Mohon tunggu...
Ulva Fantiana
Ulva Fantiana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Jangan Lupa Selalu Bersyukur dalam Keadaan Apapun

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kisah Nuraisyah, Nenek yang Tak Pernah Berhenti Berjuang Demi Menyambung Hidup

28 Desember 2020   22:22 Diperbarui: 29 Desember 2020   09:16 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

YOGYA (KR) - Ikhtiar menjalani untung menyudahi. Peribahasa inilah yang cocok untuk menggambarkan sosok Siti Nuraisyah, seorang nenek yang berusia 64 tahun asal Yogyakarta yang tak pernah berhenti berputus asa dalam mencari rezeki untuk bertahan hidup. Meskipun hasil penjualannya tak seberapa dan terkadang harus kembali ke rumah dengan tangan kosong, hal itu tidak menyurutkan semangat dan langkah Nuraisyah untuk tetap berjualan, karena dia percaya bahwa rezeki sudah ada yang mengatur.

"Nanti kalau jualan habis ya Alhamdulillah. Kalau gak, dijual besok biar gak  Kemrungsung gitu loh. Kadang kalau bawa banyak gini, ya mungkin bisa nutup. Kalau gak ya udah gak apa-apa, toh rezeki sudah diatur sama Allah, kita percaya. Teman-teman yang lain sudah dapat uang, saya baru datang ya gak apa-apa," ungkap Nuraisyah.

Nuraisyah memutuskan untuk memulai berjualan snack kiloan semenjak ditinggalkan oleh mendiang sang suami tercinta, sebelas tahun silam. Tempat yang menjadi pilihan bagi Nuraisyah untuk menjajakan dagangannya ini yaitu di kawasan Malioboro. Malioboro adalah jantungnya kota Jogja, siapa yang menyangka seorang nenek dengan kondisi fisik yang sudah lemah harus beradu nasib di kawasan yang selalu disibukkan dengan berbagai aktivitas di dalamnya, dan kawasan yang selalu dipadati oleh wisatawan dalam maupun luar kota dan bahkan wisatawan asing.

Pada usianya yang sudah renta, Nuraisyah seharusnya menikmati kesehariannya dengan beristirahat di rumah. Namun apalah daya, hal ini terpaksa dia lakukan demi menyambung hidup dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. "Iya saya jualan setiap hari, kalau gak jualan gak punya uang untuk kebutuhan sehari-hari," ungkap Nuraisyah. Setiap hari Nuraisyah harus berjalan mengelilingi kawasan Malioboro memikul dagangannya seorang diri, dia harus menahan lelah, melawan hawa panas, dan terik matahari yang menyengat di tubuhnya.

Nuraisyah menuturkan, jarak rumahnya dengan Malioboro cukup jauh sehingga untuk berjualan biasanya ditempuh dengan naik bus atau naik ojek. Kemudian, dia menambahkan tarif untuk pulang pergi menggunakan bus biasanya Rp 7.000, sedangkan untuk naik ojek ongkos pulang pergi dari Ambarketawang ke Malioboro sebesar Rp 20.000. Nuraisyah berangkat dari rumah sendirian tanpa ditemani oleh anaknya, biasanya Nuraisyah berangkat berjualan dari pukul 10.00 WIB, dan pulang ke rumah di sore hari sekitar pukul 16.00 WIB.

Untuk snack kiloan ini dibeli oleh Nuraisyah di pasar Gamping dengan harga beli mulai dari Rp 6.000, kemudian nantinya dia jual kembali dengan harga Rp 7.000. Keuntungan yang dia ambil dari dagangannya ini hanya sebesar Rp 1.000 saja. " Ya saya belinya di pasar Gamping, kalau gak beli saya gak berani hutang. Patokan harga dari sana tujuh ribu, haduh saya ambilnya sedikit seribu aja," jelas Nuraisyah.

Penghasilan yang dia dapat dari penjualan snack kiloan ini sangat tidak menentu, terkadang  sehari bisa dapat Rp 20.000 sampai dengan Rp 40.000 dan bahkan dagangannya tidak laku sama sekali. Padahal Nuraisyah memiliki tiga cucu dan dua orang anak yang masih tinggal bersamanya di rumah. Hasil penjualan perhari hanya cukup untuk makan saja, demikian hal yang diungkapkan oleh Nuraisyah.

Terlebih lagi saat pandemi Covid-19 yang melanda berbagai negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia sejak awal tahun 2020 lalu menjadi momen yang paling kritis bagi para pelaku usaha. Hal ini disebabkan karena pemerintah memberlakukan sistem lockdown yang di mana dipilih sebagai salah satu solusi dalam memutus penyebaran kasus positif Covid-19 di Indonesia, sehingga mau tidak mau aktivitas-aktivitas perekonomian juga menjadi terhenti. Begitu pula yang dirasakan oleh Nuraisyah sebagai salah satu pelaku usaha yang merasakan bagaimana dampak Covid-19 ini terhadap hasil penjualannya. Pada awal-awal pandemi Covid-19 dia harus meliburkan diri dari menjual snack selama kurang lebih empat bulan lamanya, akibatnya dia sangat kesulitan dalam mencari uang karena penghasilan utamanya hanya mengandalkan hasil penjualan dagangannya ini.

Walaupun pemerintah kota Yogyakarta menerapkan sistem new normal secara bertahap, akan tetapi hasil penjualan Nuraisyah di musim pandemi seperti saat ini sangat menurun dikarenakan sepi pembeli. Hal ini sangat mempengaruhi sistem keuangan Nuraisyah, karena tidak ada pemasukan. Namun, sesekali anaknya yang sudah bekeluarga datang mengunjunginya dan memberinya sayur juga beras untuk kebutuhannya sehari-hari.

Perjuangan Nuraisyah dalam mencari rezeki patut dicontoh oleh anak-anak muda yang masih memiliki fisik yang kuat juga tangguh, tidak mau membebani anaknya dia harus berjuang seorang diri tanpa kenal lelah di tengah hiruk pikuk Malioboro. Bukannya tidak ingin beristirahat dan bersantai di rumah, hal ini dilakukan oleh Nuraisyah untuk tetap berjualan mencari receh demi menyambung hidup. (uf)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun