Mohon tunggu...
Ulul Amri
Ulul Amri Mohon Tunggu... Lainnya - Mencoba belajar selalu introspeksi diri.

Seorang lulusan sarjana fisika yang sedang mencoba mencari beasiswa untuk S2. Bagi yang tertarik dengan matematika dan fisika modern, silahkan berkunjung ke blog: https://nonkomutatif.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Argumen Mendukung Penghentian Total PSBB

26 Mei 2020   22:43 Diperbarui: 26 Mei 2020   22:39 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di grup facebook, penulis sering kali menemui orang yang dengan enteng memposting "kematian sudah lebih dari beribu-ribu!! Harus LOCKDOWN!!!" sembari menunjukkan angka jumlah kematian yang "memang" beribu-ribu ini. Tapi menurut penulis hal ini adalah sebuah kecerobohan. Selain menimbulkan kepanikan tak berarti, argumen "sudah beribu-ribu" ini juga kurang bisa dipertahankan, karena ia berdiri sendiri tanpa konteks pembanding.

Pertama mari kita lihat data korban COVID-19 ini,

Global
Negara
216
Terkonfirmasi
5.370.375
Meninggal
344.454
Update Terakhir: 26-05-2020 | Sumber: WHO

Indonesia
Positif
23.165
Sembuh
5.877
Meninggal
1.418
Update Terakhir: 26-05-2020

sumber: https://covid19.go.id

Angkanya besar? Untuk mempertimbangkan apakah angka ini besar atau tidak, diperlukan sebuah data pembanding. Karena itu penulis mengajak untuk melihat angka kematian karena berbagai faktor tahun 2017,

penyakit kardiovaskuler 17,79 juta
kangker 9,56 juta
diabetes 1,37 juta
kecelakan di jalan 1,24 juta
dan masih banyak yang lain

https://ourworldindata.org/causes-of-death

Bagaimana dengan angka global pandemi ini? Kematian sudah hampir 345 ribu, katakanlah ia sudah berjalan 4 bulan (per 26 Mei, tanggal artikel ditulis), maka cukup dikalikan 3 supaya genap 1 tahun. Hasilnya sedikit lebih dari 1 juta. Jika dibandingkan masih banyak faktor kematian lain, seperti angka kematian karena kecelakaan di jalanan (1,24 juta), yang perlu lebih diperhatikan jika kita hanya melihat angka resmi kematian global.

Lalu ada yang menyanggah,
"Tapi kan ada kasus yang tidak terdeteksi!!" 

Ok untuk menjawab ini, kita membutuhkan IFR (infected fatality rate) atau tingkat kematian terinfeksi. Di artikel sebelumnya penulis sudah membahas sedikit tentang perbedaan IFR dan CFR. Data ini tidak bisa diperoleh sembarangan, hanya beberapa set data yang bisa dipakai sebagai rujukan. Data-data tersebut merupakan data randomized testing over representative sample (RTRS), uji acak terhadap sampel representatif, kita sebut in RTRS untuk singkatnya. Beberapa data tersebut adalah, 

  1. RTRS di Slovenia, IFR sekitar 0,15%.
    Perhitungan: (99 kasus kematian angka worldometers per 7 mei)/(66000 terinfeksi dari RTRS) = 0,15%
  2. RTRS di Geneva, Swiss, IFR sekitar 0,28%.
    Perhitungan: (1800 kasus kematian per 1 mei)/(7,4% seroprevalence x 8,57 juta populasi) = 0,28%
  3. RTRS di Jerman, IFR sekitar 0,37%.
    Perhitungan: 0,37% klaim di paper.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun