Setelah menjalani puasa Ramadan selama sebulan, lebaran menjadi momentum 'balas dendam'. Itu lah yang saya lakukan di lebaran hari pertama tahun ini. Saya makan banyak banget. Nah, waktu bertamu ke salah satu rumah dan disuguhi makan, saya makan sambal lumayan banyak. Dan sambelnya pedes banget.
Pulang bertamu, perut saya mulai komplain hingga berujung diare. Meskipun demikian, diare tidak menghentikan keinginan saya untuk 'balas dendam'. Saya makan lagi. Banyak banget. Sampe kemudian tengah malam saya kebangun dengan perut terasa penuh, kembung, mual, pengen muntah, plus diare. Suami menyarankan minum Tolak Angin. Setelah minum Tolak Angin, alhamdulillah badan jadi lebih enak dan saya bisa kembali tidur nyenyak.Â
Itu bukan satu-satunya pengalaman mengonsumsi obat herbal terstandar buatan Sido Muncul ini. Beberapa bulan lalu ada salah satu teman kantor sedang flu. Biasanya di kantor, penyakit cepet banget nular. Kalau satu orang terkena flu, hampir bisa dipastikan bakal menular ke orang lain, dan akhirnya satu ruangan flu semua. Gak ingin ambil resiko, ketika saya mulai bersin-bersih dan badan mulai adem panas, saya gercep (gerak cepat) minum Tolak Angin. Walhasil, di saat temen-temen kantor pada tumbang, alhamdulillah saya sehat. Terbukti Tolak Angin terbukti ampuh menjaga ketahanan tubuh.
Selain itu, Tolak Angin juga menjadi bawaan wajib ketika perjalanan jauh. Misalnya ketika pulang kampung ke Jember atau ke Tuban, silaturahim ke rumah saudara di Tulungagung, Jepara, Solo, atau ketika berlibur ke luar kota.
Khasiat dan kegunaan yang tertulis di bungkusnya, Tolak Angin berkhasiat untuk mengatasi masuk angin dengan gejala kembung, mual, sakit perut, pusing, meriang, dan tenggorokan kering. Bisa diminum juga saat perjalanan jauh, kecapaian dan kurang tidur. Tapi, saya membuktikan sendiri kalau ternyata Tolak Angin punya khasiat yang lebih banyak, gak Cuma mengatasi masuk angin aja.
Sebenarnya dulu saya hampir gak pernah minum Tolak Angin. Ketika merasa kecapekan, masuk angin, atau merasa mau sakit, saya minum jeruk nipis dikasih madu alias Jeniper Dimadu. Tapi, kebiasaan itu berubah setelah saya menikah.
Setelah menikah, suami selalu menyarankan untuk minum Tolak Angin pada hampir setiap keluhan saya tentang kesehatan. Mulai dari masuk angin, kecapekan, kurang tidur, meriang, mual, perut kembung, pilek, kedinginan, diare, batuk, dan lain-lain. Bagi suami dan saya, Tolak Angin jadi 'pertolongan pertama' saat merasakan keluhan-keluhan tersebut. Apalagi Tolak Angin udah dipercaya sejak tahun 1930. Sampe saat ini, pasti ada jutaan orang yang telah merasakan khasiat dan manfaat Tolak Angin.
Dipikir-pikir lebih enak minum Tolak Angin sih. Lebih praktis, ekonomis, dan tentunya tokcer. Kalau Jeniper Dimadu komposisinya Cuma jeruk nipis dan madu, tapi Tolak Angin lebih lengkap. Ada ekstrak adas, kayu ules, daun cengkeh, jahe, daun mint, dan madu. Biasanya minum sekali aja badan udah merasa enak. Kalau kondisinya agak berat, saya minum 2-3 sachet.
Saat mudik beberapa waktu lalu, saya ketemu tetangga yang biasanya mijet bapak & ibu. Beliau nyaranin kalau merasakan tanda-tanda mau sakit atau kecapean minum tolak angin.
"Aku juga biasanya minum Tolak Angin, Kang," kataku.
"Loh, beda. Ini Tolak Angin-nya dicampur teh," tukasnya. Beliau pun kemudian menjelaskan dengan panjang lebar dengan bahasa Jawa. Biar runtut dan pembaca bisa paham, saya bikin penjelasannya ala resep masakan aja ya.
Yang perlu disiapkan:
- 1 gelas teh hangat atau panas sesuai selera. Bisa gelas kecil, sedang, atau besar
- 1 sachet Tolak Angin
- Sendok buat mengaduk
- Tutup gelas
Caranya:
- Kocok Tolak Angin, lalu tuang ke dalam teh hangat/panas
- Aduk-aduk sampai rata
- Tutup pakai tutup gelas (atau apapun yang bisa nutup) selama sekitar 5 menit
- Hirup uap hangatnya terlebih dulu biar hidung dan tenggorokan semakin plong
- Terus diminum deh.
Saya sudah mempraktikkan ini. It works! Ada sensasi lebih yang bisa kita rasakan. Dengan cara ini, saat menghirup uapnya, hidung dan tenggorokan terasa semakin plong. Cocok banget kalau pas pilek dan hidung buntu. Di badan juga angetnya lebih terasa. Cara ini juga pas kalau kalian kurang suka rasanya Tolak Angin yang herbal banget. Kalau dituangin di teh, rasa Tolak Angin-nya akan nge-blend dengan teh. Jadi, tidak terlalu kuat rasa herbalnya.
 Oke, ini sekadar sharing pengalaman aja. Yang jelas, saya jadi tahu kalau manfaat Tolak Angin gak Cuma terbatas yang ada di bungkus kemasannya aja. Terbukti, Tolak Angin berkhasiat lebih!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H