Mohon tunggu...
Ulul Mahasin
Ulul Mahasin Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Guru Mulia

14 Juni 2022   06:55 Diperbarui: 14 Juni 2022   07:09 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

PENGALAMAN SEORANG GURU YANG MULIA

Setiap umat muslim kita diwajibkan untuk membaca kitab suci Al-qur'an. Oleh karena itu kita dididik sejak kecil untuk mempelajari ilmu agama. Siapa yang paling pertama kali berperan untuk memperkenalkan ilmu agama dalam diri seseorang? Menurut saya dalah keluarga. 

Melalui hal kecil yang diajarkan di kehidupan sehari -- hari keluarga merupakan tempat utama seorang anak mengenal ilmu agama. Seiring berjalannya waktu, seorang anak akan tumbuh dan mulai masuk pada dunia Pendidikan yang mana ilmu agama akan ia dapatkan di sana. Ilmu agama dapat kita peroleh dalam Pendidikan formal maupun non-formal.

Pada kesempatan kali ini saya berkesempatan untuk mewawancarai seorang guru ngaji yang berada di sekitar kecamatan lowokwaru. Di sini saya akan menceritakan tentang beliau dan kisahnya selama menjadi guru ngaji.

Perkenalkan, ini ibu alfiyah. Ia merupakan seorang guru di taman kanak -- kanak sekaligus guru ngaji di sebuah TPQ. Ia lahir di Jombang pada 14 Maret 1982. Ia dibesarkan di Jombang  dan pindah ke kota Malang saat menempuh Pendidikan di salah satu universitas. Ia memutuskan pindah di Kota Malang saat setelah menikah dengan orang Malang juga.

Beliau sudah lama mengajar di TPQ ini kira-kira sejak 12 tahun yang lalu. Di mana TPQ itu sendiri belum berdiri, hanya tempat mengaji warga sekitar kampung di sebuah mushola kecil. Seiring berkembangnya zaman mushola tempat mengaji tersebut berkembang menjadi sebuah TPQ. 

Selama kurang lebih 12 tahun mengajar beliau tentunya tidak sendiri, ada beberapa teman juga yang ikut membantu mengajar mengaji. Karena tidak setiap hari bu alifiyah dapat mengajar ngaji, hanya 2 hari sekali saja. Karena ia tidak hanya mengajar di satu TPQ saja namun ada dua, jadi waktu nya harus di bagi. Bu alifiyah ini mengajar murid yang sudah berada di Iqra 5 -- 6 dan bagi murid yang sudah mengaji Al -- qur'an sedangkan untuk murid-murid yang dibawah tersebut diajar oleh rekannya.

Ketika beliau mengajar ngaji, pada awalnya tidak digaji sama sekali. Karena beliau menganggap bahwa itu merupakan ilmu yang harus diamalkan atau dibagikan kepada siapa saja. Namun, dengan berkembangnya zaman ada beberapa perubahan yang terjadi hingga beliau mendapatkan gaji sukarela dari orangtua tiap murid di setiap bulan.

Menurut beliau ketika mengajarkan ilmu agama beliau sangat tidak mengharapkan imbalan apapun apalagi dalam bentuk uang ataupun barang. Karena menurut beliau ilmu yang beliau miliki tersebut sangat saying jika tidak di bagikan, apalagi melihat saat itu di daerahnya masih sangat minim guru ngajinya. Hingga beliau berinisiatif untuk bergabung dan ikut serta mengajar ngaji. Dan kebetulan juga, yang diajar saat itu masih banyak anak kecil. Sehingga ia suka mengajarnya karena beliau juga mengajar di sebuah sekolah TK.

Beliau merasa senang mengajar mengaji meski tidak begitu banyak murid yang diajarnya, setidaknya beliau sudah mengamalkan ilmu yang dimiliki dan bermanfaat bagi orang lain. Selain mengajar mengaji beliau juga sempat mengajar mata pelajaran fiqih di TPQ nya. Dan mata pelajaran lain seperti akhlak dan tajwid diajarkan oleh rekan kerjanya.

Mungkin cukup sekian cerita yang bisa saya Tulis di kesempatan kali ini, semoga bisa bermanfaat dan menginspirasi bagi penulis dan pembaca. Bahwa sedikit apapun ilmu yang kita miliki jika kita bagikan atau amalkan kepda orang lain akan jauh lebih berharga jika dibandingkan harus dipendam sendiri. Sekian yang dapat saya tulis saya ucapkan terima kasih...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun