Mohon tunggu...
Asep Saeful Ulum
Asep Saeful Ulum Mohon Tunggu... Operational Manager of ButterflyAct - Training and Coaching -

Panggilan hati saya adalah tentang Pengambilan Keputusan. Saya tertarik untuk belajar dan membantu apapun yang berkaitan dengan pengambilan keputusan. Sedang menekuni bidang Personal Decision Making, menulis buku tentang keputusan, dan akan merambah pada Government Decision Making. "Trainer Pengambilan Keputusan | Authorized Trainer of ButterflyAct"

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pentingnya Nilai Diri Dalam Pengambilan Keputusan

10 September 2014   15:44 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:07 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14103132181628173501

Kita sendiri bisa temukan nilai-nilai diri dalam posisi yang independen. Tidak bermaksud meniadakan peran orang tua dan keluarga, namun, ketika proses pengambilan keputusan kita perlu berkomunikasi intens dengan diri memeriksa apa sebenarnya nilai diri yang kita punya, sehingga keputusan yang kita ambil nanti tidak bertabrakan bahkan dengan diri kita sendiri.

Sadar tidak sadar, orang yang paling sering menyalahkan keputusan kita adalah diri kita sendiri.

14103132181628173501
14103132181628173501

Sadar tidak sadar, kepongahan hasil keputusan muncul karena kita mengabaikan apa nilai yang kita anut.

Maka, mari mulai periksa apa value (nilai-nilai) diri ini. Personal Value (nilai-nilai diri) adalah dorongan yang muncul dari nurani kita. Nurani kita selalu benar, dia juga akan selalu kontekstual pada masa maupun kondisi apapun. Kita tidak mungkin salah apabila berpegangan pada nurani kita.

Nurani ini disebut dalam berbagai literatur dengan istilah yang berbeda. Seperti dikutip dalam Buku Kubik Leadership,“Nurani adalah intan yang belum terasah, kita harus mengenalinya seperti apa adanya, menggosoknya hingga berkilap dengan tekad yang besar dan menggunakannya untuk memperoleh kebahagiaan abadi” (Khavari).

Nurani adalah 100% Akal dan 100% Suara Hati.

Sesaat sebelum pengambilan keputusan, periksa nilai diri kita. Dengan kata lain, periksa apakah Akal kita 100% setuju? Periksa pula apakah Suara Hati kita 100% setuju? Garis Nurani, seperti digambarkan dalam Kubik Leadership, bukan 50% Akal dan 50% Suara Hati, melainkan 100% Akal dan 100% Suara Hati.

Ketika hidup dan tindak tanduk kita berada di Garis Nurani, kita tidak akan mudah bingung memilih pilihan hidup, tidak akan tunduk pada tujuan sesaat, tidak pula terjebak dalam popularitas semu.

Sebelum mempertimbangkan apa nilai yang dianut orang lain (sekumpulan orang), pertimbangkanlah terlebih dahulu apakah keputusan yang kita ambil nanti sudah sesuai dengan nilai diri. Mari berlatih mengambil keputusan dengan libatkan nurani.

Originally Created by : Asep Saeful Ulum
Decision Support Analyst
Follow on twitter : @ulumDSA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun