Mohon tunggu...
Lylle2000
Lylle2000 Mohon Tunggu... -

Entrepreneur sekaligus jurnalis lepas yang lebih sering tidak menulis karena mengurusi usahanya. Berarti 'jurnalis lepas banget' :D

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

FlixBus, Transportasi Murah di Eropa

25 Oktober 2017   13:51 Diperbarui: 25 Oktober 2017   17:49 9743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Calon penumpang berdiri di trotoar menunggu boleh masuk bis

Setiap kali ada pekerjaan yang mengharuskan pergi ke luar negeri, saya pasti ambil cuti panjang agar bisa melihat-lihat tempat lain. Demikian pula waktu memperoleh kesempatan ke Jerman bulan Juli lalu. Status perjalanan saya selalu backpacking, atau setengah ngoboy lah istilah saya; yaitu pakai transportasi umum dan menginap di rumah saudara atau teman. Hemat juga menambah pengalaman.

Nah, kalau ke Jerman biasanya saya sangat mengandalkan transportasi favorit saya yaitu kereta api alias bahn (bahasa Jerman). Sejak beberapa tahun lalu tiket kereta api (KA) sudah terasa mahal buat kantong saya yang lebih baik beli oleh-oleh daripada buang-buang duit untuk transportasi ini. Memang sih KA lebih cepat dan nyaman. Jenis RE (regional bahn) cukup nyaman untuk beberapa jam. Sedangkan ICE atau KA cepat seperti TGVnya Perancis itu sangat nyaman berbanding lurus dengan harga tiket yang jauh lebih mahal. Kalau pintar memilih, bisa dapat tiket akhir pekan atau wochenende ticket.Ini kita bicara tentang tiket antar kota di Jerman ya.

Taktik lain untuk dapat harga tiket murah adalah dengan membeli online, tetapi pembelinya teman atau saudara yang memang tinggal di Jerman. Kalau sedang bernasib baik, kita bisa dapat tiket ICE dengan harga terjangkau. Untuk jarak dekat seperti dari Lindau ke Munich dan dari Munich ke Nurnberg --semuanya di Jerman selatan-- harga sekitar 20-30 Euro masih masuk akal bagi saya. Seiring menipisnya dompet dan bertambahnya (keinginan) kota tujuan, saya harus cari akal untuk mendapatkan transportasi murah. 

Tidak mungkin lagi seperti belasan tahun lalu yang pakai cara nebeng mobil bersama beberapa orang baru kenal yang punya tujuan sama. Ini biasanya cara pemilik mobil bisa ke tujuan dengan ongkos bensin lebih murah karena ditanggung bersama penumpang bawaan dia. Itu duluuuu. Jaman belum digital dan belum ada taksi online. Sekarang pun masih ada dan sudah lebih canggih, namanya mitfahren. Tapi saya enggan mencobanya lagi.

Seorang teman saya memberi informasi berharga: naik FlixBus saja! Lalu dia menjelaskan transportasi yang harga tiketnya murah banget itu. Teman saya ini seorang jurnalis yang sering mendapat penugasan keluar dari kota tempat tinggalnya di Nurnberg, Jerman selatan. FlixBus menjadi dewa penyelamat saat dananya terbatas karena harus segera berangkat sementara dana dari kantor pusat belum turun.

"Bedanya bisa jauh dari harga tiket kereta," katanya penuh semangat.

"Kemana pun?" tanya saya.

"Kemana aja di Jerman. Sekarang malah seluruh Eropa. Googling aja!" jawabnya saat kami berWhatsapp Call antar negara.

Kids jaman now sekali ya: just click Google!

Maka saya mulai meriset segala sesuatu tentang FlixBus dan membuat rencana perjalanan dengan rute dan jadwal yang ada di www.flixbus.com. Aha! Ternyata ini semacam jasa GoJek tapi menggunakan kendaraan bis yang besar dengan rute antar kota, juga antar negara. Tagline perusahaan ini adalah Low cost bus travel from just 5 Euro. Dan memang murah banget!!!

flixbus3-59f02ba7ff2405637332d114.jpg
flixbus3-59f02ba7ff2405637332d114.jpg
Waktu itu saya berada di Berlin dan ingin ke Dresden. Apabila saya naik kereta api, harga tiketnya termurah adalah 37 Euro dengan durasi perjalanan paling cepat sekitar 1 jam 52 menit. Sedangkan dengan Flixbus saya cukup membayar paling murah 11,90 Euro dengan durasi tercepat 2 jam 20 menit. Beda waktu hampir setengah jam dengan ongkos lebih murah 25 Euro? Hohoho! Langsung saja saya tetapkan pilihan transportasi FlixBus hingga hari terakhir di Jerman.

Website FlixBus sangat lengkap. Saya bisa segera mencari 'halte' bisnya yang tidak di sembarang tempat. Jumlah halte pun tidak sama; mungkin tergantung ukuran besar kotanya dan traffic-nya. Misalnya Berlin; tempat pemberangkatan FlixBus ada di 7 lokasi termasuk Berlin Central Bus Station atau ZUB. Sedangkan di Dresden bis hanya berhenti di Dresden Central Station dan Dresden Neudstadt.

Dasar turis kere, untuk menetapkan tempat berangkat saja saya berhitung banget dengan jarak dan ongkos kesana. Saya tinggal di daerah Wollankstrasse, nun jauh di utara pusat kota Berlin. Kalau saya mau naik bis dari ZUB yang ada di sebelah barat dari pusat kota maka saya tetap harus naik U-Bahn (trem dalam kota) ke Berlin Hauptbahnhof (stasiun utama). 

Ongkos kereta yang murah bukan masalah, tapi teman saya bilang kalau stasiun U-bahn terakhir cukup jauh dari ZUB, harus berjalan kaki lagi. Pilihan ini tidak cocok bagi saya yang pasti bangun agak siang akibat aktivitas sampai larut malam setiap hari; maklum, ini kan masih zommer.Lagipula saya sudah kenyang berlari kian kemari selama 2 minggu kemarin. Naik taksi? Wow, itu pilihan paliiiing terakhir di agenda travelling saya.

Pilihan halte FlixBus lain adalah Alexanderplatz yang ada di pusat kota alias cukup sekali naik U-bahn. OK deh. Jadwal keberangkatan saya pilih yang memberi saya cukup waktu untuk menyimpan koper dan daypackyang tidak perlu saya bawa di loker berbayar. Saya cukup membayar 6 Euro untuk penyimpanan 3 hari.

Calon penumpang berdiri di trotoar menunggu boleh masuk bis
Calon penumpang berdiri di trotoar menunggu boleh masuk bis
Tiba di bagian pembayaran, saya mulai puyeng. Sebagaimana bisnis online umumnya, pembayaran FlixBus menggunakan kartu kredit. Masalah saya waktu itu adalah tidak berani bertransaksi secara online dengan kartu kredit. Saya agak trauma mendengar pengalaman teman-teman saya --bukan pengalaman saya lho-- yang mendadak limit kartu kreditnya habis tanpa satu kalipun dia bertransaksi. Kalau Anda bukan seperti saya yang suka parno soal duit, jangan ragu, belilah tiket FlixBus secara online. Anda tidak akan menyesal! Beneran deh, jauuuh lebih murah. Selain itu Anda tidak perlu khawatir kehabisan tiket.

Akhirnya keputusan saya adalah membeli tiket di halte bis pemberangkatan. Agak nekat memang; bagaimana kalau tiket habis? Saya cuma berpikir mana ada sih yang mau naik bis jam 8 pagi.? Hehehe. Oh ya, jangan lupa agar mencari lebih dahulu lokasi halte FlixBus di Google Maps. Eh ini bukan sponsor, tapi memangnya sekarang ada peta apa selain itu tadi? Seperti pengalaman saya, di Alexanderplatz yang begitu luas, saya akhirnya harus berjalan cukup jauh dari stasiun U-bahn dan menyeberangi jalan besar keluar dari plaza terkenal dengan tempat berkumpulnya para millennials itu. Di tengah hujan rintik-rintik pagi hari pula! Ini akibat saya yang terlalu percaya diri bahwa lokasinya sudah saya kenal.

Saya membayangkan halte FlixBus seperti halte bis biasa dengan tempat duduk untuk menunggu. Kenyataannya bis berwarna hijau stabilo atau hijau spotlight dengan aksen garis warna jingga itu parkir di pinggir jalan raya yang cukup besar, Alexanderstrasse. Penandanya hanya berupa tiang berwarna kuning dengan huruf H besar dan di bawahnya ada tulisan nama lokasi serta logo Flixbus yang berwarna khas itu. Bisnya berukuran besar dan dua lantai; lantai bawah untuk bagasi dan toilet, lantai atas berkapasitas 40 tempat duduk untuk penumpang.

Para calon penumpang yang mulai berdatangan berdiri saja di trotoar; tidak boleh masuk bis sebelum diijinkan seorang pria berjaket sewarna dengan logo FlixBus yang berdiri di bawah plang H. Tampaknya dia multitasking; bisa jadi bagian pengumuman, bisa juga membantu penumpang memasukkan barang ke bagasi. Penumpang hanya diijinkan membawa 1 bagasi; tambah koper/tas kena charge 2 Euro per item. Waktu itu saya hanya membawa tas kain berisi baju ganti dan sebuah tas kamera.

Multitasking. Dasinya menjadi tanda pengenal.
Multitasking. Dasinya menjadi tanda pengenal.
Tanpa membuang waktu saya bertanya pada pria itu tentang tempat membeli tiket. Ternyata ada Flixbus Cafe yang halamannya menjadi tempat berdiri penumpang. Walaupun ada tempat duduk namun tidak ada pelindung dari panas atau hujan. Untunglah penjual tiket menyediakan fasilitas pembayaran dengan kartu kredit dan tunai. 

Harga tiket jauh berbeda dengan online, yaitu 19 Euro! Berhubung saya pikir masih jauh lebih murah daripada kereta api, saya bayar saja dengan tunai. Tapi dalam hati saya menyesaaaal sekali tidak membeli tiket online. Tujuh Euro itu lumayan lho, bisa beli makan siang mewah. Apalagi mendengar cerita teman satu bis yang membeli tiketnya online seharga 20 Euro pulang pergi. Huhuhu.

Iseng-iseng saya tanya pria multitasking itu tentang harga tiket. Dia bilang harga online memang paling murah, kalau beli di agen travel atau beli di tempat harganya naik lagi, dan paling mahal beli langsung pada sopir bis. "Kalau mau tidak terlalu mahal tapi tidak bisa beli online, belilah di ZUB," tuturnya ramah. Oh ya, satu lagi, sejauh pengamatan saya pegawai FlixBus ramah dan kebanyakan berusia muda kecuali sopir. 

Untuk pelayanan standar Jerman dengan harga murah, keramahan tersebut cukup membuat hati saya nyaman. Pegawai yang dari era millennials rata-rata bisa berbahasa Inggris, sedangkan sopir yang usianya tampak sudah di atas 40 tahun kebanyakan hanya mau berbahasa Jerman. Tetapi karena mereka ramah, dengan berbahasa isyarat campur bahasa Inggris komunikasi pun mudah terjalin.

Beberapa menit sebelum waktu keberangkatan, penumpang dibolehkan masuk ke dalam bis sambil diperiksa tiketnya. Tiket online juga harus di print untuk dicocokkan kodenya dengan data FlixBus. Selain tampilan bis yang kokoh namun nyaman, tempat duduk penumpang pun bagus dan empuk dengan ruang untuk kaki yang cukup luas. Tersedia pula WiFi serta colokan untuk mengisi batere gawai atau piranti lain. Minuman dan makanan ringan tersedia dengan harga terjangkau. 

Kaca bis yang besar-besar menyajikan pemandangan cukup luas sehingga perjalanan tidak membosankan. Sopir bis mengemudi dengan trampil dan hati-hati; pagi itu agak ngebut karena jalanan lengang namun tetap terasa nyaman. Demikian juga saat perjalanan dari Berlin ke Frankfurt malam hari. Semua penumpang terlelap dan sopir tetap mengemudi dengan tenang. Perjalanan selama 5,5 jam hanya diselingi berhenti satu kali untuk berganti sopir.

Interior bis yang nyaman. Warnanya kesukaan saya!
Interior bis yang nyaman. Warnanya kesukaan saya!
Startup Millennials

Kalau menilik sejarahnya, FlixBus didirikan baru empat tahun lalu (2013) oleh tiga entrepreneur muda Jerman di Munich. Andre, Jochen dan Daniel (meninggalkan karir gemilang di bidang IT di Microsoft) bertekad mendirikan perusahaan perjalanan bis sustainableyang nyaman dan terjangkau. Dari awal yang hanya perusahaan startup dengan beberapa bis milik entrepreneur transportasi bis antar kota, kini FlixBus sudah menjadi jaringan bis antar kota terbesar di Eropa dengan catatan waktu tempuh tersingkat.

Seperti umumnya bisnis millennials, strategi FlixBus adalah mendigitalisasi angkutan bis tradisional. Mereka memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan sistem e-ticket, membuat aplikasi FlixBus, memberi fasilitas Wi-Fi di dalam bis dan pantauan GPS secara live. Singkatnya, FlixBus membuat revolusi dalam industri perjalanan bis.

Tahun 2015 FlixBus sudah menjadi jaringan bis jarak jauh yang mapan di Perancis, Itali, Austria, Belanda dan Kroasia, juga melayani antar negara hingga ke Skandinavia, Spanyol, Inggris serta wilayah Eropa Tengah dan Eropa Timur.

Kini, pegawai FlixBus sudah 1000 orang di Munich, Berlin, Paris, Milan, Zagreb dan Kopenhagen dan mempunyai ribuan sopir bis sebagai mitranya di seluruh Eropa. Hingga saat ini mereka masih membuka peluang untuk yang mau bergabung dengan FlixBus. Anda berminat? Sudah 60 juta penumpang yang terlayani, beroperasi di 1.200 tujuan di 26 negara dan mempunyai 200.000 koneksi per hari.

Menurut teman yang tinggal di Jerman, inovasi mereka ini sempat membuat perusahaan KA Jerman, Deutsche Bahn (DB), ketar-ketir. Pasalnya penumpang DB mulai beralih kepada FlixBus sehingga profit perusahaan negara itu agak menurun. Saya tidak sempat menanyai pegawai DB, tapi secara kasat mata dan berdasarkan obrolan dengan sesama penumpang, bisa saja FlixBus menggoyahkan kemapanan DB yang sudah sekian puluh tahun beroperasi itu.

"Harga tiketnya jauh lebih murah," ujar perempuan yang menjadi teman seperjalanan saya ke Dresden. "Untuk keperluan mendadak seperti saya, FlixBus sangat membantu," lanjutnya. Ia mendadak harus pergi ke rumah perawatan ibunya karena sesuatu hal penting, sementara dananya belum cukup untuk naik KA atau pesawat. Selain itu jarak ke halte FlixBus jauh lebih dekat daripada ke Berlin Hbf atau airport Tegel.

Konter Tiket di ZUB Berlin
Konter Tiket di ZUB Berlin
Alasan dari penumpang lain adalah FlixBus tepat waktu. "Sekarang naik kereta api sering delay atau keretanya terlambat datang," katanya. Saya mengalami hal itu, naik ICE dari Frankfurt ke Lindau dan delay 3 kali sehingga waktu perjalanan molor 2 jam. Belum lagi harus berlari-lari pindah kereta di satu kota kecil akibat ada kerusakan rel. Akibatnya, saya terlambat sampai ke acara pembukaan seminar.

Lalu kami berbincang tentang darimana FlixBus memperoleh keuntungan dengan tarif semurah itu. Kesimpulannya adalah --mungkin-- dari efisiensi. Contohnya halte bis dengan hanya satu tiang penanda itu. Lalu ticket box yang nebeng kafe atau toko sehingga tidak perlu memiliki tempat sendiri. Kedua hal ini sudah mengurangi biaya sewa dan perawatan kantor. Pegawainya pun sedikit dan multitasking; ini sudah mengurangi biaya SDM. Sekali lagi ini hanya dugaan saya dan teman sesama penumpang bis.

FlixBus baru terlihat mencolok di ZUB Berlin. Ada 2 konter tiket. Yang satu nebeng dengan warung kopi dan tutup jam 7 malam. Satunya lagi berupa bangunan permanen berukuran sekitar 2,5 x 3 meter, buka 24 jam, dengan hanya 1 pegawai melayani pembelian tiket; sedangkan 3 pegawai lain memantau bus dan membantu penumpang yang butuh informasi. Pegawai pemantau bus selalu berjalan berkeliling; terlihat mencolok dengan jaket hijau spotlight khas dan sewarna dengan badan bis FlixBus. Ini memudahkan penumpang awam seperti saya yang tidak tahu situasi ZUB dan sedang berkeliling mencari loket tiket.

FlixBus memang tepat waktu dan resiko kehabisan tiket pun cukup besar, karena pembelian secara online lebih banyak daripada pembelian langsung. Harga tiket di ZUB cukup menghibur: hanya 2 Euro lebih mahal daripada beli online. Syukurlah. Ini sangat menolong saya yang membeli tiket dari Berlin ke Frankfurt dan --sekali lagi-- tidak mau membeli secara online. Untungnya pula saya tidak kehabisan tiket, padahal jadwal keberangkatan saya pada hari Jumat jam 11 malam itu cukup populer. Perjalanan ke Franfkurt makan waktu 5-6 jam. Hari Sabtu pukul 5 pagi sampai di Frankfurt Hauptbahnhof cukup ideal bagi banyak orang, buktinya saat itu bis terisi penuh.

Seperti umumnya perusahaan milik millennials pula, FlixBus mulai berbagi kepedulian dengan dunia. Setiap pembelian tiket, kita bisa pilih untuk ikut menyelamatkan dunia dengan mengklik kotak untuk CO2 Compensation. Harga tiket akan otomatis bertambah 1%-3% dari harga asli, maka Anda sudah menyumbang proyek perlindungan iklim dengan standard lingkungan hidup internasional. Tahun 2017 ini sumbangan difokuskan pada proyek tungku hemat energi di Rwanda. Menarik ya? Baru berusia empat tahun dan perusahaan ini sudah bisa mengajak konsumennya melakukan CSR.

Siap membantu calon penumpang yang kebingungan di ZUB Berlin, jam 11 malam.
Siap membantu calon penumpang yang kebingungan di ZUB Berlin, jam 11 malam.
Mungkinkah di Indonesia?

Bisnis transportasi antar kota di Indonesia menurut saya masih menjanjikan. Coba perhatikan di jalan tol Cipularang. Ada banyak bis ke berbagai jurusan baik dari Bandung maupun dari kota kecil sekitar Bandung ke berbagai kota tujuan. Apalagi kalau sempat nyasar ke terminal bis Kampung Rambutan. Puluhan bis lalu lalang dengan puluhan trayek.

Sumatera sangat menjanjikan bagi transportasi darat termasuk bis; terutama karena Presiden Jokowi sudah membangun beberapa jalan tol serta jalan antar propinsi yang indah semacam Kelok Sembilan di Sumatera Barat. Bayangkan kalau jalan tol dari ujung Jawa Barat hingga Jawa Timur lalu bersambung ke Sumatera suda jadi!

Bis sejenis armada FlixBus sudah banyak pula terlihat berlalu lalang di jalan raya antar kota. Artinya, pengusaha bis sudah mampu membeli bis-bis yang lebih bagus dan lebih mahal. Pendeknya, jaringan transportasi dan jenis kendaraan di negara kita sudah lebih maju daripada beberapa tahun lalu. Memang masih ada bis yang "busuk", ngga pakai AC dan tempat duduknya "cape deh". Tetapi kalau bisnis menjanjikan lebih, saya yakin pemilik bis akan berupaya apapun agar bisa memperbaharui armadanya.

Lalu, kenapa belum ada yang memulai bisnis semacam FlixBus di Indonesia? Kalau sudah ada, kenapa saya belum dengar? Baru saja saya menanyakan hal ini di whatsapp grup keluarga, langsung saja jawaban pesimis berlompatan di layar ponsel cerdas saya.

"Sistem transportasi kita harus diberesin dulu. Jalan raya juga belum merata bagusnya. Jerman kan sudah maju sekali."

"Belum lagi kutipan-kutipan preman atau penegak keamanan di tempat-tempat tertentu."

"Iya. Apa perusahaan kuat membayari pungli disana-sini?"

Dan lain sebagainya.

Bagaimana millennials Indonesia? Siap mengisi peluang ini? Dulu juga tidak terpikir bakal ada GoJek, GrabCar atau Uber. Maka, bukan tidak mustahil bakal ada GoBus, GrabFlight atau UberShip kan? Kalau membangun sendiri malah bisa menggunakan nama sendiri. Nama Indonesia. ***

Note: Tulisan pertama saya di Kompasiana. 

Semua foto adalah dokumentasi pribadi. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun