Kedua, Kejelasan di masa depan. Ini berkaitan dengan pikiran. Dalam Bukunya “Thinking, Fast and Slow”, Daniel Kahneman menyebutkan istilah 'Ilusi.' Karena otak kita bekerja menyerap informasi setiap saat, maka ketika kita menjelek-jelekkan orang lain, prosesnya akan lebih mudah daripada ketika sedang mengkritik diri sendiri. Mengapa? Karena otak kita lebih sering digunakan untuk menyerap informasi dari luar, dan saat kita sedang menjelek-jelekkan orang lain, muncullah ilusi dalam pikiran kita.
Bila keputusan diambil atas dasar ilusi semata, itu sama artinya dengan men-degradasi, menurunkan fungsi otak kita sendiri.
Contoh Ilusi, saat kita dihadapkan, bertemu, berpapasan dengan sosok “Jambret”, seketika yang muncul dalam pikiran adalah bagaimana keseharian tingkah laku si tukang Jambret itu. Meskipun saat itu adalah saat dimana kita baru pertama kali bertemu dengan sosok “Jambret” yang ada di hadapan kita, tapi kita sudah memiliki bayangan-bayangan tentang bagaimana kesehariannya, bagaimana tampangnya di pagi hari, liarnya dia di siang hari, bahkan kita pun membayangkan pula kebiasannya di malam hari.
Mungkin yang kita bayangkan adalah pagi hari dia bangun sangat siang, tidak mandi. Siang hari dia “beroperasi” mencari mangsa, dan malam hari foya-foya.
Mungkin itu pula yang seketika muncul di benak sahabat pembaca. Daniel Kahneman menyebut itu sebagai Ilusi.
Bila kita memandang masa depan dengan berpegangan pada Ilusi, artinya kita masih belum “Clear” dan keputusan yang diambil dalam kondisi yang demikian akan sangat merugikan. Kita terhambat oleh Ilusi kita sendiri.
Ketiga, Kejelasan di masa kini. Inilah “Being in the moment”, kejelasan atas apa yang kita pikirkan saat ini, apa yang kita rasakan persis di saat ini, serta apa yang kita lakukan sekarang adalah makna “Clear” untuk orientasi saat ini.
Keselarasan antara Think, Feel, and Act adalah indikator jernihnya kita dalam memandang saat ini. Bila apa yang kita lakukan justru bertolak belakang dengan apa yang kita rasakan atau pikirkan, itulah kondisi dimana kita belum jernih, belum jelas, belum “Clear”.
Pentingnya kejernihan dalam pengambilan keputusan ibarat meminum air dari sebuah botol yang bening. Kita bisa melihat apa isinya.
Saat kita mengambil keputusan dalam kondisi yang tidak “Clear”, tidak jernih, maka bersiap-siaplah. Bersiap-siaplah dengan kemungkinan terburuk, karena kita tidak tahu apakah air yang kita minum dari sebuah botol yang tidak bening itu berupa obat, penyegar, madu, ataukah racun?
Akhirnya, mari senantiasa jernihkan diri, hati, pikir, dan tindakan.
Demi sebuah keputusan yang kelak tidak kita sesali.