Beberapa hari ini hangat diberitakan di ragam media tentang Reshuffle Kabinet yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo. Varian analisis pun bermunculan mengapa menteri ini diganti, mengapa Menko itu diganti, mengapa yang ini masuk, dan seterusnya.
Faktanya adalah ada 5 orang menteri yang dilantik dan 1 orang seskab. Opini yang bermunculan tentang fakta tersebut bisa banyak sekali adanya. Namun akar penyebabnya masih sama, yaitu adanya perubahan.
“Mengapa perlu adanya perubahan?”
Beberapa hari yang lalu, saya dan keluarga diijinkan untuk melakukan perjalanan ke timur Pulau Jawa. Meski ini bukan kali pertama ke sana, tapi di perjalanan kali ini ada beberapa kejadian yang menarik perhatian kesadaran saya.
Saya melihat ada kebiasaan yang jelas berbeda antara di bagian timur dengan di bagian barat, padahal masih di pulau yang sama; Jawa. Perbedaan kebiasaan itu salah satunya terlihat dari ucapan, gerakan sederhana, hingga tindakan yang bisa teramati dengan jelas.
Saya berpikir, mungkin, jika beberapa kebiasaan yang saya temukan di timur ini bisa diadopsi di barat, beberapa permasalahan yang muncul di barat relatif akan mudah diselesaikan. Begitu pula saya melihat sebaliknya. Ada kebiasaan-kebiasaan di barat yang semestinya bisa menyelesaikan beberapa permasalahan di timur.
Kembali pada pertanyaan tentang perombakan kabinet di atas, mengapa perlu adanya perubahan?
Sahabat yang berbahagia, oleh-oleh sederhana dari perjalanan ke timur kemudian membandingkan dengan barat, rupanya ‘perubahan adalah bentuk lain dari hasil keputusan atas adanya perbedaan demi perbedaan yang bermunculan.’
1. PRINSIP
Perbedaan jenis pertama yang menyebabkan perubahan terjadi adalah adanya perubahan pada prinsip, nilai, atau landasan kerangka yang berbeda untuk menyelesaikan sebuah masalah.
Ketika dalam sebuah tim, ada salah satu atau lebih anggotanya yang mulai memiliki prinsip yang berbeda dengan anggota lainnya, kemudian prinsip tersebut membuat resah keseluruhan tim, maka di saat itulah perlu adanya perubahan.
2. PERTIKAIAN
Jika di jenis yang pertama, perbedaannya ada di tataran ide, opini, keyakinan, di jenis yang kedua ini perbedaannya sudah menjurus pada pertikaian.
Semakin tinggi nilai (value) dan harga (price) dari sebuah hasil yang ingin dituju, semakin besar kemungkinan perbedaan yang muncul sehingga pertikaian pun terjadi. Saat pertikaian terjadi, saat itulah perlu adanya perubahan.
3. PEMBAHARUAN
Ini adalah jenis perbedaan yang agak lain. Di dua jenis perbedaan sebelumnya, justru banyak terjadi karena gejolak yang ada di internal. Jenis perbedaan yang ketiga ini justru munculnya di eksternal.
Ada pembaharuan-pembaharuan yang terjadi di lingkungan sosial, politik, ekonomi, budaya, yang relatif berada di luar kendali sebuh tim. Perubahan yang dibuat karena adanya pembaharuan biasanya untuk mempercepat, mengejar ketertinggalan, beradaptasi, dan seterusnya. Singkatnya, ketika ada pembaharuan di luar, saat itulah perlu adanya perubahan.
Kita berharap, semoga perubahan yang terjadi, baik di level dunia, negeri, atau bahkan perubahan dalam diri pribadi senantiasa mendekatkan kita semuanya pada hasil terbaik yang ingin dituju.
“… karena tak selamanya perubahan itu disebabkan oleh kejadian yang buruk. Namun, sejarah mengajarkan, hasil yang lebih baik selalu bermula dari adanya sebuah perubahan.”
Mari terus ber-metamorfosis !
Salam.
---
Ditulis oleh:
ASEP SAEFUL ULUM
Trainer Pengambilan Keputusan
Twitter : @UlumDecision
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H