Mohon tunggu...
Ulul Amri
Ulul Amri Mohon Tunggu... Lainnya - Mencoba belajar selalu introspeksi diri.

Seorang lulusan sarjana fisika yang sedang mencoba mencari beasiswa untuk S2. Bagi yang tertarik dengan matematika dan fisika modern, silahkan berkunjung ke blog: https://nonkomutatif.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Argumen Mendukung Penghentian Total PSBB

26 Mei 2020   22:43 Diperbarui: 26 Mei 2020   22:39 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Maaf, jujur menurut penulis #stayathome bukanlah sebuah solusi. Efeknya terlalu besar terhadap kehidupan orang banyak. Ini bukan masalah peduli atau tidak peduli. Tapi yang sering dilupakan oleh para aktivis yang hidupnya sudah berkecukupan adalah, ekonomi bukan sebatas angka di excel. Ekonomi menyangkut pula hajat hidup orang banyak. Jadi pertanyaannya bukan nyawa vs ekonomi, tapi nyawa vs nyawa.

Para dokter mungkin perlu bekerja keras karena ada overcapacity pasien, tapi rakyat jelata juga perlu bekerja keras memutar otak bagaimana supaya besok bisa makan.

Dari sini penulis berkesimpulan, lebih baik PSBB dihentikan, ganti dengan protokol kesehatan seperti penggunaan masker dan menjaga jarak antara orang yang bukan tinggal satu rumah. PSBB secara efektif mirip dengan lockdown/karantina total, terutama di tempat-tempat yang secara berlebihan menerapkannya. Perbedaannya, pemerintah tidak memiliki kewajiban untuk menanggung kehidupan warganya. Dalam bahasa lain, hal yang sudah terjadi adalah PSBB rasa lockdown.

"Berarti harus herd immunity?" Penulis tidak mengatakan herd immunity, malahan ini bukan herd immunity. Untuk kebijakan yang cocok dengan situasi di Indonesia (malahan mungkin di dunia), penulis merujuk pada kebijakan Swedia.

Terdapat beberapa kesalah-pahaman mengenai kebijakan Swedia yang beredar di media-media. Tapi karena artikel ini sudah terlampau panjang, penulis arahkan para pembaca ke jawaban Gavin Kanowitz di quora.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun