Mohon tunggu...
Asep Saeful Ulum
Asep Saeful Ulum Mohon Tunggu... Operational Manager of ButterflyAct - Training and Coaching -

Panggilan hati saya adalah tentang Pengambilan Keputusan. Saya tertarik untuk belajar dan membantu apapun yang berkaitan dengan pengambilan keputusan. Sedang menekuni bidang Personal Decision Making, menulis buku tentang keputusan, dan akan merambah pada Government Decision Making. "Trainer Pengambilan Keputusan | Authorized Trainer of ButterflyAct"

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Keinginan Pikiran - Memikirkan Keinginan

9 September 2014   15:54 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:13 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang bijak pernah berkata, Keputusan dibuat bukan untuk disesali.”

Kalimat itu nampaknya akan selalu mengandung 2 (dua) makna. Makna pertama adalah apapun keputusan yang telah kita ambil, haram hukumnya bagi kita untuk menyesali keputusan kita sendiri di esok hari. Sementara makna kedua adalah kita harus betul-betul memikirkan dengan matang sebelum pengambilan keputusan agar kelak kita tidak menyesal.

Kita misalkan ambil makna yang kedua bahwa kita harus matang betul melakukan pertimbangan sebelum pengambilan keputusan.

Kematangan melakukan pertimbangan-pertimbangan (memilih satu dari sekian pilihan untuk diputuskan) perlu dibarengi dengan kematangan mengambil kendali diri. Satu faktor penting, terutama sebelum keputusan itu diambil adalah apa yang saya sebut sebagai Take (mengambil alih kendali diri 100%).

Mengambil alih kendali diri dapat kita mulai dari mengubah apa yang menjadi fokus pikiran kita. Kebanyakan orang justru berfokus pada apa yang tidak mereka inginkan, sehingga apa yang terjadi dalam hidupnya adalah apa-apa yang tidak mereka inginkan.

Pintu pertama konsep “Take” (mengambil alih kendali diri) adalah mengubah apa yang kita pikirkan dari semua yang tidak kita inginkan menjadi apa-apa yang kita inginkan, dan fokus disana.

Contoh sederhananya kita tidak lagi akan berpikir “Saya tidak suka kamu terlambat,” melainkan setelah ini kita akan lebih berpikir “Saya ingin kamu datang tepat waktu.” Karena memang itulah keadaan yang kita inginkan.

Pikiran kita tidak pernah mengenal konsep “tidak”, “bukan”. Pikiran kita juga tidak mampu membedakan mana yang kita inginkan atau mana yang kita tidak inginkan. Pikiran ini hanya mampu memberikan gambaran tentang apa-apa yang kita fokuskan.

“Pikirkan keinginan Anda sebagai milik Anda, sebagai benda milik Anda, sebagai harta Anda.” (Robert Collier)

Dalam konteks pengambilan keputusan, betul bahwa kita perlu langkah-langkah antisipatif, perlu Plan B bila keadaan yang tidak diinginkan justru terjadi. Hal-hal demikian sangat wajar untuk kita persiapkan. Namun yang menjadi catatan adalah jangan sampai kekhawatiran-kekhawatiran itu justru menyedot, mengambil porsi lebih dari jatah berpikir kita.

Pikirkanlah matang-matang kondisi apa yang kita inginkan setelah pengambilan keputusan nanti.

Apalagi kita adalah manusia, makhluk yang dikaruniai akal yang dapat memilah. Dapat menggunakan kehendak bebas untuk memilih apa yang dipikirkan. Kita memiliki daya untuk sengaja berpikir dan memikirkan apapun yang bisa dipikirkan dengan akal kita.

Akhirnya, selamat beralih fokus memutuskan hanya pada apa yang diinginkan, karena dengannya, pertimbangan dalam pengambilan keputusan akan jauh lebih matang.

Originally Created by Asep Saeful Ulum
Decision Support Analyst

Follow Twitter : @UlumDSA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun