalimat) perubahan bentuk kata ini dalam prakteknya di sebut tashrif. Oleh karena itu di namakan ilmu shorof (perubahan: berubah) karena ilmu ini khusus mengenai pembahasan tasrif (pengubahan: mengubah). Menurut Syeh musthafa al-gulayani secara etimologis shorof artinya perubahan. Artinya setiap mengubah sesuatu dari bentuk asalnya maka di sebut shorof. Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu nahwu dan shoraf saling berkaitan dalam membantu memahami bahasa arab dalam rangka menerjemahkan Al-Quran yakni sebagai alat yang digunakan untuk mengubah bahasa dan makna.
  • Metode ini memberikan kemudahan kepada peserta didik yang ingin menerjemahkan Al-Quran dengan cara menghitung huruf
  • Metode ini dalam pengajarannya hanya memakan waktu 8 jam dan peserta didik sudah mampu memahami dan bisa menerjemahkan Al-Quran, dengan artian calon penerjemah harus benar-benar bersungguh-sungguh dalam mempelajarinya sehingga mudah faham.
  • Metode ini sudah terbukti berhasil melahirkan penerjemah
  • Metode ini sangat relevan diajarkan bagi peserta didik pada jenjang sekolah menengah pertama dan jenjang menengah atas
  • Pelatihan metode Granada ini hanya membutuhkan waktu 3 jam dengan catatan peserta didik dapat menggunakan teknologi
  • Metode ini sangat mudah diajarkan dengan pola dan pembelajaran yang ada di Indonesia
  • Metode ini memudahkan peserta didik untuk menerjemahkan Al-Qur'an dan tidak merasa ketakutan dalam menerjemahkannya.

Dengan kemudahan-kemudahan yang diperoleh dari penerjemah dengan Metode Granada diatas tidak menuntut kemungkinan memiliki kekurangan, selain beberapa kelebihan diatas adapun kekurangan dari metode Granada yaitu :

  • Aspek pertama, dalam metode Granada sulit mencocokkan persamaan kata yang sama dengan makna hakiki Al-Qur'an, karena Al-Qur'an memiliki makna dengan tatanan bahasa yang cukup tinggi sehingga mencari persamaan kata itu hampir tidak ditemui.
  • Aspek kedua, metode ini terbatas hanya untuk menerjemahkan lafadz atau kata dalam Al-Quran yang sudah matang / berbentuk (berharokat) tidak pada kata atau lafatdz yang mentah (gundulan)
  •  Tidak menerangkan atau mencantumkan Pengetahuan tentang kedudukan kalimat dalam bahasa Arab sebagai bahasa Al-Quran seperti kekududkan sebagai Mubtada', Khobar, Badal, Na'at, Man'ut dan lain sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun